13. Lily - Luna dimana?

288 50 9
                                    

Happy Reading

*
*
*
--------------------------------




One vote from you means a lot to me...



13. Lily - Luna Dimana?

"Apa tujuan lo sebenarnya?"

Pria yang ditanya hanya menyeringai puas. Pertanyaan ini yang sudah ditunggu-tunggunya sejak awal.

Gadis itu berdecih kala melihat seringain itu. Ingin sekali dirinya memukul wajah lelaki yang amat tak tahu malu ini.

Namun ia mengurungkan niat baiknya itu.

"Cepat kasih tau apa mau lo?!" bentak gadis tersebut kesal karna tak dapat jawabannya sedari tadi.

"Gue mau uang."

Tebakan gadis itu tepat sasaran.

Apa lagi coba yang diinginkan oleh pria tak tau diri ini selain uang?

Ingin rasanya ia melaporkan ini semua kepada pihak berwajib atas tindakan apa yang dilakukan pria ini.

Namun ia tak ingin semua orang tahu aibnya.

Gadis itu menghembuskan nafasnya kasar. "Oke, gue akan transfer uang buat lo. Asal lo gak usah muncul dihadapan gue lagi!"

Pria itu mendekat membuat tubuh gadis tersebut perlahan mundur.

Sungguh gadis tersebut sangat takut. Ia sudah membayangkan apa yang akan dilakukan oleh pria yang dihadapannya ini. Kalau memang seperti itu tolong kirimkan orang untuk menyelamatkannya.

Perlahan pria itu semakin dekat. Sesekali ia menampilkan senyuman yang amat menyeramkan jikalau dilihat. Tangannya yang terletak didalam saku hodie membuat gadis itu was-was sendiri.

"Lo pikir gue bakalan nurut apa yang lo mau hm?"

"Ya... kan emang harus gitu!"

Pria itu terkekeh kecil. "Hei lo gak usah pura-pura bego deh. Gue gak butuh uang lo. Gue hanya ingin lo jadi milik gue lagi."

Tangan pria itu sudah membelai pipi gadis yang dihadapannya.

"Lo gila?!"

"Emang gue udah gila gimana dong?" jawab Putra dengan wajah sok polos.

"Udah deh Lun, lagian buat apa sih lo selalu nolak kehadiran gue? Kurang apa coba gue hah? Bahkan kita udah-

"STOP!!! CUKUPPP PUTRAA!!! GUE GAK MAU DENGER LAGI!!!" teriak Luna.

Putra mendengus, ia paling tak suka jika ada seseorang yang berani berteriak dihadapannya. Sedetik kemudian ia tersenyum kala melihat apa yang dikeluarkan dari saku hodie yang digunakannya.

"Lo gak usah belagak jadi orang sombong deh! Oh atau gue ulangin apa yang gue lakuin sama lo hm?"

Putra tersenyum dan segera ingin memulai aksinya. Sungguh ia sangat suka melihat raut wajah seseoeang yang ketakutan.

Ini adalah hiburan baginya.

"Ahhhh," ringis Luna kala pisau kecil itu mengenai lengannya.

"Putra udah sakit." Luna masih saja terus meringis. Yang dipanggil hanya diam dan menikmati suara ringisan Luna.

"Ahh sungguh ini sangat menyenangkan melihatmu begini."

L I L Y [SELESAI] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang