Lima puluh empat - Please help me

236 36 5
                                    

Aluna mengusap-ngusap lengan kecilnya. Gadis itu sedikit merasa kedinginan, lantaran sudah terlalu lama berdiri di luar rumah. Aluna mengeluarkan lagi benda persegi panjang itu, lalu memeriksa notifikasi di lock screen ponselnya. Aluna tidak menemukan notif apapun. Akhirnya, gadis itu pun kembali memasukkan ponselnya ke dalam sling bag.

Sepuluh menit kemudian, mobil Honda CRV putih milik Reza berhenti melaju tepat di depan Aluna. Reza keluar dari mobilnya. Cowok itu mengenakan kaus maroon dan jaket putih yang membungkus tubuhnya. Setelah turun, cowok itu membukakan pintu untuk Aluna. Dan saat keduanya sudah berada di dalam mobil, Reza pun melajukan mobilnya meninggalkan rumah Aluna dengan kecepatan sedang.

"Na, lo tau Rauzan Aditya?" Reza bertanya pada Aluna, tanpa sedikit pun menoleh pada gadis itu. Aluna menolehkan kepalanya cepat. Ia merasa aneh, mengapa Reza bisa mengenal Rauzan?

"Ha? K-kamu, kok bisa tau?" Aluna bertambah bingung ketika Reza menepikan mobilnya di daerah yang belum begitu jauh dari rumahnya.

"Lo bakal nemuin dia, malam ini," ujar Reza pelan. Aluna semakin tidak mengerti. Tiba-tiba, saat Aluna lengah, cowok itu mengeluarkan selembar kain putih yang sudah ia beri obat bius sebelumnya, lalu membungkam mulut serta hidung Aluna dengan kain itu.

Awalnya Aluna memberontak. Namun, tak butuh waktu yang lama juga, Aluna sudah tidak lagi memberontak seperti sebelumnya. Akhirnya, kesadaran Aluna pun lenyap.

___

Genta melempar kasar stik PS nya ke sembarang arah. Disaat yang sama, teriakan Sean pun menggema di kamarnya.

"Hahaha..., ternyata lo bodoh dalam permainan ginian. Gak laki lo! Mainnya sama soal terus," caci Sean bersemangat, setelah melihat Genta yang begitu frustasi akibat kekalahan yang cowok itu alami.

"Berisik lo. Pulang! Gue mau ke kantor sebentar," cowok berkaus abu-abu, serta bercelana pendek itu mengusir Sean dengan nada ketusnya. Sean malah tertawa geli.

"Tai anjing, lo. Udah kalah, malah ngusir gue pula!"

Genta tidak peduli. Cowok itu lebih memilih untuk masuk kedalam kamar mandi yang ada di dalam kamarnya, dan mencuci wajahnya agar terlihat lebih segar.

"GENTA!" panggil Sean dari luar.

"APAAN?" balas Genta dengan teriakan yang sama dengan Sean.

"ALUNA SERING ISENG, APA GIMANA?"

Tidak mengerti dengan perkataan Sean, cowok itu memilih untuk cepat-cepat keluar dari kamar mandi. Tentu setelah selesai mencuci muka.

"Lo bilang apa tadi?" tanya Genta. Cowok itu mengusap kasar wajahnya dengan handuk biru.

"Cewek lo ngirim ginian nih," kata Sean heboh, sembari menyodorkan ponsel Genta pada si pemilik.

Genta mengeraskan rahangnya, lalu membanting Samsung lipatnya ke sembarang arah. Nafasnya seketika memburu, dan wajah cowok itu berangsur cemas. Sean yang tadinya tidak menanggapi pesan itu secara serius, kini ia kembali memungut ponsel itu, dan kembali membaca pesan aneh dari Aluna.

"Gue pergi," Genta menarik kasar ponselnya yang berada di genggaman Sean. Cowok itu memakai jeans nya asal, dan mengambil jaket coklat susu nya secara sembarang. Sean tidak bisa hanya berdiam diri di tempatnya. Cowok itu berinisiatif untuk berikut serta menyusul Genta dalam mencari keberadaan Aluna.

Cowok berjaket coklat itu menyalakan motor ninjanya, dan melajukannya dengan perasaan yang tidak karuan. Ia kembali mengingat pesan yang dikirim Aluna untuknya.

'tlg al, aku dbw ke rauzan'

___

Aluna mengerjapkan matanya perlahan. Rasa sakit di kepalanya pun masih begitu terasa. Aluna memeriksa sekitar, dan mendapati sosok Reza yang sedang berdiri diluar mobil, sedang mengisi bensin. Kesadaran gadis itu masih belum sepenuhnya terengut. Aluna pun memanfaatkan keadaan. Gadis itu berusaha keras mengambil ponselnya dari dalam sling bag, lalu mengetikkan sesuatu disana.

Namun tak lama setelah itu, aksinya di ketahui oleh Reza. Reza pun semakin marah, dan cowok itu pun merampas ponsel Aluna secara paksa. Reza mengambil segenggam rambut Aluna, lalu dijambaknya. Gadis itu mengerang kesakitan, sampai dimana, Aluna berhenti bersuara ketika Reza membanting kepalanya ke jendela dengan keras. Dan saat itu juga, kesadaran Aluna terengut sempurna.

Setengah jam pun sudah berlalu.

"Letta? udah bangun?" Aluna mengerjapkan matanya. Gadis itu merasa tergoncang. Dan ternyata, Adit berjongkok dihadapannya, sambil menggoyang-goyangkan bahunya.

"Lepasin! Adit, tolong lepas. Kamu kenapa nyulik aku? Kamu ada masalah apa dengan Aletta? Aku bukan Aletta. Aku Aluna!" Aluna berteriak histetris. Bukan merasa kasihan, cowok berhoodie hitam itu malah tertawa mengerikan.

"Bukti kalo lo bukan Aletta, apa?"

Aluna terdiam. Gadis itu tidak lagi memberontak. Secara fisik, Aluna dan Aletta tidak memiliki perbedaan. Aluna tidak tahu harus menjawab apa.

"Diem lo? Kentara banget. Tapi akting lo bagus juga, Let," puji Rauzan mengejek. Aluna hanya menatap mata Rauzan dengan bengis.

"Kalau gue Aletta, lo mau apa?" Rauzan tertegun sejenak. Gadis itu menelan salivanya kasar. Aluna harus berpura-pura menjadi Aletta, agar ia bisa mengetahui puncak dari permasalahan yang terjadi antara adiknya, dengan cowok di hadapannya itu.

"Ngaku kek dari tadi. Gue cuma mau pastiin aja. Kalo lo Aletta, gue gak perlu susah-susah singkirin lo make pisau. Cukup kaya dulu aja. Palingan, lo udah mangap-mangap haus udara. Iya, kan?" Aluna mengepalkan tangannya. Secara tidak langsung, cowok itu sudah mengolok almarhumah adiknya.

"Sebelum lo nyingkirin gue, gue yang bakal nyingkirin lo!" ujar Aluna, menekankan setiap kata yang ia ucapkan.

Tawa Rauzan kembali menggema. "Caranya?"

"Kepo. Tunggu aja permainan dari gue. Lo berhasil masuk ke dalam jebakan yang gue buat ternyata. Mampus kan lo?"

___



HEYYO!! I'M COMEBACK!!

Oh iya, kalo boleh tau, pembaca Kill This Love rata-rata umurnya berapa sih?

Dijawab yaa... biar rame aja.

Thanks for reading ❤️

Kill This Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang