34. Lily - Keinginan

215 38 6
                                    

"Perlahan semuanya akan terbongkar,"

-Arjuna R. Lorenzo

Happy Reading

*
*
*

------------------------

Riris update lagi dong. Oh iya, riris minta untuk readers yang suka tapi gak mau nujukin, jangan lupa tinggalin jejak ya:)

Kalian pasti tahu cara menghargai karya seseorang:v


34. Lily - Keinginan

Setelah insiden Lily pingsan, kini hari berganti. Mereka tengah melaksanakan ujian sekitar beberapa hari ini. Dan ini adalah hari terakhir mereka.

Semenjak insiden tersebut anak kelas semakin menjaga Lily terutama Luna. Gadis itu selalu membuntuti kemana Lily hendak pergi. Sudah macam pengawalnya saja!

Namun, mereka hanya mencemaskan jika Lily kenapa-napa. Maka dari itu mereka selalu menemani gadis itu.

Perihal mengenai kenapa Lily bisa pingsan sampai saat ini mereka semua belum tau apa sebabnya. Lily tidak menceritakan apapun dan mereka juga hanya bisa diam. Mereka sebenarnya ingin tahu, namun Liam mengintruksi untuk tidak banyak bertanya.

Setelah pulang sekolah sore ini, Liam mengajak Lily berjalan-jalan. Gadis yang bersurai hitam itu hanya mengangguk saja. Toh lagian dia juga tak ada kerjaan dirumah selain menangis bukan?

Disinilah mereka. Keduanya hanya terdiam sambil menatap kerumunan yang ada didepan mereka. Lily tidak tahu mengapa cowok ini mengajak dirinya ketaman.

"Bunda pingin ketemu lo sama yang lain," ucap Liam setelah sekian lama terdiam.

Kepala Lily otomatis menoleh. Memang selama ini mereka tidak pernah kerumah Liam. Alasannya cowok ini malas katanya. Jadi setelah mendengar penuturan dari Liam, ia senang. Ia juga kepengin main-main kerumah Liam dan bertemu dengan orang tuanya.

"Serius?" tanya Lily meyakinkan.

Liam mengangguk. "Sebenarnya udah lama Bunda bilang ini."

"Kenapa baru dibilangin sekarang?"

"Lupa," alibinya.

Lily berdecak. Cowok ini selalu saja tidak pernah mengingat apapun. Tapi walaupun begitu, ia masih tetap menyukainya.

Entah sampai kapan perasaannya harus dipendam.

"Nilai lo bagus semua?" tanya Liam.

"Iya. Semuanya memuaskan!"

"Bagus," ucapnya sambil menganggukkan kepala. "Rencananya, lo mau masuk Universitas mana?"

"Impian gue dari kecil pengin kuliah diluar negeri," jawab Lily sambil tersenyum.

"Luar negeri?" beo Liam.

"Hm, tapi sepertinya impian gue gak bisa terwujud. Jadi, gue mencoba mengambil jalur undangan."

"Kenapa harus diluar negeri?" tanya Liam penasaran.

Sekarang Liam telah memutar tubuhnya seratus delapan puluh derajat. Ia menatap Lily hangat.

"Gue ga tau. Hati kecil gue yang menginginkan," jawab Lily tersenyum.

"Gue juga sama."

Mulut Lily tebuka lebar. Ia tak menyangka jika Liam juga ingin menjadi dokter. Sungguh ini diluar dugaannya.

L I L Y [SELESAI] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang