"Aku ingin berada di tempat yang sama denganmu. Aku ingin berada di waktu yang sama dengan mu. Dan aku ingin kita memiliki perasaan yang sama.
Cinta."-Dendi Aditya
___
Aluna dan Genta kini berjalan beriringan. Genta dengan cekatan meraih pagar kayu rapuh itu dan menolaknya pelan. Tepat di depan pintu berwarna hijau itu, yang warnanya sudah terlihat memudar dan kusam, Aluna mengucapkan salam.
"Ya, waalaikumsalam," jawaban heboh dari sang empu yang berada di dalam rumah, sudah terdengar. Tak lama setelahnya, pintu terbuka lebar, dan menampilkan sosok Dendi yang tersenyum lebar menyambut kedatangan kedunya.
"Aluna? kirain gak mau datang," kata Dendi terkejut. Ia tidak menyangka, bahwa gadis itu sudi untuk datang ke gubuk busuknya.
"Tadi settingan aja," canda Aluna sambil tertawa basa basi. "Kalo aku gamau datang, ngapain aku minta kamu share lokasi coba?"
"Ehehe... iya jug- Eh, B-bang Genta juga ada?" sapa Dendi yang baru sadar akan eksistensi Genta. Cowok itu sedari tadi hanya diam di balik punggung gadisnya.
"Iya. Ini hadiah dari gue sama Aluna. Di pake, ga mau tau gue," tumben cowok berdarah dingin itu banyak bicara?
"I.. iya b-bang. Makasih banyak," Dendi menerima paper bag yang disodor oleh Genta. Senyum kecil di bibir Genta menghiasi wajah tampannya, saat kadonya di raih dan diterima dengan baik oleh Dendi.
Aluna tersenyum senang, melihat dua cowok yang berarti dihidupnya itu, terlihat mempunyai hubungan yang baik di antara keduanya.
"Eh... ini temen-temen kamu yang kamu undang?" presensi seorang wanita paruh baya yang muncul dari dalam rumah, memecah keheningan yang menyelimuti mereka. "Ini si cantik, namanya siapa?" tanya wanita itu lembut.
"Aluna, bun," Aluna mengulurkan tangan kanannya dan menyalami wanita itu.
"Ya Allah, cantik bener! Ini yang laki, siapa namanya?" perhatian wanita itu kini beralih pada Genta yang bergeming di tempatnya.
"Genta.. bun," jawabnya ragu sembari tersenyum canggung.
"Ih, kasep pisan kamu Genta!" puji wanita itu. Genta tersenyum. Cowok itu mengambil tangan kanan Ibu Dendi untuk disalaminya.
"Masuk nak, masuk. Bunda udah buatin nasi kuning telur sambal lado untuk kalian. Tunggu disini dulu ya?" Aluna dan Genta mengangguk antusias dan segera menempatkan diri untuk duduk di ruang tamu yang hanya berdasarkan lantai semen yang kasar dan beberapa sudah meretak.
"Maaf ya Na, bang, cuman lesehan duduknya," ucap Dendi memelas. Aluna sadar, kini Dendi tengah malu dengan keadaan rumah kecilnya.
"Apasih Di? Enak, dingin juga duduk disini," kata Aluna mengusap-ngusap tangannya ke lantai kasar itu.
"Iya, kan? Aku juga seneng tidur di lantai kalo lagi kepanasan, soalnya dingin," mimiknya sudah berubah menjadi kembali ceria.
Genta yang sedari tadi hanya membisu, diam-diam ikut merasa iba mendengar cerita singkat yang ia dengar dari Dendi barusan. Masih banyak orang yang kesusahan di sekitarnya ternyata, batinnya.
"Nih, di makan ya? Maaf bunda cuma punya telur rebus sambal lado," ujar bunda, lalu ia menyerahkan dua buah piring kaca yang berisikan nasi kuning itu pada Aluna dan Genta.
"Bunda udah makan?" Dendi dan Aluna tertegun sejenak, mendengar perhatian kecil yang Genta torehkan untuk Ibunya Dendi. Aluna mengira, bahwa Genta tidak akan peduli dengan hal-hal kecil seperti itu.
"Udah. Kami berdua udah makan nak. Tinggal kalian berdua yang belum," jawab Bunda begitu lembut.
"Ah... gitu? Genta makan ya bun," Ibu Dendi hanya tersenyum dan mengangguk.
Ditengah-tengah kegiatan makan nya, Aluna meracau tidak jelas sambil mengunyah nasinya.
"Bunda, ini enak banget sumpah! Pengen nambah!!" pujinya antusias, terdengar berlebihan. Bunda hanya tertawa geli melihat sikap teman dari putranya.
"Kalau ada sisa dagangan nya Bunda, bakal Bunda kasih ke Aluna deh gratis," guyon Bunda.
"Mau nambah? nih ambil dikit punya aku," Genta menawarkan nasi miliknya.
"Ga deh. Kamu lahap banget aku liatin dari tadi. Kan aku gak tega," Aluna mengulurkan tangannya, menyeka keringat di dahi kekasihnya itu dengan punggung tangannya.
Dendi yang melihat hal itu sedikit merasa perih di bagian dadanya. Ada rasa cemburu yang terbesit di rongga hatinya. Namun, ia sadar akan posisinya. Menjadi sahabat Aluna saja, sudah sangat bahagia.
Perlu kalian tahu. Sejak seminggu belakangan ini, Dendi memang sudah memiliki perasaan lebih akan Aluna. Ada rasa bahagia, senang dan candu saat Aluna memberi perhatian lebih padanya. Cowok mana yang tidak senang jika di perlakukan istimewa oleh gadis cantik, secantik Aluna dan gadis baik, sebaik dirinya?
Namun saat munculnya Genta di dalam kehidupannya serta Aluna, cukup menyadarkannya. Genta itu memiliki segalanya. Harta, wajah, tahta , dan kecerdasan, sudah dikuasainya tanpa diminta. Genta terlalu sempurna untuk menjadi saingannya.
___
Vomennya...
Thankss
KAMU SEDANG MEMBACA
Kill This Love [END]
Teen Fiction"Kita ditakdirkan bersama, namun tidak ditakdirkan untuk bersama selamanya." Start: 5 Sep 2020 End: 10 Des 2020 Higgest rank: # 4 in jisoo [16/11/20] # 4 in multifandom [06/12/20] # 4 in jinbts [30/03/21] # 2 in bucin [3/12/20] # 8 in sadending [17...