32. Lily - Gelisah

228 34 14
                                    

"Jangan melihat seseorang dari covernya, namun lihatlah dari dalam hatinya."

Happy Reading

*
*
*

32. Lily - Gelisah

"Lukman Pradipta?"

"Iya. Apa Ayah bisa cari informasi tentang dia?"

"Kamu yakin mau mencari informasi tentang dia?"

Liam mengangguk pasti. Dan Axell berusaha menarik nafasnya dalam-dalam membuat Liam merasa aneh.

"Apa ada masalah Yah?" tanyanya.

Buru-buru Axell menggelengkan kepalanya. "Kalau gitu nanti Ayah akan kasih informasinya," ucapnya lalu melongos pergi.

Itu adalah percakapan beberapa hari yang lalu ketika Ayahnya menawarkan bantuan kepada Liam. Dan sampai sekarang, Axell sama sekali belum memberikan apapun. Itu membuat Liam semakin berpikir aneh-aneh.

Melihat dari ekspresi wajah Axell, Liam menebak pasti ada sesuatu yang disembunyikannya. Ia ingin tahu namun Ayahnya belum memberikan informan apapun.

Saat ini Liam sedang berada dirumah Darren. Ia menginap untuk malam ini. Tadi ia sudah meminta izin kepada Bundanya.

Dan mengenai masalah itu, ia juga sudah menceritakan kepada Darren semuanya. Dan Darren juga merasakan hal yang sama.

"Mungkinkah kalau Lukman Pradipta itu adalah saudara Ayah lo?" tanya Darren ragu.

"Gue juga gak tahu pasti. Ini udah berapa hari dan bokap sama sekali belum memberitahu apapun."

Darren mendesah kecewa. Ia juga bingung harus bagaimana. Masalahnya kali ini sangat rumit. Ia sudah mencari diberbagai internet namun tak ada satupun yang bisa ia dapatkan. Seakan informasi tersebut sangat dirahasiakan.

"Lo udah tanya Luna?" tanya Liam.

Darren mengangguk. "Gue udah tanya dan semuanya salah. Memang benar nama bokapnya Lukman. Tapi marganya bukan Pradipta."

Liam beroriah. Lalu ia menatap Darren seolah-olah ada yang ingin ia sampaikan.

"Ngapain lo ngeliat gue segitunya?" cetus Darren.

Lalu Liam menggelengkan kepalanya sambil tersenyum simpul.  "Jadi itu alasannya lo dekati Luna? Supaya lo dapat informasi ini semua?" tebaknya.

Darren melototkan matanya. Tebakan Liam itu sangat menohok dirinya. Namun, ia juga tak sejahat itu. Dirinya dan Luna memang sekarang sudah sangat akrab.

"Enggak gitu juga lah! Jahat banget gue jadinya kalau gitu. Gue emang udah dekat karna memang ngomong sama dia nyambung."

"Gue kira lo cuma manfaatin dia."

"Astaga, lo diam-diam negatif thinking mulu ya."

Liam mengedikkan bahunya. Lalu ia membaringkan tubuhnya ditempat tidur Darren. Ia merasa kepalanya sangat pening. Sampai saat ini juga belum ada sama sekali titik terang dari permasalahan ini.

L I L Y [SELESAI] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang