35 [Kejutan]

1K 104 3
                                    

Jungkook dan Hoseok kini tinggal bersama Seokjin. Sudah tiga bulan terhitung dari Jungkook meninggalkan rumah sakit dirinya hidup bersama Seokjin di rumah besar ini. Seokjin tak ingin jauh dari adiknya dan juga agar dirinya bisa selalu mengecek kondisi Jungkook.

Rumah yang semula kosong, hening, dan sunyi kini berubah penuh binar kehidupan. Jungkook yang dasarnya anak ceria selalu membuat suasana rumah menjadi hidup. Seokjin sudah tak merasa kesepian lagi. Bahkan para asisten rumah tangganya sangat senang dengan kehadiran Jungkook.

Satu September menjadi hari yang sangat dinanti oleh Hoseok dan Seokjin. Tanggal itu adalah tanggal kelahiran Jungkook. Hingga tahun ini, Jungkook akan genap berusia sembilan belas tahun.

Rencana demi rencana dari otak mereka akan segera terealisasikan. Hoseok dan Seokjin sudah menyiapkan semuanya, dibantu oleh Namjoon, Taehyung, Jisoo, beserta para asisten rumah tangga Seokjin.

Hoseok tak menyangka ternyata adiknya sudah sebesar ini. Selama sembilan belas tahun, dirinya tak pernah merayakan ulang tahun adiknya. Namun Jungkook tak pernah mengeluh. Tidak ada orang yang tahu hari lahirnya pun ia tak akan marah.

Dikamar Jungkook, para hyungdeul Jungkook tengah asyik merancang segala sesuatunya. Kecuali Seokjin yang memang ditugaskan untuk pergi keluar bersama Jungkook, mengalihkan perhatian adiknya.

Taehyung tengah menata balon dan kertas krep diatas langit-langit dan juga dinding. Hoseok menata kursi dan meja. Namjoon membungkus kado yang sudah disiapkan khusus untuk Jungkook. Jisoo dan para asisten rumah tangga menghias kue buatannya dan memasang lilin. Semuanya bekerja sama, sehingga tidak sampai satu jam mereka sudah menyelesaikannya.

"Hyung enaknya aku taro dimana balon nama ini?" Tanya Taehyung pada semua orang yang sudi menjawab.

Tak ada yang mendengar. Semuanya sibuk dengan kerjaan masing-masing. Membuat Taehyung harus berteriak kencang.

"HYUNG INI TARO DIMANA? DISEBELAH KANAN ATAU KIRI?"

Suara berat tapi menggelengar Taehyung sontak membuat semuanya berjingkit kaget. Semuanya menoleh tanpa terkecuali. Dan satu yang membuat Taehyung cengar-cengir adalah tatapan tajam Namjoon yang seolah ingin melahapnya.

~~~

Pukul sembilan pagi Jungkook sudah merasa kelelahan. Sejak pagi tadi Seokjin sengaja membawa Jungkook jalan-jalan mengitari komplek untuk menyembunyikan kejutan ulang tahunnya.

"Hyung, aku lelah. Kita pulang saja ne?" Meski Jungkook hanya duduk di kursi roda, tapi rasa lelah yang menghinggap tak bisa dielakkan. Dia kelelahan lantaran tubuhnya ngilu ingin segera berbaring. Seokjin yang paham langsung berbalik mengabulkan permintaan adiknya. Langkahnya ia pelankan karena khawatir jika saat dia sampai, semuanya masih berantakan.

Akhirnya Seokjin mengirim pesan singkat kepada Namjoon untuk menanyakan keadaan rumahnya.

Seokjin tersenyum kecil saat balasan yang ia terima sesuai keinginannya. Dengan santai dan percaya diri, ia berjalan kearah pulang.

Sampailah ia di ruang tamu rumah Seokjin. Ruangan dengan jendela yang sedikit itu terlihat gelap saat tak ada cahaya yang memancar dari lampu. Jungkook mengernyit heran, biasanya rumah Seokjin hyung tidak pernah dipadamkan lampunya. Jungkook mengedarkan pandangan ke sekeliling rumah dengan bingung membuat Seokjin menahan tawa saat melihatnya.

"Hyung kenapa gelap sekali?" Tanyanya dengan nada bingung. Seokjin sebenarnya ingin tertawa, namun ia sadar semuanya harus berjalan lancar sampai di sebuah ruangan khusus itu.

"Ah iya hyung lupa membeli token listrik. Kita ke kamar saja ya." Jungkook mengangguk meski ia sedikit heran.

Seokjin melangkah sembari mendorong kursi roda sang adik. Sampai di sebuah ruangan yang dimaksud yaitu kamar Jungkook, Seokjin mulai membuka pintu perlahan. Dia sudah katakan pada semuanya tak boleh ada petasan, terompet, atau balon yang diletuskan. Takutnya Jungkook akan kaget.

Dibukanya pintu kamar itu perlahan, hanya ada gelap yang mendominasi. Seokjin mulai mendorong kursi roda Jungkook ke dalam. Dalam hitungan detik, lampu kamar menyala beruntutan. Memperlihatkan pada mata Jungkook sebuah pemandangan yang mengejutkan.

"Saengil chukka hamnida... Saengil chukka hamnida... Saranghaneun Jungkookie... Saengil chukka hamnida... Yeeee... " Semua orang kecuali Jungkook bernyanyi ceria. Dilengkapi tepukan tangan mereka yang menggema.

Dinding, atap, lantai, semuanya sudah dipenuhi balon dan kertas hias. Meja dan kursi sudah penuh dengan kotak berbungkus kertas kado. Para hyung, noona, dan ahjumma semuanya berbaris menghadap dirinya lengkap dengan topi menjulang tinggi. Tak lupa Jisoo noona yang berada paling tengah membawa sebuah kue ulang tahun disertai lilin berbentuk angka sembilan belas yang menyala.

Jungkook terkejut bukan main. Dia langsung menangis setelah mendengar nyanyian yang tak pernah ia dengar sekarang ditujukan untuknya. Semua orang disana tertawa melihat sasarannya berhasil terkejut. Dihampirilah tubuh Jungkook yang masih menutupi wajahnya karena menangis. Jisoo noona yang membawa kue langsung menyodorkannya pada Jungkook seraya menyuruhnya untuk mengucapkan permintaan sebelum meniup lilin.

"Jungkook-ah, make a wish..." Pinta Jisoo noona disambut antusias oleh yang lainnya.

Jungkook langsung menggenggam tangan, menunduk terpejam sembari meminta doa. Lalu ia mulai meniup lilinnya dalam satu tiupan.

Lilin padam membuat semua yang ada disana bersorak senang. Hoseok bahkan sampai menitikkan air mata karena begitu bahagianya ia. Adiknya sudah dewasa. Jungkook yang dulu sangat kekanakan kini sudah berusia sembilan belas tahun.

"Jungkook-ah hiks... Chukkae..." Tak bisa berkata-kata, Hoseok langsung menghambur ke tubuh Jungkook. Membuat suasana berubah hening. Hanya ada suara isak tangis Hoseok bercampur tawanya yang dipaksa. Tak bisa ia pungkiri, semua kejadian yang pernah ia lalui bersama Jungkook seakan mimpi. Kejadian buruk yang mewarnai hari-harinya seolah bukan kenyataan. Begitu sulit ia bayangkan. Waktu yang ia lalui bersama Jungkook sangat cepat berlalu. Sampai ia tak percaya Jungkook sudah berusia sembilan belas tahun. Ia merasa adiknya masih lima belas tahun.

"Gomawo hyung."

Pelukan Hoseok berakhir. Disusul Seokjin yang kini memeluk sang adik erat.

Tak ada linangan air mata, namun semua tahu jika Seokjin tengah menahannya. Senyum segera ia ulas untuk menghilangkan titik-titik embun di matanya.

"Saengil chukkae Jungkook-ah. Apa yang kau harapkan, semoga menjadi kenyataan." Ucapnya dalam pelukan.

"Gomawo hyung."

"Kajja potong kuenya, Kook." Jungkook mulai memotong kue. Semuanya menatap Jungkook heran, kenapa Jungkook memotong dua potongan sekaligus.

Kini di kedua tangan Jungkook sudah ada masing-masing satu potong kue. Ia mulai memberikan kue itu pada Hoseok dan Seokjin bersamaan.

Semuanya kembali bahagia. Hari ulang tahun Jungkook menjadi moment penuh tawa dan haru. Orang yang saling menyayangi berkumpul disini menyaksikan pesta kecil-kecilan untuk merayakan ulang tahun Jungkook.

Jungkook tak banyak berharap. Hanya secuil keinginan yang terpatri didalam hatinya. Ia ingin sembuh dan kembali seperti semula. Melihat hyung nya bahagia. Melihat tawa mereka hingga tua nanti tanpa ada linangan air mata atau kata perpisahan.

Seberkas harapan di hati Jungkook menyisakan banyak luka yang akan ia bawa hingga akhir hayat. Harapan yang tak akan pernah terwujud namun ia tetap teguh untuk tak merubahnya. Jungkook yang menginginkan kesembuhan dan kebahagiaan menyertai hyungdeul nya. Tapi seakan runtuh setiap dirinya teringat penyakit yang hinggap ditubuhnya.

***
TBC

Chapter ini aku ringkas biar gak kepanjangan hihi😂

5 Years AgoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang