"Pa, aku turun dulu, ya? Doain, biar lancar perkenalannya," ucap gadis itu pelan.
Pria paruh baya itu—yang merupakan ayah dari gadis cantik itu mengulas senyum, berusaha menenagkan putrinya yang sedang gugup. "Iya. Papa tahu kamu bisa, Na. Belajar yang bener ya, sayang."
Aluna tersenyum senang. "Oke, Pa. Aluna turun dulu, ya. Assalamualaikum." Gadis cantik bernama lengkap Aluna Rizqayla itu menyalami tangan papanya, lalu beranjak turun dari mobil.
Sebelum melangkah masuk, gadis itu menarik napasnya dalam, dan berusaha untuk menghilangkan rasa gugupnya. Setelah dirasa mulai tenang, Aluna melangkahkan kakinya masuk kedalam pekarangan sekolah. Saat menginjakkan kaki di koridor, Aluna tidak melihat adanya banyak siswa disana. Saat melirik arlojinya, Aluna baru paham. Jam sudah menunjukkan pukul 08.00. Pantas saja koridor sudah sepi, dan hanya menyisakan beberapa murid saja yang berlalu lalang.
Untuk saat ini, tujuan utama Aluna adalah mencari ruang kepala sekolah. Gadis itu sedikit kebingungan, karena sekolah yang akan ia tempati kali ini tidak terbilang kecil.
Untung saja, Aluna melihat segerombolan cowok-cowok yang duduk di pinggir lapangan basket. Tanpa berpikir panjang, Aluna langsung melangkah kesana, tanpa ragu. Dari pada ia harus nyasar, lebih baik bertanya.
"Eh, ada cewek cantik. Ngapain atuh kesini?" Seorang cowok berambut coklat ternyata sudah menyadari kehadiran Aluna di antara mereka. Sedangkan gadis itu hanya menyunggingkan senyum kakunya.
"Hmm..., g-gini. Aku mau tanya s-sama kalian. R-ruang kepsek dimana, ya?" Pantas saja Aluna terbata-bata. Ketujuh cowok itu sedang menatapnya. Aluna jadi semakin salah tingkah dan malu.
"Oh... anak baru ya? Ayok deh, biar gue anter." Saat cowok berkepala botak itu berdiri, sorak-sorai dari mulut teman-temannya mulai terdengar.
"O-oh... oke. Makasih, ya." Aluna tersenyum hangat, lalu mengikuti jejak cowok itu tanpa curiga.
"Wah... abang Yadi hoki sekali, teman!"
"Anjai, udah makin mantep skill-nya."
"Gak usah mau sama dia, Dek. Dia botak!"
Padahal Aluna dan cowok itu sudah berjalan sedikit jauh dari mereka. Tapi suara berisik mereka masih saja terdengar jelas.
"SIRIK AE LU PADA!" Cowok itu membalas ejekan teman-temannya dengan berteriak. Sedangkan enam cowok itu tertawa lepas.
Sudah dua menit Aluna jalan beriringan dengan cowok asing itu. Dan Aluna malah merasa aneh. Bukan mengarah ke tempat yang ramai, cowok itu malah berjalan ke arah tempat yang sepi. Pikiran Aluna sudah mulai negatif. Tapi, ia kembali berusaha berpikir positif.
Greb
"Akh... Kamu mau ngapain?" Aluna membelalakkan mata saat cowok itu mendorong tubuhnya ke tembok.
Cowok itu menyunggingkan senyum miring. "Lo harus jadi kacung gue, anak baru. Kalau lo nolak, lo bakal gue bully abis-abisan." Nyali Aluna seketika langsung ciyut. Aluna tidak pernah di perlakukan seperti ini sebelumnya.
"Tolong lepas. Kamu apa-apaan, sih?!" Walaupun takut, Aluna tetap berusaha melepaskan diri dari kurungan cowok itu. Dan usahanya sia-sia. Cengkraman cowok itu sangat kuat. Tangan Aluna sampai sakit karena itu.
"Lo sih, polos plus bodoh. Kenapa mau gue ajakin pergi." Sekarang yang bodoh siapa? Jelas saja Aluna tidak tahu niat jahatnya. Tadi kan cowok itu tampak sangat baik.
"Lepasin aku, atau aku bakal teriak?"
Cowok itu mengencangkan cengkramannya. "Anak baru uda songong aja lo? Teriak aja! Sekali aja lo teriak, bakal gue lumat bibir lo sampe mampus."
Aluna hampir saja menangis. "Kamu—"
BUGH
Cowok brengsek itu terjatuh kelantai, ketika seseorang memukul rahangnya. Cowok asing itu berusaha berdiri, lalu mengusap bibirnya yang berdarah. "ANJENG! SIAPA YA—" Cowok itu membolakan matanya. Pandangannya pun tidak lagi menatap sosok itu dengan tajam. "G-genta? L-lo ngapain kesini?" suara cowok itu pun bergetar, sangking takutnya.
Aluna awalnya terpejam. Jujur, ia kaget saat cowok brengsek itu dipukul oleh seseorang. Namun, saat cowok itu menyebut satu nama itu, Aluna merasa tidak asing. Sontak Aluna membuka matanya perlahan, lalu menoleh pada sosok jangkung yang berdiri disampingnya.
Cowok jangkung itu menatap Yadi dengan tatapan datarnya. "Lo yang kenapa disini?"
Setelah mendengar pertanyaan dari Genta, Yadi langsung melarikan diri, tanpa peduli dengan Aluna yang hampir saja menjadi babunya.
Sepeninggalan Yadi dari hadapan mereka, Genta melirik gadis cantik itu. Aluna yang juga sedang menatap pada Genta, membuat tatapan mereka saling bertemu, setelah sekian lama tidak lagi berjumpa. Ada rasa bahagia yang terbesit di hati Genta, saat gadisnya juga menatap dirinya dengan tatapan yang sama.
Tatapan kerinduan.
___
Gais kalo suka plis komen dan vote ya!!
Vote dari kalian berarti bangen buat aku.
Boraheee💜💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Kill This Love [END]
Teen Fiction"Kita ditakdirkan bersama, namun tidak ditakdirkan untuk bersama selamanya." Start: 5 Sep 2020 End: 10 Des 2020 Higgest rank: # 4 in jisoo [16/11/20] # 4 in multifandom [06/12/20] # 4 in jinbts [30/03/21] # 2 in bucin [3/12/20] # 8 in sadending [17...