Namjoon dan Seokjin tengah berbincang di lobi rumah sakit. Mereka asyik bercanda renyah karena pekerjaan mereka sudah selesai. Sembari menunggu jam pulang, mereka menyempatkan diri berkumpul disini.
Yoongi berjalan keluar dari ruangannya. Ia berjalan hendak ke toilet. Saat netranya menangkap dua dokter yang tengah bergurau di ruangan transparan, Yoongi menghentikan langkahnya.
"Yoongi-ssi." Namjoon tak sengaja melihat Yoongi ada diluar. Dia langsung memanggilnya, tangannya memberi kode agar Yoongi masuk berkumpul dengan mereka.
Seokjin berbalik. Yoongi lalu masuk dan mengambil tempat duduk disebelah Seokjin.
"Kau sudah menyiapkan acara penarikannya?"
Pertanyaan Namjoon sedikit membingungkan. Yoongi sempat berpikir sejenak lalu dia teringat adiknya yang masih berada di desa.
Yoongi ingat Taehyung harus kembali kesini dua hari lagi. Tetapi kenapa Yoongi lupa. Dia bahkan lupa dengan adiknya sendiri.
"Belum, sunbae." Yoongi menjawab dengan gugup. Dia merasa tak enak karena pekerjaannya membimbing Taehyung tidak berjalan dengan baik.
"Usahakan secepatnya. Karena dua hari lagi penarikan. Kau tidak mau kan Taehyung terlambat pulang?"
Yoongi mengangguk. Sementara Seokjin menatap Yoongi yang sekarang lebih terlihat diam. Biasanya Yoongi akan santai dan tak gugup seperti sekarang. Apalagi dengan dirinya.
Akhir-akhir ini Seokjin menyadari jika teman seprofesinya itu sering melamun. Dia tertangkap sedang merenung kala tidak ada pasien lagi yang harus ia tangani. Seokjin tak tahu apa penyebabnya.
Seokjin urung menanyakan hal seperti itu. Yoongi itu orangnya tertutup. Tidak mudah bagi Seokjin untuk menggali informasi pribadi seperti itu. Pun Seokjin bukan siapa-siapa yang boleh ikut campur urusan orang lain.
"Yoon, apa kau kesulitan membimbing Taehyung?" Tanya Seokjin sesaat setelah mereka keluar dari lobi.
"Tidak." Jawab Yoongi singkat. Wajahnya tak berselera untuk meladeni Seokjin dengan baik.
"Kalau iya, aku bisa membantumu, Yoon. Aku mau menemanimu ke desa itu saat penarikannya." Ucap Seokjin.
"Tidak perlu, Jin. Aku bisa sendiri kok. Terimakasih atas tawarannya." Yoongi langsung meninggalkan Seokjin sendiri. Seokjin hanya diam menatap perubahan sikap Yoongi yang sering menghindar.
Yoongi tak tahu lagi. Saat kemaren Taehyung menelepon jika riwayat kesehatan ibu Jungkook tak bermasalah dan ada satu pasien HIV yang tercatat didesa itu, pikiran Yoongi tak tentu arah. Dia was-was jika saja ini ada hubungannya dengan lima tahun silam.
Apalagi Taehyung mengatakan pasien HIV itu adalah seorang pemuda dari desa yang menjadi tempatnya mengabdi. Yoongi semakin dibuat berdebar dan gelisah.
"Namanya Kim Heechul. Dia warga desa ini. Tapi dia sudah meninggal setengah tahun yang lalu."
Itulah sepenggal kata yang teringat Yoongi saat Taehyung meneleponnya. Sesaat setelah itu pikiran Yoongi dibawa ke lima tahun yang lalu. Dimana nama itu sangat mirip dengan nama pendonor darah Jungkook.
Yoongi semakin tak tenang. Bayang-bayang kesalahan ada dibenaknya sekarang. Dia takut jika apa yang ia pikirkan benar. Dia takut jika Jungkook terkena HIV lantaran pendonor itu. Dan itu artinya Yoongi berperan dalam menyebarkannya.
"Tidak. Aku harus menyelidikinya sendiri." Yoongi mengepalkan kedua tangannya dan menyatukannya didepan mulutnya. Membekap mulutnya lantaran rasa takut yang teramat tinggi. Dia gelagapan. Yoongi begitu gelisah sebelum masalah ini bisa terselesiakan.

KAMU SEDANG MEMBACA
5 Years Ago
FanfictionTiga dokter muda tengah mengabdi disebuah desa terpencil, terdalam, dan terpelosok jauh di daerah Busan dekat pegunungan. Mereka adalah Kim Seokjin, Min Yoongi, dan Park Jimin. Mereka tak menyangka berkat pengabdian mereka disana menjadi sebuah benc...