31 [Pulih]

1.1K 108 9
                                    

Anyeong para readers ku yg setia menunggu ff ini up 🙌 Hehe mian agak lama ya  🙏

Hari ini aku up menjelang siang krn aku libuuuurrr 😆😆😆 seneng banget akhirnya work at home juga walau masih harus berangkat tiga kali seminggu hehe curcol

Oke berhubung hari ini hari jumat, hari penuh berkah, chap ini isinya spesial Jinkook 😇😂 walau nanti ada sedikit tambahan diakhir. Happy Reading... 😍
.
.
.
.
.
.
.

Sudah sangat larut malam seorang pria dengan piyama tidurnya berlari kesetanan menelusuri koridor rumah sakit setelah kabar yang ia terima dari saluran telepon. Siapa lagi kalau bukan Kim Seokjin.

Setelah Namjoon mengabarinya tadi Seokjin tak banyak berpikir. Ia langsung menyambar kunci mobil dan melaju di jam setengah dua belas tanpa mengganti pakaian tidurnya.

Brakk

Bantingan pintu mengagetkan seisi kamar. Namun tidak dengan seseorang yang tertidur diatas brankar.

"Dokter Seokjin."

"Seokjin-ah."

Hoseok dan Namjoon sempat menatap Seokjin tak percaya. Dokter muda itu datang kemari hanya dengan piyama polos berwarna coklat dan sandal bulu berkepala kelinci.

Disaat bersamaan, Seokjin tersenyum lebar. Saat melihat sebujur tubuh yang tertidur damai diatas brangkar. Ia melangkah mendekati Jungkook. Mengabaikan sapaan dua namja didepannya.

"Jungkook-ah, ini kau?" Tatapan mata Seokjin tak beralih dari wajah pucat adiknya yang kini sudah terbebas dari masker oksigen. Hanya ada selang nasal kanula yang bertengger di kedua lubang hidungnya. Memberikan banyak ruang untuk rupanya yang terlihat berbeda dari dua setengah tahun yang lalu.

Seokjin meraih surai Jungkook, mengelusnya pelan lalu menyingkap poninya yang memanjang menghalangi sebagian besar keningnya.

Dua bola hitam itu tiba-tiba membuka perlahan. Air matanya tak bisa tertahan lagi saat bola mata bambi itu menatapnya. Jungkook terusik dengan belaian lembut di kepalanya.

Dada Seokjin tiba-tiba terasa sesak, bola mata Jungkook yang hitam pekat itu masih sama seperti dua setengah tahun lalu, bahkan masih sama sejak delapan tahun lalu. Tak ada yang berubah dari tatapannya, hanya sedikit kosong dan nanar, hanya rupanya yang berubah, semakin tirus dan pucat.

Jungkook memandang pria yang kini tengah menatapnya dari atas. Meski samar-samar ia melihat bibir tebal itu tersenyum, namun sepertinya juga menangis. Sejenak Jungkook terdiam, mencerna siapa yang kini ada dihadapannya. Lekukan wajahnya tampak tak asing, aroma tubuhnya pernah ia cium, tapi siapa? Retinanya sulit menangkap bayangan wajah namja itu.

"Ak.. akk..." Sedikit ada gerakan dari mulut mungil Jungkook, dirinya berniat menanyakan siapa namja itu meskipun suara yang dikeluarkan tercekat di tenggorokan dan tak bisa ditangkap telinga.

Seokjin tahu Jungkook masih belum bisa berbicara. Dia lantas mengangguk mengiyakan apapun yang tengah dipikirkan Jungkook bersama tumpahan air mata bahagia. Netranya tak henti memandangi adiknya yang juga tengah memandang dirinya.

"Jungkook-ah, kau bisa melihatku?"

Jungkook mendengar suara itu. Itu suara Seokjin hyung. Apa dia tidak salah dengar? Apa telinganya juga bermasalah? Seokjin hyung ada disini sekarang. Bersamanya. Dia tengah menatapnya dan mengelus kepalanya.

Sungguh Jungkook masih belum percaya jika dia benar-benar Seokjin hyung yang ia kenal. Ingatannya kembali pada berapa lama ia tertidur, dimana ia sekarang, dan tempat apa ini? Bukankah Seokjin hyung ada di militer? Bukankah baru beberapa bulan Seokjin hyung pergi? Kenapa secepat ini? Kenapa dia sudah pulang dan berada disini? Seketika wajah Jungkook blank, ia merasa bingung dan linglung. 

5 Years AgoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang