"Sayang, tunggu...." Mario berlari kencang. Berusaha mengejar kekasihnya yang lebih dulu meninggalkannya.
Berhasil menghindari kejaran pemburu berita tentang kehidupan percintaan mereka. Mario justru harus kembali berlari mengejar sang kekasih yang juga berlari setelah menjawab lamarannya dengan senyum samar, tetapi sarat akan arti yang belum mampu Mario baca.
"Sayang!" Mario berhasil menarik tangan sang kekasih hingga tubuh Cal berbalik.
"Kamu kenapa?" tanyanya langsung saat keduanya telah berhadapan.
Cal menarik tangannya paksa. "Kamu yang kenapa? Kenapa harus bilang kaya tadi di depan media?"
Kernyitan lantas muncul di dahi pria dua puluh enam tahun itu. "Maksud kamu yang mana, Sayang?"
Mata Cal berkilat penuh emosi. Wajah cantiknya menunjukkan raut kekhawatiran yang sayangnya tak dapat terbaca oleh sang kekasih. "Kenapa kamu harus mengatakan soal pernikahan di depan media, Yo?"
Memilih mengabaikan ekspresi tak nyaman yang ditunjukan kekasihnya, Mario justru terkekeh kecil. "Kan memang nantinya kita akan menikah, Sayang."
Terlalu santai. Kesan yang ditunjukkan Mario berbanding terbalik dengan apa yang ditunjukkan oleh gadis cantik berhidung mancung di hadapannya.
Helaan napas akhirnya muncul dari bibir Cal. Sebisa mungkin ia mengendalikan diri agar emosinya tak meluap - luap. Keduanya masih berada di ruang umum. Jika terjadi keributan antara dirinya dan Mario, bukan tak mungkin ada kamera - kamera lain yang siap merekam kejadian tersebut dan kembali disebarkan hingga membuat lini massa kembali ramai.
Demi Tuhan. Video dirinya sedang mabuk di dalam kelab malam saja masih menjadi tranding. Tak mungkin Cal kembali menciptakan kehebohan di dunia maya dengan video keributannya dengan Mario. Belum lagi panggilan dari kedua orang tuanya yang silih berganti masuk ke dalam ponselnya membuatnya yakin bahwa kehebohan bukan hanya terjadi di dalam dunia maya, tetapi juga di dalam keluarganya.
Hal itu yang membuat Cal memilih mengabaikan seluruh panggilan yang masuk terutama dari sang ibu. Bukan bermaksud mengabaikan wanita yang telah melahirkannya itu. Namun Cal merasa, dirinya masih membutuhkan waktu untuk menenangkan diri sebelum mendapat serangkaian pertanyaan dari wanita yang juga berprofesi sebagai pengacara selain menjadi ibunya itu.
"Kalau maksud kamu mengatakan soal pernikahan hanya demi menutupi kabar soal kedekatan kamu dengan Delia, aku rasa itu enggak baik."
Mario memicingkan matanya sejenak sebelum tawanya menggelegar.
"Tunggu - tunggu...." Tawa Mario mulai mereda. "Jadi pacarku akhirnya mulai cemburu nih?"
Kedua mata Cal sontak melebar. Ia jelas terkejut dengan apa yang diucapkan oleh Mario. Padahal kata cemburu itu jelas sama sekali tak muncul di kepalanya.
"Ce-cemburu?" beo Cal dengan suara terbata.
Mario lantas mengangguk mantap. "Setelah sekian purnama, akhirnya aku bisa menangkap kecemburuan dari diri kamu ya. Gini deh, sekarang kita masuk ke mobil dulu. Aku bakal jelasin semua yang terjadi di antara aku sama Delia sampai akhirnya ada berita yang beredar kalau aku balikan lagi sama dia."
"Tapi, Yo...."
"Udah, ayo masuk mobil." Tak menggubris penolakan sang kekasih, Mario terus mendorong tubuh Cal ke arah mobilnya. Setelah tubuh Cal telah masuk ke dalam mobil dengan sempurna, Mario pun bergegas berlari ke arah pintu kemudi. Tak membutuhkan waktu lama, mobil keluaran terbari berwarna biru tua metalik itu telah berlalu meninggalkan pelataran gedung tempat Cal mengisi acara sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Blood
AcciónKisah cinta antara laki - laki dan perempuan, merupakan hal biasa yang memang sudah menjadi naluri bagi setiap orang untuk merasakannya. Lalu, apa yang akan terjadi jika kisah cinta itu melibatkan dua anak manusia yang terikat oleh hubungan darah...