"Dokter tolong Jungkook, dok. Dia tergelincir dari tebing." Pemuda bernama Hoseok itu berujar dengan suara dan tubuhnya yang bergetar. Matanya sudah berkaca-kaca hendak menangis.
Seokjin yang sedari tadi terpaku langsung mengambil alih tubuh Jungkook. Kepalanya sudah berlumuran darah hingga surainya lepek dan lengket.
Dengan tangan sigapnya Seokjin segera meraih jas kedokterannya yang ia cantolkan di kapstok ruang praktek. Lalu ia menyumbat telinganya dengan ujung stetoskop dan mulai mencari detak jantung Jungkook. Setelah dirasa cukup, Seokjin beralih mengambil sarung tangan medis. Lantas menekan luka dikepala Jungkook dengan kasa steril sebelum ia menjahit lukanya.
Jimin dan Yoongi satu persatu keluar karena mendengar suara bising warga dari luar ruang praktek.
Jimin dan Yoongi tersentak hingga matanya terbelalak lebar. Seketika kantuk mereka hilang beralih membantu Seokjin menangani Jungkook.
"Jim, Jungkook kehilangan banyak darah. Apa persediaan darah kita masih ada?" Seokjin bertanya dengan suaranya yang bergetar. Keringatnya tak henti mengucur dari keningnya.
"Apa golongan darahnya, hyung?"
"B"
Jimin bergegas kedalam guna mencari kantung darah yang diinginkan Seokjin. Kedua tangannya sibuk membongkar isi kotak termos berukuran besar yang berisi beberapa kantung darah dan es batu. Matanya meneliti informasi yang ada di plastik transparan.
"Yoongi-ah, kau bisa bantu aku memasang infusnya? Aku akan menjahit lukanya."
"Ne"
"Hyung, tidak ada persediaan B. Apa kau yakin itu masih ada?" Jimin dari dalam segera menginformasikan pada Seokjin. Didalam sana hanya ada darah A, O, dan AB itupun sedikit.
Seokjin sempat menoleh dan berpikir sejenak. Iya dia lupa belum mengambil darah lagi ke Seoul.
"Astaga aku lupa. Kita sudah tidak punya itu."
"Cepat Jim panggil kakek Jeon." Jimin langsung keluar dan mencari kakek Jungkook. Tapi tak ada. Kata warga Hoseok sedang pergi menyusulnya.
Tak lama kakek Jeon sampai. Dia kepanikan luar biasa sampai badannya bergetar hebat.
"Cucuku... Apa yang terjadi padamu? Aigoo kepalamu kenapa? Kenapa bisa jatuh seperti ini huh?" Kakek Jungkook meraba perban yang terlilit dikepala Jungkook pelan. Jungkooknya masih belum sadar. Kakek Jungkook lantas menangis sembari memeluk tubuh cucunya.
"Kakek, golongan darah kakek apa?" Seokjin menghampiri kakek Jeon dan menepuk bahunya pelan.
"Aku tidak tahu." Jawab kakek Jeon masih terisak.
"Kakek bisakah aku mengecek golongan darah kakek? Jungkook kehilangan banyak darah dan dia butuh pendonor sekarang juga. Persediaan di tempat kami kehabisan, dan tidak mungkin kami menunggu pengiriman dari Seoul."
Kakek manggut. Dia lalu menjalani tes darah. Tapi sayang hasilnya kakek bergolongan darah A.
Seokjin sempat panik saat alat vital Jungkook menunjukkan penurunan tekanan darah secara drastis. Cepat-cepat dia melaksanakan plan B yaitu mencari pendonor darurat siapapun itu orangnya.
Seokjin keluar ruangan dan menanyakan kepada warga yang masih berada disana. Dari lima warga yang masih berkumpul, ada satu orang yang mengaku bergolongan darah B. Segera Seokjin mempersilahkannya masuk dan mengutarakan maksudnya.
Pemuda itu bersedia menjadi pendonor darah untuk Jungkook. Pemuda yang usianya lebih tua dari dokter Seokjin adalah salah satu warga desa ini dan kebetulan melintas saat kerumunan warga mengalihkan pandangannya. Berkat bantuan darahnya, Jungkook kembali stabil.
KAMU SEDANG MEMBACA
5 Years Ago
FanficTiga dokter muda tengah mengabdi disebuah desa terpencil, terdalam, dan terpelosok jauh di daerah Busan dekat pegunungan. Mereka adalah Kim Seokjin, Min Yoongi, dan Park Jimin. Mereka tak menyangka berkat pengabdian mereka disana menjadi sebuah benc...