Empat puluh tujuh - Dasar mesum

230 35 4
                                    

Satu-satunya alasan mengapa dunia ini bisa begitu indah, adalah karenamu."

-Aluna Rizqayla Deandra

___

Sepulang Genta mengantar gadisnya kerumah dengan selamat, cowok itu melirik rolex hitamnya sekilas. Ternyata pukul sudah menunjukkan angka 22.30. Pantas saja Hana menelefonnya berulang-ulang kali dan menyuruh putra satu-satunya itu untuk cepat-cepat kembali. Namun lantaran pekerjaan di kantornya masih banyak yang belum diselesaikan, dengan berat hati cowok itu menolak perintah mamanya untuk pulang.

Sebelum ke kantor, sempat-sempatnya Genta menyempatkan diri melewati daerah yang di bicarakan Karel tempo lalu lewat pesan singkat yang dikirim olehnya.

Ternyata, Karel tidak begitu mengetahui letak spesifik markas Tiger. Sebab letak markas yang terlalu masuk ke dalam hutan, kemungkinan besar jika Karel mengikutinya lebih dalam lagi akan langsung diketahui, lantaran tidak adanya pengendara lain yang juga lewat. Begitulah alasan Karel.

Setelah hanya mencoba lewat, Genta langsung kembali ke kantornya. Bukan karena tidak berani atau semacamnya. Tapi pekerjaannya kali ini sedikit lebih penting dari pada apapun.

___

"Alun, i-ini... ibu nitip ini buat kamu," Aluna menoleh cepat, melihat sekotak tempat makan berwarna kuning yang disodorkan Dendi untuknya. Dengan senang, gadis itu membukanya.

"Wah, nasi kuning? Buat aku?" netra gadis itu berbinar dalam sekejap. Padahal cuma karena melihat sekotak nasi kuning. Dendi yang ditanyai pun mengangguk senang. Ibunya memang menitipkan nasi itu untuk Aluna.

"Bilang makasih banyak banyak banyak banget ya Di, buat bunda!" Dendi tersenyum senang melihat reaksi Aluna.

"Aman deh. Dimakan terus Na, ntar makin dingin nasinya," ucap Dendi menyarankan.

Aluna menutup kotak makan itu, lalu menyimpannya di laci meja. "Jangan deh, lima menit lagi bel masuk bunyi. Males banget aku makan buru-buru," setelah membalas ucapan Dendi, benar saja, Pak Eko sudah stay di depan pintu kelas sembari menunggu beberapa anak-anak yang belum masuk ke kelas.

Kini beberapa jam sudah berlalu. Waktupun sudah menunjukkan pukul 10.30, dan sudah saatnya para murid mendapatkan jatah istirahat seperti biasanya.

Aluna yang mendengar suara bel berbunyi begitu nyaring, gadis itu sudah bersiap-siap untuk beranjak meninggalkan kelas. Tak lupa ia membawa tempat makan yang tadi diberikan Dendi untuknya.

Dendi mendongakkan kepala ketika melihat Aluna yang pergi begitu saja. "Kamu mau makan dimana, di kantin ya?" tanya Dendi, menerka.

Gadis itu merasa terpanggil, lalu menoleh. "Bukan, aku mau ajak Alva makan bareng nasi kuning ini," jelas Aluna terang-terangan. Dan anehnya, hati Dendi sedikit berdenyut ketika mendengar itu. Namun dia tetap mencoba untuk tersenyum.

"Gak usah deh, itu nasinya terlalu sedikit buat dimakan berdua."

Aluna melambaikan tangan kirinya. "Gak papa, aku gak tega makan ini sendirian. Alva suka banget soalnya," kata Aluna. "Aku pergi sebentar ya?" Dendi tidak pantas untuk menggeleng, dan cowok itu hanya bisa mengangguk dan membiarkan Aluna pergi menghampiri pacarnya begitu saja.

___

Sean bersenandung kecil sembari memainkan PUBG Mobile-nya dikursi. Sebelum itu, tadinya Sean berteriak histeris layaknya orang gila hanya karena tertembak oleh musuh. Namun hal itu tidak mampu membangunkan Genta dari tidurnya, seakan cowok itu sudah kebal dan terbiasa.

Ya, Genta sedang tertidur pulas di samping Sean.

Karena lembur semalaman, cowok itu menyembuhkan rasa kantuknya di jam istirahat seperti ini. Angin yang berhembus lewat jendela yang sedikit terbuka di sampingnya menjadi penghantar tidur bagi cowok itu, hingga Genta benar-benar jatuh ke alam bawah sadarnya. Keributan yang Sean sebabkan pun sudah tidak terdengar lagi di telinganya, sampai dimana Sean menggoyang-goyangkan tubuhnya.

"Babi dangdut, bangun woi! Lo dicariin Aluna bangke. BANGUN IH," Genta tersentak. Mata merah Genta menatap Sean dengan sorot kebingungan. Sean yang mengerti bahwa Genta bingung, cowok itu menunjuk ke arah pintu kelas yang terbuka. Genta mengalihkan pandangannya, dan bertemu dengan Aluna yang berdiri membelakangi pintu. Cowok itu langsung berdiri, dan beranjak menghampiri Aluna.

"Nyariin, Na?" suara serak Genta mengagetkan Aluna. Cewek itu tersentak sebentar, lalu ia memandang Genta dengan seksama.

"Lah, kamu tidur beneran ya? Aku kira cuma tidur-tiduran doang. Maaf ya udah bangunin," Aluna mengerucutkan bibirnya. Gadis bersurai hitam kecoklatan itu sungguh menyesal. Lain hal dengan Genta, cowok itu malah gemas melihat ekspresi Aluna.

Genta mengulurkan tangannya, lalu mengacak surai gadis itu pelan. "Tadi cuma ketiduran. Eh, itu apa?" Genta menunjuk ke arah kotak kuning di pelukan Aluna.

"O-oh ini? Nasi kuning bundanya Dendi, Al. Kan kamu suka, jadi aku bawain buat kamu," jelas Aluna kembali ceria. Genta hanya tersenyum kecil, lalu mengangguk.

"Masuk aja, makan di dalem," tanpa menunggu persetujuan Aluna, cowok itu langsung memegang kedua pundak Aluna, menuntun gadis itu masuk ke dalam kelasnya yang terbilang cukup sepi. Sean sempat melihat kedatangan dua sejoli itu menuju kurisnya. Sean cukup paham, tanpa memindahkan pandangannya, cowok itu berpindah ke kursi depan. Dan benar, Aluna dan Genta duduk di mejanya dan juga Genta.

"Mau makan sendiri apa di suapin?" tanya Aluna iseng. Setahunya, mungkin Genta akan sangat malu jika diperlakukan begitu. Singkatnya, Genta tidak akan mau.

Mungkin?

"Suap," balas Genta spontan. Aluna membelalakkan matanya. Prediksi gadis itu meleset sangat jauh.

"Ih, Alva! Aku bercanda doang," sungutnya kesal, padahal dirinya sendiri yang menawarkan.

Genta membenarkan posisi duduknya, menghadap Aluna sepenuhnya. "Gak terima candaan, dan sekarang kamu suapi aku. Kamu tau gak, tangan aku capek banget ngetik kerjaan semalaman," kadu Genta, hiperbola.

Dan Aluna malah menanggapinya dengan serius. "Hah? Iya? Kamu gak langsung pulang semalam? Ngantor lagi?" Genta mengangguk lesu.

"Ya udah sini, aku suapin. Tapi kamu gak malu apa diliat kak Sean?" bisik Aluna pelan, sambil menyuapkan sesendok nasi pada Genta.

"Sean doang kok, yang lain juga keliatan gak peduli," balas Genta dengan mulut yang penuh nasi.

Aluna tersenyum jahil. "Kalo aku nyuruh kamu suapin aku juga, kamu mau gak?" tanya Aluna iseng.

"Kalo pake sendok, aku gak terima," jawaban Genta mengubah air muka Aluna. Gadis itu murung, dan merajuk.

"Gitu banget kamu."

"Maunya pake bibir."

"IH, DASAR MESUM!"

___

Vote komennya yaa guys!!
Thanks for reading.

Kill This Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang