Masih mau baca?
Lanjut ga nih?
Yuk yang belum follow, follow dulu dong akun ini. Hihiiiii ❤❤❤
Happy reading, everybody!!
(21+) yang belum cukup umur tolong menjauh yaaa.....
"Mbak Cal," panggil Riana - asisten Cal ketika gadis itu baru saja keluar dari ruang ganti. Ia baru saja menyelesaikan show di salah satu stasiun tv nasional.
Sebagai penyanyi muda yang lagu - lagunya sedang banyak digandurungi oleh banyak anak muda, wajar saja jika jadwal manggungnya tergolong sangat padat. Namun, Cal terlihat sangat menikmatinya.
Kesibukan sebagai penyanyi dengan segundang jadwal manggung memang sudah tak asing baginya. Ia jelas tahu risiko dari seorang pekerja seni terlebih di era modern seperti ini. Semua sudah dirinya pelajari dari pengalamannya sebagai youtuber dan tentu sang ayah yang juga berprofesi sebagai penyanyi.
"Kenapa, Ri?" sahut Cal sembari memasukan ponsel ke dalam tasnya. Gadis itu baru saja memberi kabar kepada sang ibu bahwa dirinya akan pulang ke apartemen malam ini.
"Udah ditungguin sama Mas pacar di lobi," jawab Riana sembari merapikan pakaian yang sebelumnya digunakan oleh Cal untuk menyanyi.
"Pacar?" beo Cal.
Riana mengangguk. "Tadi Mas Hikal kasih kabar, kalau Mbak udah dijemput di depan sama pacarnya."
Seketika, senyum terbit di bibirnya. Wajah tampan sang kekasih langsung berputar di kepala. Membuat gadis dua puluh tiga tahun itu tak sabar bertemu dengan kekasihnya.
"Makasih ya, Ri. Gue duluan ke depan." Cal segera berlari. Ia tak ingin membuat pacarnya menunggu terlalu lama. Terlebih, rasa rindunya kepada sang pacar sudah terlalu besar karena tiga hari keduanya didera kesibukan sehingga membatasi komunikasi dan pertemuan mereka.
Begitu pintu lift terbuka, Cal langsung melangkahkan kakinya menuju lobi yang berada di samping gedung. Tempat yang digunakan untuk para tamu atau penjemput dari pengisi acara di stasiun tv tempat Cal baru saja mengisi acara.
Senyum di wajah Cal mendadak hilang, kala matanya bersirobok dengan sepasang bola mata berwarna coklat. Tak seperti Cal yang menunjukkan raut kekecawaan, orang itu justru tersenyum lebar kala menemukan Cal berada tak jauh dari tempatnya berdiri hingga membuat pria yang masih lengkap dengan pakaian kerjanya.
"Hai, Sayang...."
Cal tersenyum tipis. Sebisa mungkin Cal menutupi rasa kekecewaannya.
"Hai juga, Yo."
***
Kafin mengembuskan napas panjang. Ia menoleh ke samping kanan, lalu tersenyum kecut kala menatap gadis yang tampak terfokus dengan laptop di hadapannya.
Setelah dua minggu berlalu, baru malam ini Kafin kembali memiliki kesempatan untuk bertemu dengan gadis di sampingnya itu. Bukan karena dirinya yang menjauh, tetapi gadis itu yang memilih terus menghindar setiap kali Kafin berusaha menemuinya untuk meminta maaf.
Beruntung ketiga teman sekelompoknya meminta mereka berkumpul untuk membahas beberapa poin yang harus mereka bahas mengenai skripsi mereka. Tinggalah Kafin dan gadis itu, karena ketiga temannya memang berpamitan terlebih dahulu.
"Gis...." panggil Kafin dengan suara lirih. Hampir tiga jam menghabiskan waktu bersama, baru kali ini Kafin memiliki kesempatan untuk mengajak gadis itu berbicara. Tentu terlepas dari topik penelitian mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Blood
ActionKisah cinta antara laki - laki dan perempuan, merupakan hal biasa yang memang sudah menjadi naluri bagi setiap orang untuk merasakannya. Lalu, apa yang akan terjadi jika kisah cinta itu melibatkan dua anak manusia yang terikat oleh hubungan darah...