33 [Pergi]

1K 118 11
                                    

Jungkook tengah bermain bersama para suster. Bukan, sebenarnya bukan dia yang bermain, tapi para suster itu. Jungkook hanya duduk diam di ranjang dengan wajah murung. Sementara para suster itu asyik menghibur pasiennya yang ternyata tak merasa terhibur sama sekali.

"Jungkook-ie sekarang giliranmu. Kocok dadunya lalu jatuhkan." Seru salah satu suster dengan wajah cukup sumringah menyodorkan kotak dadu didalam wadah kecil. Mencoba mengembalikan mood Jungkook lagi yang hilang sejak dua hari yang lalu.

Tapi Jungkook tak menghiraukan seruan susternya. Hanya duduk diam dengan bibir mengatup rapat dan pandangan mata kosong.

Suster itu saling menyenggolkan bahu mereka. Mereka bingung, cara apalagi yang bisa mereka lakukan untuk Jungkook. Bermain ular tangga seperti ini ternyata tak ampuh. Kemaren mereka bahkan mencoba bermain petak umpet dan itu adalah permainan yang paling bodoh karena tentu saja Jungkook tak bisa bermain karena kakinya saja belum bisa berjalan lancar.

Salah satu suster menarik nafas dalam. Berat sekali mengembalikan tawa pasiennya yang hilang.

"Jungkook, kita jalan-jalan ke taman, yuk. Disana kau bisa berkenalan dengan pasien lain dan berteman dengan mereka." Tawar seorang suster yang lain. Jungkook menggeleng lemah tak mau.

"Aku tidak mau pergi dengan kalian. Aku ingin jalan-jalan bersama Seokjin hyung." Jawabnya datar tanpa menatap suster itu dan hanya pandangan kosong kearah luar jendela seperti biasanya.

Para suster berjumlah tiga orang itu saling pandang. Cukup sesak didada saat Jungkook mengucapkannya.

Ya, sejak Seokjin tak nampak lagi di hadapan Jungkook, Jungkook menjadi murung terus-menerus. Tidak mau makan, minum, tidur tak tenang, dan kerap menangis menginginkan Seokjin datang, dan yang paling parah adalah mengamuk. Wajah Jungkook tentu makin pucat dan tampak tak bertenaga. Dokter dan suster sampai khawatir jika hatinya sedih berkepanjangan tanpa asupan makanan selain infus maka kondisi Jungkook bisa berubah memburuk.

Hoseok dan yang lainnya mencoba menenangkan dan membujuk Jungkook. Mereka tahu semua ini merupakan permintaan Seokjin untuk tak mengatakan apapun pada Jungkook. Seokjin tak mau jika dirinya yang tengah terluka membuat Jungkook sedih dan tak ingin kepergiannya menjadi berat saat melihat wajah polos adiknya. Seokjin memutuskan untuk bersembunyi di sebuah ruang inap di rumah sakit ini sejak insiden penusukan kemaren malam sampai kepergiannya ke Singapura.

"Jungkook-ie, bagaimana kalau kita bermain dandan-mendandan?"

"Wah bukankah itu seru?" Tanya suster yang lain.

"Iya, noona membawa make up lho." Satu lagi menimpali.

Salah satu suster mengambil sebuah bedak padat dan lipstik dari saku kemejanya. Mereka mulai merias salah satu suster lain yang rela menjadi korban permainan. Demi Jungkook. Semuanya berkorban mengambil hati Jungkook kembali.

Namun hingga riasan dimulai Jungkook tetap tak berubah. Tatapan kosongnya tak pernah beralih pada jendela besar samping ruangannya. Disana terlihat banyak sekali orang yang berlalu lalang. Ditemani suster atau orang tersayang.

Tak disangka, satu butir air mata menetes dari pelupuk matanya. Tanpa isakan Jungkook menangis dalam hati. Keinginannya hanya satu, jalan-jalan bersama Seokjin dan bersamanya selamanya, kenapa sesulit ini? Bahkan sampai sekarang Seokjin tak pernah menampakkan diri.

Apakah Seokjin hyung marah? Apa karena dirinya yang terlalu ingin pergi keluar membuat Seokjin hyung menjauh? Banyak sekali pikiran yang muncul dibenaknya yang membuat dadanya sesak.

Tanpa diketahui, sepasang mata tengah menatap dari balik kaca pintu. Manik itu sudah sembab sedari tadi lantaran apa yang ia lihat sangat menyesakkan dada.

5 Years AgoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang