Kicauan burung memekak telinga seorang namja. Kokokan ayam ikut menyapa hari pagi. Matahari sudah tegak berdiri di ufuk timur. Sinar nya masuk menembus jendela dengan tirai sedikit terbuka. Menyilaukan retina untuk segera membuka.
Jungkook mengerjap pelan. Menerima cahaya yang masuk ke bola mata. Kepalanya masih berdenyut. Ia merasakan hangat di tubuhnya belum juga mereda meski secarik handuk telah kering di kening.
Seseorang tengah terkulai ditepi ranjang. Mengalihkan pandangannya dari langit-langit kamar.
"Hyung..."
Pelan sekali, hingga si empunya panggilan tak bergeming.
Jungkook melepas kompresannya, ia merubah posisi menjadi duduk.
Hoseok yang berada di sana sedikit terganggu. Ia pun terbangun.
"Kau sudah bangun?" Tanyanya dengan sedikit senyuman. Matanya masih menyipit, tak siap dengan sambutan cahaya mentari.
Jungkook hanya mengangguk lemas. Kepalanya ia tengadahkan untuk menahan rasa sakit.
"Sebaiknya kau tetap berbaring. Badanmu masih panas, Kook." Hoseok membantu Jungkook membaringkan tubuhnya saat ia menyadari kening Jungkook berkerut.
Jungkook masih merasakan sakit di kepalanya dan panas di tubuhnya. Sudah biasa ia mengalami, namun akhir-akhir ini lebih sering menyerang.
Hoseok berjalan menuju dapur. Ia membuat bubur beras untuk Jungkook sarapan.
"Ini, makanlah." Hoseok menyuapi satu demi satu sendok bubur ke mulut Jungkook setelah bubur yang ia buat selesai masak. Jungkook menurut.
"Nanti kita periksa, ya. Sudah ada dokter magang yang sukarela memeriksa disini. Kita tidak perlu mengeluarkan biaya lagi." Hoseok tahu, keadaan ekonomi dirinya dan Jungkook tidaklah melimpah. Mereka hanya memiliki uang untuk makan sehari-hari dan membayar spp sekolah Jungkook. Uang saku pun jarang, apalagi harus membayar biaya periksa kesehatan yang sangat melambung tinggi. Bukan hanya biaya untuk membayar pemeriksaan dan obat, tetapi mereka harus membayar kendaraan umum seperti ojek dan perahu untuk sampai di desa sebrang.
Beruntung mulai minggu ini sudah ada dokter yang mengabdi di desa mereka. Sehingga untuk biaya transportasi tidaklah mahal karena letaknya yang dekat dengan rumah dan masih di lingkungan desa. Juga tidak dipungut biaya periksa dan obat. Semuanya diberikan secara cuma-cuma.
Hari ini Jungkook tidak dibolehkan berangakat sekolah, Hoseok khawatir terjadi apa-apa dengan adik kesayangannya meskipun Jungkook sempat nekad untuk pergi ke sekolah. Hoseok membujuknya untuk memeriksakan kondisi kesehatannya di tempat praktek dokter magang di ujung desa. Apa boleh buat, Jungkook tak bisa menolak. Tubuhnya masih belum cukup tenaga untuk berdebat dengan Hoseok.
Mereka pergi dengan berjalan kaki. Sepeda satu-satunya yang mereka punya sudah rusak karena beberapa hari yang lalu Jungkook tak sengaja ambruk ke semak-semak lantaran dirinya yang tiba-tiba limbung. Tak ada yang bisa mereka tumpangi, ojek mahal, warga setempat sudah sibuk di ladang sejak subuh. Toh jarak tak sejauh ke puskesmas desa seberang, masih bisa di jangkau meski sedikit memakan waktu.
Ditengah perjalanan, Hoseok beralih menggendong tubuh Jungkook yang sudah terbalut sweater tebal lantaran tenaganya yang hampir habis. Hoseok sebenarnya tak tega membawa Jungkook keluar berhadapan dengan udara yang dingin, namun jika Jungkook tak segera dibawa kemungkinan sakitnya akan semakin parah.
"Yak Tae kenapa kau tidak keliling ke rumah warga saja, dengan begitu kau bisa mengontrol kesehatan mereka secara jelas. Tidak diam saja di tempat praktekmu yang lusuh itu." Ucap seorang namja dari seberang telepon. Si pendengar hanya tersenyum kecil.

KAMU SEDANG MEMBACA
5 Years Ago
FanfictionTiga dokter muda tengah mengabdi disebuah desa terpencil, terdalam, dan terpelosok jauh di daerah Busan dekat pegunungan. Mereka adalah Kim Seokjin, Min Yoongi, dan Park Jimin. Mereka tak menyangka berkat pengabdian mereka disana menjadi sebuah benc...