"Ayah, Seokjin sudah kembali. Bolehkah aku merekrutnya lagi?"
Suara yang sedikit tercekat itu berhasil membalikkan tubuh seorang namja paruh baya yang berada didekat jendela ruang kerja. Wajah yang tegas dengan gurat-gurat kulit halusnya terekspos secara nyata saat Namjoon mendongakkan kepala.
Namja itu terlihat menatap Namjoon. Tak ada senyuman sama sekali dari wajahnya tapi juga tidak begitu menyeramkan.
"Duduklah. Kita bicarakan ini setelah kopi datang."
Di ruang kerja sang ayah mertua, Namjoon duduk berhadapan dengan Tuan Park. Setelah asisten rumah tangganya datang menyuguhkan secangkir kopi untuk mereka berdua. Sofa hitam yang empuk tak dirasakan lagi oleh Namjoon, lantaran hatinya was-was dengan jawaban yang akan diberikan ayah mertuanya.
"Minumlah dulu. Kau pasti lelah jauh-jauh datang kesini."
Tuan Park menyeruput kopinya sendiri, sementara Namjoon mengikutinya.
"Apa maksud pertanyaanmu tadi?"
Namjoon agak tersentak, dia takut mengulang pertanyaannya. Ayahnya itu sudah tak suka dengan Seokjin sejak kejadian itu.
"A-aku sudah bertemu Seokjin. Dan aku kasihan padanya. Dia baru pulang dari militer tapi belum memiliki pekerjaan, ayah."
Sang ayah hanya mengangguk. Mengisyaratkan Namjoon agar terus berbicara.
"Seokjin itu salah satu dokter yang cerdas, ayah. Kinerjanya bagus dan pekerja keras. Aku rasa dia bisa membantu kita menangani pasien."
Ayahnya terlihat menimbang-nimbang jawaban. Ia ingat dua tahun lalu dirinya sudah berjanji kepada seseorang untuk tak mempekerjakan Seokjin lagi.
Tapi apa yang di katakan Namjoon memang benar. Seokjin dokter yang cekatan, kinerjanya bagus dan pekerja keras. Nama rumah sakitnya pun sudah kembali sehingga tak ada lagi scandal tentang Seokjin.
Namun meskipun nama rumah sakit miliknya sudah bersih, Seokjin tetap tak boleh ada disana. Tuan Min melarang dirinya memasukkan Seokjin kedalam daftar nama dokter di rumah sakit miliknya. Tuan Min sudah banyak membantu memulihkan nama baik rumah sakit hingga menyelesaikan kasus Seokjin, mana mungkin dia berani mengingkari janji.
"Kita masih punya Min Yoongi kenapa harus memberi space untuk dokter lain? Aku rasa itu hanya membuat kerja mereka terbagi-bagi dan membingungkan."
Namjoon agak kecewa dengan alasan sang ayah. Dulu saja dirinya langsung memohon pada Seokjin untuk menjadi bagian dari rumah sakit, kenapa sekarang justru seperti tak ada minat untuk mempekerjakannya hanya karena alasan ada Yoongi. Mungkin ayah masih kesal dengan kesalahan Seokjin, tapi itu sudah dua tahun lalu. Orang-orang sudah lupa dengan kasus itu. Dan seharusnya ayahnya memberi kesempatan bagi Seokjin untuk memajukan kembali rumah sakit miliknya teringat Seokjin dokter yang pernah membuat nama disana.
Namjoon lalu tersenyum kecil. Betapa ia tak mengerti isi hati ayahnya.
"Mungkin ayah perlu mempertimbangkannya lagi. Seokjin sudah mengakui kesalahannya dan sudah menebusnya dua tahun lamanya seperti perintah ayah. Aku harap ayah bisa menerimanya kembali."
"Kalau begitu, aku permisi, ayah." Namjoon membungkuk lalu melenggang keluar ruangan.
***
Setengah hari sudah Namjoon berkutat di rumah sakit. Sekarang waktunya ia pulang ke rumah mengistirahatkan tubuh.
"Kau sudah pulang? Bagaimana?"
Ucap seseorang yang datang dari atas tangga. Seorang yeoja cantik berbalut dress bunga selutut mendekati Namjoon yang baru saja membuka pintu utama.

KAMU SEDANG MEMBACA
5 Years Ago
Fiksi PenggemarTiga dokter muda tengah mengabdi disebuah desa terpencil, terdalam, dan terpelosok jauh di daerah Busan dekat pegunungan. Mereka adalah Kim Seokjin, Min Yoongi, dan Park Jimin. Mereka tak menyangka berkat pengabdian mereka disana menjadi sebuah benc...