"JUNGKOOK! hah hah hah"
"Kau kenapa Seokjin-ah?"
Baekhyun menghampiri Seokjin yang tiba-tiba terbangun dari tidur siangnya dengan jeritan dan peluh yang membanjiri seluruh tubuhnya. Nafas Seokjin menderu dengan detak jantungnya yang tak biasa. Apa yang baru saja Seokjin alami cukup membuatnya takut. Seluruh tubuhnya mendingin disusul air mata yang mengucur.
"Kau bermimpi buruk lagi?" Tanya Baekhyun yang sedari tadi tak mendapat jawaban apapun dari teman sekamarnya. Ia cemas berhari-hari Seokjin terus diserang mimpi buruk hingga merembet pada kondisi kesehatannya. Ya, dia tengah sakit. Badannya demam tinggi hingga ia diperbolehkan tak mengambil tugas.
Seokjin mengangguk mengiyakan. Ia katupkan kedua tangannya ke wajah. Mencoba menepis seluruh ingatan tentang mimpi buruk ini.
Baekhyun mengelus punggung temannya. Menenangkannya lembut untuk menghilangkan rasa takut dihati Seokjin.
"Sudah Seokjin-ah. Jangan terlalu dipikirkan. Itu hanya mimpi." Sebagai teman dekat Seokjin di militer, Baekhyun tentu yang merawat Seokjin saat ia sakit. Ia tahu kondisi fisik dan mental temannya sedang tidak baik. Berhari-hari dihantui oleh mimpi yang mengoyak pikirannya yang berhasil memberi ketakutan berlebih pada dokter itu.
"Tapi Baek, mimpi ini mengerikan. Ini sudah datang berkali-kali padaku. Aku takut mimpiku menjadi kenyataan." Seokjin semakin ketakutan jika saja mimpi yang ia alami merupakan pertanda akan terjadinya hal yang buruk. Apalagi sudah kesekian kalinya ia memimpikan ini. Membuatnya tak yakin jika hanya mimpi semata.
Melihat kemantaban hati Seokjin tentang mimpi yang mengerikan itu, Baekhyun menjadi penasaran. Ia ingin menanyakannya langsung padanya sekarang. Namun setelah dipikir-pikir lagi, perasaan Seokjin masih tak karuan. Ia pun mengurungkan niatnya takut jika Seokjin semakin sedih dengan menceritakan mimpinya.
"Tidak akan. Apapun mimpi buruk yang kau alami, tak akan pernah jadi kenyataan. Semua itu hanya bunga tidur Seokjin-ah. Tidak lebih."
Seokjin mengangguk. Sebenarnya ia masih takut dan khawatir jika ternyata akan terjadi suatu hal yang datang di mimpinya. Mimpi yang terasa begitu nyata. Saat tubuh sang adik hilang meninggalkan dunia. Saat Jungkooknya pergi tanpa ada yang bisa menahannya. Ia takut sesuatu seperti itu terwujud nyata di kehidupannya.
Mimpi tentang kepergian Jungkook menjadi satu sebab debaran di dadanya tak kunjung hilang. Ia kepalang takut, apalagi dirinya tak bisa menjenguk Jungkook. Ingin rasanya menengok dan melihat rupa adik angkatnya, tetapi mustahil. Dirinya masih memiliki tanggung jawab sebagai tentara militer korea. Mungkin satu tahun lagi ia bisa bebas dari belenggu kewajiban ini dan memuaskan rasa rindunya untuk melihat sang adik.
***
"Jungkook-ah... Hoseok-ssi apa yang terjadi?! Katakan! Apa yang terjadi pada Jungkook?! YAK!"
Taehyung menggoyang-goyangkan tubuh Hoseok yang terus memeluk tubuh adiknya. Tak ada jawaban dari sang pemuda desa, ia bak orang yang linglung dengan pikirannya. Hoseok hanya mampu menangis dan menangis seraya terus mengumandangkan kata maaf dan menggemakan nama Jungkook tak lupa ia memeluknya terlampau erat.
Dengan sigap Taehyung meletakkan jari-jarinya ke pergelangan tangan Jungkook. Frekuensi getaran jantung Taehyung berubah cepat saat tak ia rasakan nadi Jungkook. Firasatnya mulai memburuk. Ia lalu beralih menyentuh urat nadi di leher Jungkook. Seketika netra Taehyung berkaca, jantungnya semakin bergetar hebat. Taehyung menggeleng, tak tahu apakah ini nyata atau hanya mimpi belaka.
"J-jung..." Tubuh Taehyung lemas. Tangannya jatuh terkulai. Air mata mulai keluar, menetes satu demi satu.
Namjoon yang juga datang bersama Taehyung mulai bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
5 Years Ago
FanfictionTiga dokter muda tengah mengabdi disebuah desa terpencil, terdalam, dan terpelosok jauh di daerah Busan dekat pegunungan. Mereka adalah Kim Seokjin, Min Yoongi, dan Park Jimin. Mereka tak menyangka berkat pengabdian mereka disana menjadi sebuah benc...