08 [Pulang]

1.4K 145 2
                                    

"HIV" Gumam Taehyung lemas.

Ingatannya masih tercetak apik beberapa hari yang lalu, saat seseorang datang ke tempat prakteknya siang hari dan memintanya untuk segera pergi ke gubuknya di tepi tebing.

Flashback

"Hyung, besok kau kesini kan?" Tanya Taehyung pada Yoongi melalui sambungan telepon.

"Iya sudah satu bulan. Masa kau lupa si?"

"Oke, aku tutup."

Tak lama setelah perbincangan Taehyung di telepon, seorang pemuda berlari kesetanan masuk ke tempat prakteknya. Ia memohon pada Taehyung untuk segera pergi ke rumah adiknya.

Pemuda itu tampak kebingungan dan menangis kencang saat didapatinya sang adik tergeletak tak berdaya dengan darah mengucur dari kedua hidungnya. Taehyung yang awalnya malas menanggapi permintaan pasien untuk berkunjung ke rumah warga mau tak mau akhirnya menurut.

Saat tiba di sebuah rumah kecil milik remaja bernama Jeon Jungkook, Taehyung segera melakukan pemeriksaan. Pemilik rumah ini pingsan dengan darah yang keluar dari lubang hidungnya. Meskipun Hoseok sudah mengelapnya sebelum ia pergi memanggil Taehyung, rupanya cairan kental itu enggan berhenti. Hingga sesampainya mereka berdua di rumah mungil ini darah tak ingin berhenti di lubang hidungnya.

"Apa sebelumnya dia pernah mimisan?" Tanya Taehyung pada Hoseok setelah ia selesai memberikan suntikan dan infus untuk Jungkook.

"Tidak pernah, dokter. Selama ini Jungkook sehat-sehat saja. Tetapi seperti yang dokter tahu akhir-akhir ini dia sering diserang demam."

Memang benar, Jungkook sering demam dan mudah sekali demam tanpa sebab yang jelas. Sekarang pun dia tengah menahan hawa panas itu menggerogoti tubuhnya.

"Sejak kapan demamnya?" Tanya Taehyung seraya mengambil secarik kertas dan pulpen dari saku jas putihnya.

"Sejak demam hari itu dokter. Walaupun sudah meminum obat dari dokter tapi demamnya tidak kunjung turun." Jelas Hoseok yang sudah memeriksakan Jungkook lima hari yang lalu di tempat Taehyung, saat Taehyung tengah asyik menonton acara penghargaan di televisi, tepatnya keesokan harinya setelah Hoseok mendapati Jungkook pingsan di dapur dengan kompor menyala.

Taehyung memutar bola matanya, berpikir sejenak tentang apa yang akan ia tulis dari diagnosanya.

"Ini bukan demam biasa." Gumamnya dalam hati.

Taehyung memasukkan kertas dan pulpennya di saku. Lalu beralih menatap Jungkook lagi untuk memastikan dugaannya.

Taehyung mendekat ke tubuh Jungkook yang masih terbaring lemah. Sejak dua hari yang lalu Jungkook kehilangan banyak cairan. Tak heran tubuhnya lemas dan dehidrasi hingga infus harus tertancap di salah satu tangannya.

"Selain demam, ada gejala apa lagi yang dialami Jungkook?" Tanya Taehyung seraya mencari denyut nadinya.

"Dari pagi dia terus diare. Dia juga sering muntah, dokter. Nafsu makannya menurun, minum pun tidak mau."

"Sudah kau beri larutan oralit?"

"Sudah, dokter. Tapi sepertinya tidak banyak membantu." Jawab Hoseok singkat. Dia sudah berusaha merawat Jungkook sejak demamnya kambuh. Sejak pagi pun ia sibuk meminumkan pil dan larutan oralit padanya hingga dia tidak ke ladang, tetapi tubuh Jungkook seolah tak mau menerima air garam itu. Cairan asin itu langsung keluar dari duburnya saat Jungkook baru saja meneguk, tak ada waktu sedikitpun bagi larutan oralit untuk sekedar singgah di lambungnya.

Taehyung sempat berpikir jika ini muntaber. Ia segera menulis resep di secarik kertas. Tetapi ada yang mengganjal di pikirannya.

Taehyung menghentikan aktivitasnya sejenak. Dia teringat memar yang ia lihat beberapa hari yang lalu. Segera ia menyibak kaos Jungkook, memperlihatkan kulit perutnya yang seputih susu. Dan benar saja memarnya masih ada dan kini terlihat lebih jelas. Aneh, bukannya bertambah samar karena pengaruh obat, lingkaran merah itu kini bertambah jelas dan berubah kebiruan. Dan lecet di lutut kirinya belum sepenuhnya kering. Darah dan nanah bersarang disana. Taehyung sengaja tak menutup luka itu agar cepat mengering. Namun dugaannya salah, lukanya tak kunjung kering.

5 Years AgoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang