05 [Kasih Sayang]

1.5K 146 0
                                    

"HIV atau Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyebabkan penyakit AIDS (Acquired Immunideficiency Syndrome) dan menyerang sistem kekebalan tubuh hingga merusak bagian dari sistem di dalamnya, seperti sel darah putih."

Seorang guru lelaki berperawakan tinggi dan putih dengan tubuh tegap tengah menerangkan materi pelajaran hari ini. Di jam ketiga kelas 3-A sebelum istirahat tiba, murid-murid sudah gusar memegangi perut masing-masing. Tak sedikit yang menumpu kepalanya di meja. Menjulurkan lengannya sebagai sandaran.

Berbeda dengan siswa lain, Jungkook terlihat sangat memperhatikan. Manik bambinya fokus menatap kata demi kata yang tercetak di papan tulis hitam. Guratan kapur putih menyisakan huruf alfabet yang mudah dibaca, dengan taburan sisa goresan ke lantai putih ruang kelas. Tak sedikit yang menempel di telapak tangan sang guru hingga harus menepisnya dengan tangan kirinya.

"Seks bebas bisa menjadi pelantara penularan virus berbahaya ini. Jadi kalian sebagai generasi muda penerus bangsa, jangan salah bergaul. Pilihlah teman yang baik untukmu, lihatlah pergaulan mereka. Dengan siapa mereka bergaul, bagaimana mereka bermain bersama. Jangan sampai kalian terjebak dalam kubangan seks bebas yang menjerumuskan. Paham?"

"Paham, saem."

Kriiing...

"Cukup sekian pelajaran saya hari ini. Selamat beristirahat."

Semua siswa segera berlari berhamburan ke luar kelas. Hanya satu tempat tujuan mereka, kantin.

Namun ada seorang haksaeng yang tak berminat untuk sekedar beranjak dari kursi duduknya. Ia lebih suka mengambil buku lalu membacanya.

"Jung, kau tak ke kantin lagi?" Tanya seorang haksaeng yang tak lain adalah Kim Mingyu, teman sebangkunya.

Jungkook hanya menggeleng. Netranya terus fokus ke tulisan berbaris dibalik buku paket.

Mingyu menghela nafas, "Kau mau apa? Biar aku pesankan." Mingyu berniat mentraktir Jungkook makan di kantin. Karena dirinya tak pernah memiliki teman untuk menemaninya makan.

"Ani. Aku sedang tidak ingin makan."

Jelas saja, Jungkook tak pernah punya uang untuk sekedar membeli air mineral. Setiap hari ia selalu membawa bekal dan air minum dari rumah. Pun lauk yang sangat sederhana.

Mingyu sudah paham kebiasaan temannya dan mengapa ia jarang ke kantin. Masalah ekonomi sudah pasti. Mingyu tahu Jungkook tak memiliki keluarga lagi selain Hoseok yang sudah menganggapnya adik sendiri.

Hoseok pun seorang pemuda yang hanya bekerja di ladang. Buruh ikut dengan juragan-juragan. Penghasilannya tak tentu, hanya cukup untuk makan sehari-hari.

Beruntung keluarga Mingyu masih memiliki cukup uang untuk memberinya saku tiap pagi. Keluarganya lebih baik dibanding keluarga di desanya yang lain.

Mingyu beranjak dari duduknya, meninggalkan Jungkook sendiri dengan buku didepan wajah.

Sepuluh menit kemudian Mingyu kembali, menenteng sebuah kantong kresek putih. Ia letakkan diatas meja, tepatnya didepan Jungkook.

"Ini, makanlah. Aku melakukan kesalahan dengan mengambil banyak roti di kantin. Aku tak enak dengan bibi, jadi kubayar semuanya. Kau harus menghabiskannya ya, aku sudah kenyang."

Jungkook menatap kantong kresek didepannya. Ia memang sedang lapar, tadi pagi ia belum sempat sarapan dan tak sempat membuatnya untuk bekal juga. Hoseok sudah lebih dulu ke ladang tanpa memberi sarapan sedikitpun padanya.

"Tak apa. Ambillah. Aku akan senang jika kau mengambilnya, Kook." Ucap Mingyu sembari memegang tangan Jungkook.

"Kita sahabat. Apa yang aku punya itu juga punyamu." Lanjutnya.

Jungkook beralih menatap manik Mingyu. Terlihat tulus disana. Jungkook tersenyum. Ia tak mungkin mengecewakan hati Mingyu dengan terus menolak pemberiannya. Bagaimanapun juga Mingyu sahabatnya, ia selalu ada disaat Jungkook dalam kesulitan. Jika dirinya tak menerima pemberian Mingyu, mungkin dia akan sakit hati.

"Gomawo, Mingyu-ya."

***

Sore ini, Jungkook pulang berjalan kaki. Ia harus me lewat beratus-ratus meter jauhnya untuk sampai di gubuknya. Jalan berbatu, dengan kubangan air dimana-mana, tak menyurutkan niatnya untuk tetap bersekolah. Hatinya senang, ia sungguh bersemangat untuk merubah kehidupannya yang kelam.

Ia sadar pendidikan amat sangat penting bagi setiap insan. Semua anak berhak mengenyam pendidikan. Tak perlu memandang kaya atau miskin, pintar atau bodoh, semua berhak atas kecerdasannya. Jungkook tak ingin menyia-nyiakan masa mudanya hanya untuk bekerja. Ia masih ingin meraih cita-citanya menjadi seorang dokter. Dan pendidikan adalah kunci untuk meraihnya.

"Hyung, kau disini? Sedang apa?" Tanya Jungkook pada Hoseok yang sudah sedari tadi berada di rumahnya. Ia sibuk membenahi alat-alat memasak di dapur yang sepertinya sudah ia pakai baru saja.

Hoseok biasanya sudah di ladang, atau memasak di dapur rumahnya sendiri. Sangat jarang Hoseok berada di rumah Jungkook sore hari. Hoseok hanya akan menemani Jungkook saat malam tiba, dan itu pun hanya sampai Jungkook tertidur. Hoseok sadar rumahnya juga butuh penghuni. Dan Jungkook tak mau pindah ke rumahnya. Dia lebih suka menetap di rumah lamanya.

"Oh kau sudah pulang. Aku membuatkanmu kimchi, makan ya." Hoseok menyodorkan semangkuk kimchi yang masih mengepulkan asap.

Jungkook lagi-lagi terkejut. Hyungnya tak pernah memasak kimchi sebelumnya. Itu adalah makanan mahal dan dari mana dia bisa mempunyai bumbunya. Untuk sayuran mungkin bisa ia petik di ladang, tetapi untuk rempah-rempahnya, Jungkook tak tahu dapat dari mana.

"K-kau membuatnya sendiri? Untuk apa?" Jungkook bertanya sedikit gagap. Ia perlahan mendekati semangkuk kimchi itu dan menghirup aromanya.

"Tentu saja untukmu. Sini makanlah." Hoseok membawanya ke meja makan. Mereka lalu menyantap semangkuk kimchi itu bersama.

Masakan Hoseok memang selalu yang terbaik. Rasanya unik, berbeda dengan makanan enak yang beredar di warung-warung. Jungkook selalu menyukainya. Bumbu yang digerus Hoseok selalu menyajikan cita rasa nikmat.

"Hmm rasanya enak, hyung. Kau memang yang terbaik." Jungkook mengacungkan jempol seraya mengunyah potongan lobak di mulutnya. Hingga suaranya sedikit tak jelas karena mulutnya penuh.

"Jangan berbicara selagi makan. Kau bisa tersedak nanti." Hoseok sedikit malu-malu mendengar Jungkook memuji makanannya. Memang Jungkook selalu memuji masakannya, tetapi Hoseok sepertinya tak terbiasa dengan itu. Ia akan selalu malu dan wajahnya menjadi memerah karena pujian Jungkook.

"Jinja ini enak sekali hyung." Jungkook tetap memasukkan sepotong demi potong sawi putih ke dalam mulutnya yang sudah penuh. Membuat Hoseok gemas.

"Aish berhenti mengatakan itu. Aku tahu itu enak. Jadi makanlah sampai kau kenyang." Kedua pipi Hoseok sudah memerah. Ia menjadi salah tingkah.

Jungkook sangat menikmati masakan Hoseok, begitupula Hoseok sendiri yang sangat senang adiknya menyantap dengan lahap. Meskipun Jungkook selalu antusias kalau soal makanan, tetapi Hoseok tak pernah bosan melihatnya. Ia lebih suka Jungkook yang lahap makan dan menghabiskan banyak makanan ketimbang hanya diam.

***

TBC

5 Years AgoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang