Sembilan belas - Di tegur Aluna

400 63 0
                                    

DOUBLE UPP LAGI😋😋


"Aluna!"

Gadis itu tersentak. Ia cepat-cepat membalikkan badannya. Ternyata Reza.

"Mau kemana?" tanya Reza sambil berlari kecil menghampiri Aluna.

"Eh? Ke kantin, kok."

"Nah, pas banget. Barengan dong Na. Gue mau beli pulpen nih," ajak Reza sambil menggosok gosokkan kedua telapak tangannya layaknya memohon.

"Ya udah, boleh aja ko-"

"Dia pergi sama gue." Reza spontan balik badan. Matanya menangkap sosok Genta yang tengah berjalan tenang mendekatinya dan juga Aluna.

'Lah mampus.' Batin Reza berteriak.

"O... oh ya udah Na, g-gak usah deh. Gue bisa beli sendiri," ujar Reza terbata-bata.

"Loh, Ja? Gapapa kali, sejalan juga."

'Palalu Na, gapapa!?'

"Gak, gak usah. Gue bareng Dio aja."

"Lah, kenapa tiba-tiba gak jadi? Kan-"

"Ayo. Nanti keburu rame," Genta sudah gemas melihat gadisnya yang terus menerus membujuk teman prianya itu. Buang buang waktu aja, batinnya.

"Dah, Aluna," mendadak Reza langsung berlari terbirit-birit meninggalkan Aluna dan Genta.

"Ayo."

___

Perhatian para penghuni kantin, kini tertuju oleh kehadiran cowok tampan dan jangkung itu. Ia berjalan dengan santainya mencari meja kosong dan tak lupa menggandeng sebelah tangan gadisnya.

Tidak sedikit komentar-komentar negatif yang keluar dari bibir para penghuni kantin, melihat kebersamaan keduanya dengan perasaan tak karuan.

Marah, benci, iri semuanya menjadi satu.

Namun mereka bisa apa? Lagi-lagi mereka hanya bisa menelan kenyataan pahit. Bahwasannya, sang pentolan sekolah sudah memiliki pilihannya sendiri.

Mau tidak mau, mereka harus mendukungnya bukan?

"Mau apa?" tanya Genta lembut.

"Samaan kek kamu aja," balas Aluna.

"Aku makan soto, kamu kan ga suka. Mau apa?" Aluna sedikit tercengang melihat Genta yang masih mengingat kebiasaan-kebiasaan kecilnya. Alih-alih terkejut, Aluna malah tersenyum simpul.

"Minum aja deh. Diet nih."

"Gak. Mie ayam mau kan?"

Aluna menimbang-nimbang tawaran Genta. Ia memang menyukai mie ayam, tapi kali ini Aluna memang sedang berusaha menurunkan sedikit berat badannya.

"Aku pergi," belum lagi Aluna memutuskan, Genta sudah pergi meninggalkannya.

Aluna hanya menggeleng-gelengkan kepalanya pelan melihat sikap Genta yang tidak pernah berubah, selalu tidak sabaran.

Selagi menunggu kedatangan Genta, Aluna tidak sengaja melihat teman-teman sekelasnya yang duduk tidak terlalu jauh dari tempatnya, sedang memperhatikannya sambil tersenyum-senyum aneh. Aluna hanya merespon dengan tatapan bingungnya. Dan terlihat teman-temannya tertawa keras di sebrang sana.

"Liatin siapa?" Aluna mengerjapkan matanya. Sedikit terkejut dengan kehadiran Genta yang tidak ia sadari sedikitpun.

"Kok cepet, Al?" heran Aluna. Gadis itu mengulurkan tangannya dan membantu Genta menata makanan mereka di atas meja.

"Gak tau, mereka nawarin aku untuk duluan," jawab Genta seadanya.

"Ohh, git-"

"Heh dugong!" Aluna dan Genta tersentak. Mereka menoleh bersamaan ke arah Sean yang berjalan riang menghampiri keduanya.

"Capek gue nyariin di tempat persemayaman lo biasa. Di sini rupanya bareng doi," omel Sean. Cowok cerewet itu sengaja mendudukkan dirinya di samping Aluna.

"Harus disitu?" tanya Genta tajam. Sean terkekeh ringan.

"Mikir-mikir juga gue mau nikung. Gue masih sayang nyawa," Genta tampak tidak peduli dengan jawaban Sean. Ia malah melanjutkan aktivitas memakan sotonya.

"Oh iya, Bro. Gue kesini mau bilang, Pak Dono nyuruh lo ngumpul di ruang mulmed pulang sekolah. Mau latihan olim tambahan katanya," ucap Sean menyampaikan pesan yang di titipkan pelatih Genta padanya.

"Ya udah, sana!" usir Genta kasar. Sean melebarkan matanya garang.

"Ck, setan lo. Gak tau makasih banget lo buriq," Sean melenggang pergi dengan perasaan jengkel yang tentu tidak akan bertahan lama bersarang di hatinya. Sean sudah terbiasa.

"Alva kok gitu sama Kak Sean?"

"Apa?" tanya Genta menaikkan sebelah alisnya.

"Ga boleh kasar gitu. Kan kak Sean baik udah sampein pesan pelatih kamu ke kamu." tegur Aluna pelan.

"Hm."

"Awas di ulang lagi ya!"

"Iya, Una!"

___

Lanjut??

Kill This Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang