55. Lily - Sebuah Kado

179 26 4
                                    

Happy Reading

*
*
*
---------------------------------




One vote from you means a lot to me...




55. Lily -  Sebuah Kado

Setelah berbincang cukup lama dengan adik kelasnya tadi, kini Liam tengah berada dikamarnya. Ia sudah selesai mengerjakan shalat dan tak lupa tugasnya. Ia merebahkan badannya diatas tempat tidurnya sambil melihat langit-langit kamar.

Ia tidak mengira jika akan bertemu dengan sosok yang seperti Vina. Memang awalnya Liam kira Vina itu mempunyai sifat yang jahat, namun kalau dilihat-lihat dari dalam sepertinya tidak. Buktinya ia nyaman saja dengan gadis itu.

Ah, mengapa ia jadi memikirkannya?

Buru-buru Liam menggelengkan kepalanya lalu memejamkan mata berniat ingin tidur. Namun niatnya itu terurung kala mendengar ketukan pintu yang ternyata sudah menampilkan Lia disana  berdiri.

"Bang... bunda boleh masukkan?'' tanya Lia tersenyum hangat.

Liam hanya mengangguk lalu duduk guna menyambut bundanya. Lia sudah duduk disamping putranya itu lalu mengelus rambutnya hangat membuat Liam mengernyit heran.

"Bunda kenapa?''

"Nggak apa-apa kok, cuma bunda lagi pengen elus rambut kamu."

Ucapan Lia tak bisa dipercaya begitu saja. Dalam hati Liam pasti bundanya ini mempunyai suatu masalah.

"Bunda kangen dia," tebak Liam tepat sasaran.

Bunda tersenyum kecil. "Hm, bunda pasti selalu kangen dia."

Liam diam tak tahu harus menjawab apa. Yang dilakukannya hanya memeluk Lia erat. Ia tahu kalau Lia sangat ingin bertemu dengan saudarinya itu. Bahkan, ia juga menginginkannya.

"Bunda jangan sedih terus, Liam janji akan menemukan dia dan membawa dia ke bunda," ujar Liam mencoba menghibur Lia.

"Ini semua salah bunda. Seandainya waktu itu bunda gak lalai dalam menjaga kalian," racau Lia.

"Hussst, jangan salahin diri bunda. Liam yakin kalau bukan bunda yang salah."

"Sampai sekarang gak ada yang tahu siapa yang tega ngambil dia dari bunda. Bunda takut kalau ternyata saudari kamu udah engga ada." Lia menangis dan meracau dipelukan Liam.

Liam memeluk Lia lalu tak sengaja mendongak melihat ayahnya sudah berdiri didepan pintu. Axel mengintruksi agar diam dan tidak bereaksi. Liam pun menurutinya.

Tak lama setelah itu Lia tertidur. Liam yang mengetahuinya pun melepaskan pelukannya dan membaringkan Lia dengan lembut. Tak lupa pula ia memberikam selimut agar Lia tidak kedinginan.

Setelah usai Liam berniat pergi menemui ayahnya yang ternyata tengah duduk di sofa ruang tamu.

***

"Bunda ngeracau lagi?" tanya Axel yang menyadari keberadaan Liam.

Liam mengangguk dan kemudian duduk didepan sang ayah. Kebetulan ia mempunyai pertanyaan yang akan ia ajukan.

L I L Y [SELESAI] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang