Tiga puluh tujuh - Lost contact

221 40 0
                                    


Aluna menatap ragu pada dua insan itu, yang sedang bercanda tawa di tempatnya. Ada rasa ingin menghampiri, namun takut akan mengganggu waktu keduanya. Mata nya tidak lepas memandang, dan hatinya tidak lepas ingin bertanya.

"Alun? Nape lo?" Aluna terkesiap. Gadis itu menoleh cepat pada Dio dengan tatapan mematikan. Tadi Dio habis mengagetkan gadis itu, ternyata.

"Astagfirullah... Ih, kebiasaan banget!" ujar Aluna menyeletuk.

"Marah-marah mulu lo dari kemarin. Pms lo?" tanya Gladis menebak. Tidak disangka, tebakannya benar.

"Iya. Sorry kalo aku udah marah-marah ga jelas."

"Liatin kak Sean mulu lo dari tadi. Napa? Naksir ama dia lo?" tanya Gladis lagi, sambil melihat ke arah Sean dan Renata yang sedang berduaan di meja kantin.

"Eng-enggak, bukan gitu. Ada hal yang mau aku tanyain ke kak Sean."

"Ya udah atuh, tanyain. Perlu gue temenin?" tanya Gladis lagi, menawarkan diri.

Aluna menggeleng cepat. "Gak, gak usah. Ntar aja pulang sekolah aku samperin sendiri," tolaknya sopan. "Kita mau pesen apa nih? Biar aku pesenin."

"Biasalah Na, udah hapal kan pesanan kita-kita biasa?" seru Reval semangat. Sedari tadi, perut cowok itu sudah meronta-ronta meminta asupan.

"Udah dong, udah diluar kepala pokoknya," balas Aluna ringan. "Oke deh, aku pergi," usai berpamitan, gadis itu pergi meninggalkan meja.

"Woi woi woi, gue punya hot news, njim."

Keenam manusia itu mulai mendekat dengan Arga, sang pemilik gosip pada pagi hari ini.

"Paan, Ga?" tanya Vega mulai serius.

"Jadi, si Lala Gendut cerita ini ke gue," kata Arga mulai bercerita, bisa dibilang mulai bergosip ria. "Reza sama kak Genta, sebenarnya yang buat masalah duluan itu si Reza, coy."

"Ah masa sih? Tapi terus deh, terus?"

"Dengerin dulu, Val. Jadi, si Lala duduk di deket tempat kejadian. Gak terlalu dekat sih, tapi kedengaran lah mereka ributnya gimana."

"Terus si Lala bilang, Reza duluan yang nyolot sama kak Genta, padahal kak Genta disitu udah minta maaf, cuma ya ala-ala dia lah, kan kita semua tau, kalau kak Genta emang suka ga ramah kalo ngomong sama orang."

"Terus-terus??"

"Intinya tu, Reza gak terima karna kak Genta kaya peringatin dia gitu buat hati-hati. Beda banget sama yang Reza cerita ke kita deh pokonya. Gue sih di team kak Genta kali ini," Arga menyelesaikan ceritanya. Kali ini, ia mendukung Genta. Terlihat dari cara berceritanya, yang mencondong lebih memilih Genta.

"Gelo, tapi memang banyak sih yang bilang, si Reza yang gak sopan duluan ke kak Genta," timpal Dinda menambahkan.

"Tau ah. Tapi kak Genta kok gak keliatan dua hari ini ya?" tanya Gea, semakin menambah rasa penasaran enam temannya.

"Halah, biasanya juga gak keliatan," ceplos Dio. "Kadang-kadang doang keliatannya."

"Ya, sih. Woi, kita kok gosip tanpa Aluna anjim?" ucapan Dinda berdampingan dengan datangnya Aluna ke meja mereka, dengan membawa satu nampan berisikan beberapa minuman di tangannya.

"Hayoo..., ngomongin aku ya?" Aluna tersenyum jahil, sambil meletakkan satu persatu pesanan teman-temannya.

"Iya, resek banget lo," ujar Reval kesal, kesal yang dibuat-buat.

"Lah, aku kenapa? Maaf deh kalo ada salah," Aluna malah salah mengartikan candaan Reval. Ia mengira, bahwa Reval benar-benar kesal dengannya.

"Gile ni manusia, murah maaf banget," Reval dan Dio hanya geleng-geleng kepala.

___

Sean melangkahkan kakinya keluar kelas. Cowok itu sebenarnya ingin cepat-cepat pulang, dan mengistirahatkan tubuh lelahnya. Namun, tidak sengaja Sean melihat Aluna sedang bersandar dengan tiang pondasi koridor, dan berdiri membelakanginya. Buru-buru Sean menghampiri gadis itu.

Sean menepuk pelan pundak Aluna."Na? Ngapain disini? Genta gak ada. Lo nungguin Genta, ya?"

Aluna pun berbalik, menghadap Sean. "Eh... kak Sean? Aku nunggu kakak, mau nanyain sesuatu," ucapnya lembut, seperti biasanya.

"Oh, apaan Na?"

"Kak Genta lost contact sama aku. Kalo sama kakak, dia masih ngasih kabar gak?"

Sean mengernyitkan dahinya. Ia juga bingung harus menjawab apa. Sebenarnya, Genta memang ada memberikan kabar untuknya. Mustahil jika gadisnya sendiri tidak tahu apapun tentang Genta saat ini.

"L-lost contact gimana, Na?" heran Sean.

"Dihubungi gabisa terus kak teleponnya. Tapi kalo di WA, dia online," jelas Aluna menggebu-gebu. Terlihat dari raut wajahnya, Aluna tampaknya sangat khawatir dan takut jika Genta kenapa-napa.

"Lagi ribut lo ya? Sama Genta?" Sean menaik-turunkan dua alisnya. Aluna malah tersenyum kecut dan menunduk. Tebakan Sean terlalu tepat sasaran.

"Ya elah, Genta tolol. Kayanya nih Na, dia mau fokus rawat emaknya dulu deh. Makanya dia ga mau di ganggu siapapun dulu," ujar Sean mencoba menenangkan hati Aluna yang sedang gelisah. "Sebab kemarin Genta cuma bilang, kalau dia mau ngurus emaknya dulu yang baru sadar."

"Mama nya kak Genta udah sadar, kak?" tanya Aluna setengah kaget.

"G-gitu sih, katanya."

"Mau jenguk? Gue juga belum jenguk nih. Sekalian kuy, sama Rena juga."

Tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan bertemu Genta, Aluna lantas mengangguk antusias dan langsung menyetujuinya. "B-boleh kak, kalau kakak enggak keberatan sih."

___

Aluna tenggelam dalam lamunannya. Gadis itu menatap dalam akan dirinya pada pantulan cermin di hadapannya, dengan tatapan yang dirinya sendiri pun sulit mengartikannya. Entah perasaan apa yang membelenggu hatinya saat ini. Gelisah, takut, menyesal, semua menjadi satu. Aluna mengusap wajahnya kasar. Gadis itu masih saja merasa menyesal karena telah membela Reza langsung tepat di hadapan kekasihnya. Ia mengerti betul, bagaimana rasa kecewa yang kini juga tengah di rasakan oleh Genta akan sikap bodohnya tempo lalu.

Lamunan Aluna seketika pecah, saat merasakan benda di saku celananya itu bergetar. Cepat-cepat, gadis itu menggeser tombol hijau itu dengan cekatan.

"Aluna, gue di depan!"

"Iya kak, tunggu sebentar," Aluna mengapit ponselnya di antara bahu dan telinganya. "Ini aku udah siap, aku matiin ya kak."

Setelah putusnya sambungan telefon, Aluna sedang sibuk berusaha mencari sepatu putihnya. Setelah mendapatkan semua apa yang diperlukan, dia buru-buru keluar gerbang dan menghampiri motor Sean yang terparkir sempurna bersama dengan sang pemiliknya.

"Rena gak ikut kak?" Aluna heran. Tadi sore cowok itu mengatakan bahwa Rena akan ikut juga bersamanya. Namun saat ini, Sean hanya sendirian tanpa membawa Renata bersamanya.

"Enggak Na. Dia kecapean abis latihan," balas Sean seadanya. "Buru naik! Nanti malem banget."

____

Vote komennya yaaa...
Makasiiii😗😗


Kill This Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang