"Jadi, bisa kalian jelaskan tentang video itu beserta berita - berita yang mengiringinya?" tanya Fay dengan suara yang terdengar dingin. Matanya tak lupa membidik dua wajah di hadapannya secara bergantian, Cal dan Mario tentunya.
"Ibu kasih kesempatan untuk kalian berdua berbicara. Menjelaskan segala hal yang memang perlu kalian jelaskan. Entah bagaimanapun kabar yang beredar di luar sana, Ibu akan mendengar penjelasan yang keluar dari bibir kalian langsung. Dan Ibu berharap, apa yang akan kalian jelaskan bukan suatu kebohongan yang pasti bisa menimbulkan masalah yang lebih besar ke depannya," ujar Fay masih dengan suara datarnya.
Kecewa? Jelas! Sebagai seorang Ibu yang begitu mencintai anaknya,
"Sabar, La. Tenang...."
Fay memalingkan wajahnya ke sebelah kanan. Fagha - mantan suaminya tampak berusaha memberikannya ketenangan sambil mengusap - usap bahunya yang terasa kaku.
Helaan napas meluncur langsung dari bibirnya. Setelah mengangguk pelan, Fay kembali memalingkan wajahnya ke arah Cal dan Mario yang masih setia mengatupkan bibir mereka.
"Kita buat sederhana aja ya, Kak?" Giliran Fagha yang membuka suara. Sebagai seorang ayah, Fagha juga merasa memiliki tanggung jawab atas putri satu - satunya tersebut.
"Video itu, benar kalau itu kamu?" tanya Fagha berusaha tenang. Walaupun hatinya diselimuti segala kekhawatiran, Fagha tetap berharap bahwa gadis yang terlihat mabuk di dalam video yang tengah viral itu bukan lah putrinya.
"Iya, Yah," jawab Cal dengan suara lantang. Tatapannya tertuju pada kedua orang yang telah berjasa menghadirkannya ke dunia ini. "Maaf, Kakak sudah membuat Ibu dan Ayah kecewa."
"Astagfirullahalazim," gumam Fay kecewa. Ia tahu bahwa jawaban ini akan keluar dari bibir sang anak. Mengingat saat di wawancarai oleh media, Mario juga sudah mengatakan bahwa gadis dalam video itu adalah Cal.
"Kamu 'kan sudah janji sama Ibu, Kak? Kenapa kamu ingkari? Kenapa kamu rusak kepercayaan yang sudah Ibu kasih ke kamu?" Air mata yang sedari tadi coba Fay tahan, akhirnya mengalir saja. Bukan saja kecewa terhadap Cal yang merusak kepercayaan yang telah dirinya berikan, tetapi juga kecewa pada dirinya sendiri. Sebagai seorang single parent, ia menganggap dirinya telah gagal mendidik dan menjaga sang anak. Terlebih Cal adalah putri satu - satunya.
"Tenang, La. Tenang." Di tengah kekalutan yang dirasakan Fagha, pria berstatus duda itu masih terus memberi kekuatan untuk ibu dari anak - anaknya. "Biar Kakak jelasin dulu semuanya. Bukannya tadi kamu bilang mau dengar penjelasan langsung yang keluar dari bibir mereka, walaupun sudah mendengarnya dari media."
Fay langsung mengusap wajahnya dengan kasar. Ia memalingkan wajahnya ke arah Fagha dan tersenyum tipis. Senyum penuh arti yang Fagha tahu betul maksudnya.
"Dan kamu tahu persis, gimana aku benci sama minuman itu."
Hati Fagha langsung tertohok mendengar ucapan Fay. Tangan yang semula setia bertengger di bahu mantan istrinya, jatuh seketika.
Ya, benar! Minuman memabukkan itu nyatanya memang menjadi bayang - bayang buruk dalam kehidupan mantan istrinya. Penderitaan Fay karena Fagha juga berawal dari alkohol yang ditenggaknya saat dirinya masih berusia enam belas tahun.
Sebuah dehaman meluncur dari bibir Mario. Sontak, perhatian Fagha dan Fay kembali beralih.
"Sebelumnya, Mario mau minta maaf sama Tante dan Om." Tak ada keraguan yang terpancar dari wajahnya. Mario terlihat tenang saat berbicara di hadapan kedua orangtua gadis yang sangat dirinya cinta. Walaupun terbersit rasa takut akan kemarahan dan kekecewaan Fagha dan Fay, tekad Mario untuk meminta maaf dan bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada kekasihnya. Walaupun pada faktanya, tak ada hal yang harus dirinya pertanggungjawabkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Blood
AksiKisah cinta antara laki - laki dan perempuan, merupakan hal biasa yang memang sudah menjadi naluri bagi setiap orang untuk merasakannya. Lalu, apa yang akan terjadi jika kisah cinta itu melibatkan dua anak manusia yang terikat oleh hubungan darah...