Guys, sebelum membaca, aku mau kasih tau dulu ya. Part ini bercerita tentang kisah mereka seandainya menikah. Jadi, latar waktunya beda dengan Extra Part sebelumnya.
Happy Reading!
___
"Ih, Alva curang!"
Aluna dan Genta tertawa bersama. Deraian tawa bahagia mereka mampu memecahkan keheningan malam. Tidak seperti pasangan pada umumnya yang biasanya memilih untuk bermain di ranjang, dua insan itu malah lebih memilih bermain ludo king di balkon kamar-rumah baru mereka.
"Tapi tetep ganteng, kan?" pertanyaan menyebalkan Genta, berhadiahkan toyoran dari Aluna.
"Kamu tidur di luar. Aku gak mau tau!" rajuk Aluna.
Genta menghela tawa, lalu mengulurkan tangannya untuk mengacak pucuk kepala gadis itu. "Nanti kalo ada setan, kamu jangan lari keluar, ya? Ini rumah udah gak di tempatin selama lima tahun loh, Na. Aku cuma bilang." bulu kuduk Aluna langsung berdiri. Memang, rumah yang mereka tempati ini adalah rumah peninggalan Kakek Genta. Dulu rumah ini ditinggali oleh sepupu Genta. Namun, setelah sepupu cowok itu minggat, karena harus berkuliah di Malaysia, rumah ini kosong dalam kurun waktu yang lama.
"Tapi kok gak serem. Seharusnya, kalo di film-film, rumah ini tuh udah di tumbuhin ilalang di halamannya. Terus, perabotannya udah berdebu, terus pagarnya juga udah tumbuh tanaman apa sih namanya? Aku lupa. Pokoknya serem deh, kaya rumahnya Ko MoonYoung." Aluna bercerita, sambil menunjuk kesana dan kemari, membayangkan apa yang ia ceritakan.
Genta menarik lengan gadis itu, lalu membawanya kedalam pangkuan. "Banyak banget nonton hantu. Ya enggak gitu juga, Una. Walaupun kosong, aku tetep suruh orang untuk ngebersihin rumah ini dua minggu sekali, karena rumah ini memang kakek tinggali untuk aku. Jadi, aku harus jaga dan pakai rumah ini." Kata Genta menjelaskan. Tangan cowok itu, kini sudah memeluk pinggang ramping itu erat, dan menyandarkan tubuh mungil itu di dadanya.
"Alva," panggil Aluna.
"Iya? Apa, sayang?" Genta menatap wajah gadis itu, dari samping.
"Maaf ya, aku belum siap untuk jadi ibu. Aku juga belum siap untuk... hmm... it-itu." Genta tertawa renyah, mendengar istrinya yang sangat menggemaskan.
"Kok ketawa, sih? Aku serius! Aku merasa bersalah karena belum bisa-"
"Aluna," panggil Genta, memotong ucapan Aluna.
"Kita itu baru nikah seminggu. Kamu kenapa udah mikir gitu? Aku juga gak keberatan, kok. Toh kamu masih mau menikmati masa-masa kuliah kamu, kan? Aku gak masalah. Aku gak mau nyentuh kamu tanpa seizin kamu, Aluna." Aluna tersenyum sendu di dalam pelukan hangat yang Genta berikan.
"Tetap aja. Aku mau minta maaf."
"Aku juga."
Aluna menukikkan alis lantaran bingung. "Minta maaf kenapa? Kamu kan gak ada salah."
"Aku minta maaf karena besok harus masuk kantor." Aluna membalikkan tubuhnya, kontan. Pelukan Genta pun terlepas.
"Kok? Eh, iya ya? Kamu kan cuma ngabsen seminggu. Kenapa aku bisa lupa?"
"Kamu juga besok harus kuliah, Aluna. Jadi..." Genta bangkit dari duduk lesehannya. "Kita harus cepet tidur."
"Ohh, kamu besok ngan- Alva! Baju kantor kamu masih pada di apart, ya?" Genta mengangguk, sambil melihat ke arah Aluna yang sedang bangkit dari duduknya.
Aluna dan Genta memang belum membawa seluruh pakaian mereka kerumah itu. Palingan, Genta dan Aluna hanya membawa baju santai saja.
"Sumpah? Satupun gak ada?" Genta mengangguk lagi.
"Ada sih satu, yang baru kita beli tiga hari yang lalu di Bali. Udah kamu cuci?" Aluna mengangguk, tapi pandangannya masih kosong.
"TAPI BELUM AKU JEMUR, ALVA!" Aluna histeris sendiri, ketika mengingat cuciannya yang masih saja berada di dalam mesin cuci.
Sepulang jalan-jalan dari Bali, Aluna memanfaatkan waktu liburnya yang tersisa beberapa hari lagi, dengan maraton drakor. Oleh karena itulah, Aluna lupa menjemur baju baru Alva yang sudah ia cuci.
"Ya tuhan, Aluna." Genta memijat pangkal hidungnya. Aluna semakin takut jika Genta akan marah padanya.
Ternyata, bayangan Aluna tidak pernah terjadi. Cowok itu merangkul bahu Aluna, untuk di bawanya masuk kedalam kamar.
"Aku pulang ke apart dulu kalau gitu. Kamu dirumah, ya? Udah malem soalnya," ujar Genta lembut.
Saat Genta ingin meninggalkannya, Aluna langsung menarik lengan cowok berkaus paus itu. "Jangan. Kamu tidur aja. Besok harus pagi-pagi banget, atau gimana? Baju kamu bisa aku keringin pake kipas angin, kok. Besok pagi langsung aku setrika."
Genta menghela napas lengah. "Kamu gak terburu-buru nanti pagi? Aku ada jadwal meeting jam delapan pagi, loh. Kam-"
Aluna tersenyum hangat pada Genta. "Aku gak terburu-buru, kok. Aku mau jadi istri yang berguna buat kamu. Jadi, biar aku yang urusin semua keperluan kamu, hmm?!" Genta menyunggingkan senyum. Cowok itu sangat gemas dengan Aluna. Bagi Genta, Aluna adalah istri yang sempurna. Selain cantik, gadis itu sljuga sangat handal dalam mengurus keperluan rumah tangga. Bahkan, Aluna tidak mau hidup bersama pembantu. Gadis itu sangat menikmati perannya sebagai istri.
"Iya, sayang. Makasih, ya? Makasih udah mau melengkapi hidup aku, Aluna. Aku gak tau harus apa kalau kamu pisah dari aku. Aku gak kebayang betapa hancurnya aku kalau gak bisa hidup sama kamu. Bayanginnya aja, hati aku sakit, Na.
"So, stay with me. Because I won't be able to become human, if I live without you."
Bukan malah merasa tersanjung, Aluna malah memukul lengan Genta pelan. "Apaan sih? Jangan pake bahasa inggris. Aku gak paham!"
Genta tertawa renyah, cowok itu menarik lengan Aluna, lalu membawanya ke pinggir ranjang untuk duduk disana.
"Aku bilang, kamu jelek. Jadi, jangan pernah tinggalin aku, karena nanti gak ada yang mau sama kamu."
"IH, RESE BANGET! TAU AH. SETRIKA BAJU SENDIRI SANA!"
____
Hai semua!!
Makasih banget udah mau baca cerita ini sampai akhir. Jadi, ini udah bener-bener berakhir, ya!!Oh iya, kalian jangan lupa baca-baca ceritaku yang disebelah juga ya...
Thanks for reading, all❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Kill This Love [END]
Teen Fiction"Kita ditakdirkan bersama, namun tidak ditakdirkan untuk bersama selamanya." Start: 5 Sep 2020 End: 10 Des 2020 Higgest rank: # 4 in jisoo [16/11/20] # 4 in multifandom [06/12/20] # 4 in jinbts [30/03/21] # 2 in bucin [3/12/20] # 8 in sadending [17...