Empat puluh - Nightmare

248 39 2
                                    

Guys, vote komennya yaaa...
1116 word nih kali ini🙂

•••

"Pa, Aluna mau ngomong. Papa sibuk gak?" setelah mengetuk pintu ruangan kerja papanya, Aluna beranjak masuk.

"Enggak, enggak. Sini! Papa kangen sama anak papa," Laki-laki gagah, berkaus polo itu melambaikan tangan, mengisyaratkan agar putrinya segera masuk dan menghampirinya. Aluna dengan senang hati berjalan mendekati sang papa dan duduk di pangkuannya.

"Nanya apa, Na?" tanya Delon sembari mengelus puncak kepala putrinya, dan sesekali ia mengecupnya.

"Aluna punya kembaran ga ya kira-kira diluar sana?" tanyanya naif. Laki-laki berkaus hitam itu terlihat mulai sedikit panik mendengar pertanyaan putrinya. Delon pun menghirup napas dalam-dalam, dan kembali menetralkan batinnya.

"Kok nanya gitu? Kamu... ketemu sama anak yang mirip sama kamu?" tanya Papa dengan sorot mata ketakutan. Aluna dapat melihat itu.

Gadis itu mengerutkan keningnya. Delon menanyakan hal itu, seolah jawabannya sudah jelas, bahwa Aluna memiliki kembaran di luar sana yang mungkin berupa Aletta.

"Pa? Aluna belum bilang kalo Aluna ketemu sama anak yang mirip Aluna. Kenapa papa tau?"

Skakmat. Pertanyaan spontan Delon tampaknya sedikit melenceng. Keringat dingin laki-laki itu kini sudah membasahi telapak tangannya. Raut wajahnya pun kini berubah menjadi gusar dan linglung.

Spontan sang papa mengusap kasar wajahnya, dan memaksakan diri untuk terlihat baik-baik saja. "Karna kamu nanya gitu. Papa nebak aja, Na."

Aluna mengangguk-anggukkan kepalanya seolah percaya. "Tapi aku beneran jumpa. Namanya Aletta Rizdayra Deandra, Pa!"

Wajah Delon yang saat ini sudah basah lantaran keringat dingin yang mengucur deras, kini malah tampak memucat. Rahasia yang selama ini ia kubur dalam-dalam agar terlihat perfect di depan sang putri, kini terbongkar sudah. Tidak tahu lagi cara apa yang harus ia gunakan untuk membohongi gadisnya yang sudah terlalu dewasa untuk bisa di bodoh-bodohi.

"Papa tau, kamu enggak pernah jumpa dengan Aletta. Iya kan?" tanya Delon dengan nada bergetar. "Iya, kamu punya kembaran, Na," tambah Delon, pasrah.

Aluna sontak terbangun dari pangkuan papanya. Delon melihat jelas bahwa putrinya kini menatapnya dengan tatapan tak percaya. Air mata gadis itu tanpa diminta merembes begitu saja dari pertahanannya. Mengingat cerita Derren yang sempat ia dengar mengenai bagaimana matinya Aletta, saudari kembar nya.

"Pa... hiks, papa... hiks hiks..." Aluna sudah tidak bisa menahan rasa sakit yang sudah merembet ke relung hatinya. Gadis itu memukul kuat dadanya dan meja kerja papanya, mencoba untuk mengirim rasa sakit di hatinya, ke buku-buku jarinya agar berkurang.

"Aluna, tenang! Papa minta maaf sayang... Maafin Papa, nak!" Delon menarik lengan Aluna paksa. Laki-laki itu memeluk tubuh mungil Aluna, berusaha menenangkan putrinya yang sedang menangis keras.

"Maafin papa sayang, maafin papa."

___

Hujan, lagi-lagi turun begitu saja tanpa diminta. Bertanda tuhan tengah menurunkan rahmatnya pada malam ini. Hujan yang ringan, tanpa adanya petir dan gemuruh yang menemaninya, membuat para-para insan tidak terlalu takut di buatnya. Tidak juga adanya tanda-tanda amukan dari angin yang berhembus, membuat beberapa orang masih ada yang nekad untuk menerobosnya.

Genta salah satunya. Cowok itu kini tengah melajukan motornya kencang di tengah hujan melanda. Setelah bermimpi dan berfirasat buruk tentang gadisnya, cowok itu terburu-buru menghampiri Aluna dirumahnya, untuk memastikan bahwa gadis itu baik-baik saja, dan berbanding jauh dengan mimpinya.

Kill This Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang