Pagi ini di rumah sakit Seoul, para dokter dan suster sudah ribut satu sama lain. Mereka berkumpul dan membicarakan sebuah artikel yang terbit subuh tadi. Suara rumah sakit ini bising, tidak seperti biasanya yang terlihat tenang. Bukan berisik karena monitor rumah sakit, ketikan jari, atau alat-alat dapur dan medis, namun suara sahutan yang teramat kencang dari bincang-bincang mereka terhadap sebuah topik hangat pagi ini.
Bising kerumunan dokter dan suster itu tiba-tiba redup sesaat setelah seseorang datang dan berjalan diantara mereka. Mereka bungkam, menatap sosok dokter tinggi putih dengan wajah tak percaya. Mereka memberi kode satu sama lain melalui wajahnya. Beberapa dari mereka bahkan mencibir dan mengumpat saat dokter itu sudah berlalu.
"Aku tidak percaya. Ternyata dia dokter seperti itu."
"Iya, aku kira dia benar-benar hebat dari dulu. Ternyata aku salah."
"Lihatlah, aktingnya sukses mengelabuhi publik."
Dan masih banyak lagi yang mereka bicarakan dibalik kerumunan itu. Dokter bernama Seokjin itu berhenti sejenak, mencoba mencerna perkataan yang ia dengar baru saja. Dia berbalik menatap kerumunan dibelakangnya. Beberapa dari mereka memasang atensi melirik Seokjin dari atas ke bawah.
Seokjin merasa aneh. Sepertinya mereka tengah membicarakannya. Dia merasa ada yang tidak beres darinya.
Tetapi Seokjin segera melupakan itu. Toh tidak ada kesalahan yang ia buat sampai membuat semua orang mencibirnya seperti itu. Mungkin mereka semua hanya sedang bergosip dan tak sengaja dirinya yang lewat.
Seokjin berjalan menuju ruangannya. Saat Seokjin membuka pintu, disana sudah ada Namjoon yang berjalan mondar-mandir didalam ruangannya. Dia menggigit jari dan menunduk. Seperti seseorang yang tengah diselimuti kegelisahan.
"Namjoon sunbae. Kenapa kau sudah berada disini?" Tanya Seokjin heran. Dia baru pertama kali mendapati Namjoon yang sudah berada di ruangannya sepagi ini. Apalagi tanpa izin darinya terlebih dulu.
Namjoon yang sadar akan kehadiran Seokjin langsung berhenti. Dia menatap Seokjin tak percaya.
"Seokjin, mian sebelumnya. Ada yang ingin aku bicarakan padamu. Sekarang juga ikut keruanganku." Namjoon berlalu dahulu. Seokjin masih tak mengerti. Tapi dia pun mengikuti langkah Namjoon keluar ruangan.
Dalam perjalanan ke ruangan Namjoon, Yoongi yang baru berangkat melihat mereka berdua. Dia menatap satu persatu dua dokter itu. Menerka ada apa gerangan yang terjadi diantara mereka sehingga Namjoon berjalan lebih dulu. Tidak biasanya, biasanya mereka akan berjalan beriringan dan terlihat harmonis.
Namjoon dan Seokjin kini duduk saling berhadapan di ruangan Namjoon.
"Kim Seokjin, kau sudah lihat artikel terbaru?" Namjoon bertanya dengan wajah datar. Tidak biasanya Namjoon akan memasang wajah tak bersahabat seperti ini pada Seokjin.
Seokjin menggeleng. Dia tidak tahu tentang artikel yang dimaksud Namjoon.
Namjoon menghela nafas. Dia lalu membuka layar laptopnya dan mulai mencari artikel itu.
"Ini. Apa maksudnya?" Namjoon memutar laptopnya sehingga menghadap Seokjin. Sikap Namjoon yang berubah tegas membuat Seokjin bertanya.
Tanpa berpikir lagi, Seokjin segera mengamati laptop Namjoon . Membaca semua kalimat yang tercetak disana.
"Dokter rumah sakit Asan, Seoul telah melakukan malpraktik disebuah desa di Busan, korban masih anak-anak terinfeksi HIV."
Dari judulnya Seokjin sudah tak mengerti. Dia terperanjat, seketika menggeleng dan membelalakkan mata. Artikel ini menyangkut dirinya. Ada foto dirinya pula dibagian bawah judul. Dan mirisnya dia dianggap melakukan malpraktek. Sungguh Seokjin tidak mengerti. Apanya yang malpraktek. HIV apa? Selama ini Seokjin tidak pernah melakukan kesalahan apapun. Justru dia sangat berhati-hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
5 Years Ago
FanfictionTiga dokter muda tengah mengabdi disebuah desa terpencil, terdalam, dan terpelosok jauh di daerah Busan dekat pegunungan. Mereka adalah Kim Seokjin, Min Yoongi, dan Park Jimin. Mereka tak menyangka berkat pengabdian mereka disana menjadi sebuah benc...