64. Lily - Rumah Sakit

347 34 1
                                    

Happy Reading

*
*
*
------------------------------




One vote from you means a lot to me...





64. Lily - Rumah Sakit

Suasana di luar ruangan operasi kini semakin menegangkan. Semua orang sangat cemas ketika Dokter mengatakan Lily harus segera dioperasi. Beberapa dari mereka masih ada yang syok bahkan menangis dalam diam.

Itu termasuk bagi Arjuna yang semenjak keluar dari tempat kejadian. Cowok itu hanya diam bagai mayat hidup. Terlalu sulit baginya untuk menerima semua ini. Ia kira, semua akan baik-baik saja jika ia mencoba menyelamatkan Lily namun ia salah. Karna ulahnya justru gadis itu yang terkena imbasnya.

"Yah, Bundaaa," lirih Liam kala tak sengaja melihat Adelia sedang berjalan tergesa-gesa kearahnya.

Axel mendongak. Ia melihat istrinya itu sudah berurai air mata.

"Kenapa kamu bohong Mas? Kenapa kamu gak bilang kalau kamu tahu keadaan dia?"

Axel tidak menjawab. Dia hanya menarik Adelia kepelukannya. "Maaf, maafin aku karna gagal menjaga dia."

Tangis Adelia pecah. Ia memukul dada Axel tak percaya. Jadi, selama ini suaminya tahu apa yang terjadi kepada putrinya itu. Dan dia... bahkan ia baru tahu dari sekretaris Axel bahwa telah terjadi sesuatu.

"Gue gak nyangka akhirnya bakal jadi begini," lirih Novan yang melihat betapa sedihnya kedua orang tua itu.

"Gimana bisa Lily itu anaknya Om Axel," ujar Malik masih tidak menduga.

"Apapun itu gue cuma berharap Lily segera sadar. Gue gak mau dia kenapa-napa." Darren mengusap air matanya yang keluar.

"Gue percaya sama Lily dia pasti berjuang. Dia harus berjuang buat hidupnya kali ini," ujar Pandu.

Setelah itu tak ada percakapan lagi. Mereka semua diam namun dalam hati terus merapalkan doa untuk keselamatan Lily.

"Juna, Juna dimana?" tanya Malik mencari keberadaan cowok itu.

"Gue ngerasa Juna pasti ngerasa bersalah. Ndu, coba lo cari dia dan jelasin sama dia kalau ini bukan salahnya," saran Wahyu.

Pandu mengangguk kemudian berjalan kebelakang dan ternyata Arjuna disana. Cowok itu hanya berdiri dengan tatapan kosong.

Pandu yakin jika Arjuna saat ini hanya berusaha menutupi kecemasannya karna syok. Ia juga tahu kalau sahabatnya itu juga sangat sedih.

"Jun," panggil Pandu memegang bahu Arjuna.

"Junaaa," panggi Pandu lagi.

Arjuna diam dan hal itu mampu membuat Pandu langsung menggoyangkan tubuh Arjuna kencang.

"JUNAAA!! DENGERIN GUEE!!" bentak Pandu.

Arjuna mendongak sesaat terkekeh. "G-gue s-salah Ndu. Gue yang udah buat Aruna sakit," lirih Arjuna menatap Pandu sendu.

"Bukan lo Jun. Lo gak salah."

L I L Y [SELESAI] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang