Dua puluh enam - Come to his home

329 51 2
                                    

Happy Reading

Aluna menyeret kakinya malas-malasan. Ia membuka sebelah matanya dengan berat. Gadis itu terlalu malas bangun sepagi ini di saat weekend, seperti ini. Namun tadi malam, ia sudah meneguhkan niatnya untuk bangun lebih cepat dan hendak mencoba membuat black forest kesukaan kekasihnya.

Hari ini, Aluna memang berniat untuk bermain sebentar di rumah Genta. Cowok itu? tentu saja tidak tahu. Aluna berencana untuk datang diam-diam.

Sesampainya ia dibawah, Aluna malah dipertemukan dengan papanya. Pria paruh baya itu terlihat sibuk dengan tablet di tangannya.

"Papa ngapain sih?" papanya menoleh cepat ke arah anak gadisnya yang sedang melangkah turun dari tangga.

"Luna? tumbenan jam lapan udah bangun?" papa mengernyitkan dahinya. Tampak tidak yakin dengan apa yang dilihat.

"Iya, Luna mau nyoba buat bolu. Papa ngapain sih, serius banget?" Aluna mengucek mata kanannya. Perlahan ia melangkahkan kaki nya mendekati Sang papa.

"Ini, lagi nyusun jadwal atasan papa."

"Mau Luna buatkan teh hangat, gak?" tawar Aluna.

Pria gagah itu menggelengkan kepalanya, pelan. "Enggak, papa baru aja minum kopi ini," ujarnya sambil menunjuk ke arah gelas putih yang sudah kosong di atas meja.

"Oh gitu... Ya udah, Luna kedapur dulu. Mau buat bolu. Nanti kalo udah selesai, jangan lupa papa cicipin ya?"

"Iya sayang."

Aluna kembali melanjutkan langkahan kakinya yang tadi sempat tertunda. Ia bergegas menuju dapur. Sesampainya disana, gadis itu tampak mulai berkutat dengan alat-alat dapur dengan bersungguh-sungguh.

Setelah satu jam berjalan dengan semestinya, Aluna kini telah selesai dengan pekerjaannya. Gadis itu tersenyum manis melihat hasil karya nya yang sempurna. Setelah dicicipi oleh lidah nya, Aluna memasukkan bolu itu kedalam tempat makan yang sudah ia siapkan sebelumnya. Tidak semua, ia juga sedikit menyisakan untuk ia dan papa nya makan bersama.

___

Tok tok tok...

Ceklek

Pintu terbuka. Aluna menggigit bibir bawah nya kuat. Gadis itu kini dilanda rasa gugup setengah mati. Memang, ia sudah sangat lama tidak berinteraksi dengan anggota keluar Genta yang lainnya. Hal itu membuat jantungnya berdegup kencang.

"Nyari siapa, ya?"

Ah... rasanya lega. Tidak juga. Siapa wanita di hadapannya kali ini? Sungguh, Aluna tidak mengenalnya. Wanita itu tampak sudah berusia 30-an lebih. Dia bergaya sangat glamour. Jujur, untuk kalangan wanita berumur segitu, dia sangat cantik.

"Ah... anu... tante, nya-nyari Genta," balas Aluna gagap. Bahkan kini keringat dingin sudah membasahi pelipisnya.

"Oh, dia belum keluar kamar sejak tadi pagi."

"Tadi pagi?"

"Iya. Anak itu baru aja pulang tadi pagi. Abis dari kantor kaya nya. Tante juga ga begitu tau," jadi... Alva lembur lagi tadi malam? batin Aluna bertanya-tanya.

"Ini, Tan. Ada sedikit makanan dari saya, untuk dimakan sekeluarga. Dimakan ya Tan."

Wanita itu tersenyum sumringah. Dia mengambil tempat makan berwarna ungu-biru yang diberikan Aluna dengan senang hati. "Iya, nak. Oh iya, kamu mau jumpain Genta kan? masuk aja. Mungkin dia juga udah bangun," tawar wanita itu ramah. "Tante juga mau pergi ini."

Kill This Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang