13. Menjauh

1.2K 216 31
                                    

Hello everybody

Apa kabar semua?

Masih ada kah yang setia menanti cerita ini berlanjut? Jika iya, mana suaranya????

Follow instagramku ya @ayinaraai

Nah, kalau mau baca ceritaku yang lain, udah tersedia dalam bentuk ebook ya.

Ingat beli yang legal dan cuma ada di google play book....

Ingat beli yang legal dan cuma ada di google play book

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terimakasih dan selamat membaca ❤️

***

"Surprise!"

Kafin sontak berjengit. Matanya sontak melebar. Baru saja membuka pintu, keberadaan Cal tepat di hadapannya sudah berhasil mengejutkannya.

Cal tampak tersenyum. Wajahnya terlihat begitu cerah saat ia merasa telah berhasil memberikan kejutan pada adiknya itu. Sesuatu hal yang tak pernah terjadi sebelum hubungan keduanya membaik dan semakin dekat.

"Kak Cal?" tanyanya setelah menelan liurnya susah payah. "Ngapain ke sini?"

Melihat reaksi Kafin yang tak sesuai dengan harapannya, senyum di bibir Cal seketika meredup. Raut kekecewaan langsung muncul menyelimuti wajahnya.

"Emang salah ya, kalau gue berkunjung ke rumah Uti dan Akung gue sendiri?" tanya Cal balik.

"Bu-bukan gitu," jawab Kafin susah payah. "Maksud gue ... ngapain lo ada di depan kamar gue?"

Senyum di bibir Cal kembali muncul. Alih - alih menanggapi pertanyaam yang diajukan oleh sang adik, tatapannya justru tertuju pada seisi kamar Kafin.

Tanpa meminta izin terlebih dahulu kepada sang pemilik kamar, Cal langsung menerobos ke dalam ruangan bernuansa abu dan navy itu setelah berhasil mendorong Kafin. Matanya Cal tampak sibuk mengamati seluruh ruangan yang baru pernah ia sambangi untuk pertama kalinya ini.

"Kamar lo nyaman juga," ucapnya santai. Gadis itu kemudian melangkahkan kakinya menuju ranjang dan sengaja menjatuhkan tubuhnya di sana.

Mata Cal terpejam. Senyum semakin lebar tersungging di bibirnya kala wangi khas tubuh Kafin yang melekat pada seprai, terhirup dengan jelas oleh indra penciumannya.

Gila, bahkan aroma tubuh Kafin udah berhasil buat gue merinding.

Kafin mendesah panjang. Ia menutup pintu kamarnya kemudian melangkah mendekati Cal yang tampak nyaman berbaring di atas tempat tidurnya.

"Kak, gue ada kuliah pagi," ucapnya saat berdiri tak jauh dari Cal berada.

Sontak, Cal membuka kedua matanya. Gadis berusia dua puluh tahun itu kemudian memilih bangkit dan duduk sembari menyilangkan kedua tangannya di depan dada dengan pandangan yang mengarah lurus pada Kafin yang berada persis do hadapannya.

The BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang