Happy reading!
___
"
Woi, lo tau ga? Semalam, gue di call sama sama kak Genta, dong!"
"Dih? Halu lo uda kelebihan banget, Shel!"
"Bodo. Iri tanda tak mampu!"
"Salah anjim, sirik tanda tak mampu."
Aluna tidak berniat menguping. Namun, merekalah yang berbicara terlalu keras. Saat mendengarkan celotehan mereka mengenai Genta, Aluna sadar akan satu hal. Cowok cengeng itu sekarang sudah menjadi pria yang sangat di idam-idamkan para kaum hawa.
"Noh, pesenan lu. Sorry lama, Na."
Aluna tersenyum. Ia membantu Gladis menata pesanan mereka di atas meja.
"Ga lama tuh. Btw makasih, Glad." Gladis mengangguk dan mulai menyentuh makanan serta minuman yang ia beli tadi. Begitupun Aluna.
Untuk kesekian kalinya, Aluna tidak pergi bersama Dendi. Cowok itu selalu saja menolak ajakan Aluna, tanpa ada alasan yang jelas.
"Na, gue heran deh sama lo!" Kata Gladis, disela-sela makannya.
"Hm? Heran kenapa?"
"Lo kok deket banget sama Dendi, sih?"
Aluna menaruh sendoknya di atas piring, lalu menyeruput minumannya."Iya, aku suka temenan sama Dendi. Sama kalian juga, kok," jawab Aluna tenang.
Gladis mengerutkan keningnya. "Dia... ga nyuruh lo buat ngejauh?"
Aluna menggeleng ringan dan kembali menyuapkan mie ayamnya ke dalam mulut.
"Na, ini saran dari gue. Jauhin Dendi, gih! Dia itu bulan-bulanannya ketua Regaza!"
"Maksud kamu?"
"Iya. Kalo lo terlalu deket sama Dendi, lo juga bisa ikut kena imbasnya, Na!"
____
"Lelet bener anjing! Sini gak lo?"
Seperti asin, ucapan Gladis pada Aluna baru saja mulai terjadi. Seperginya Aluna dari kelas, cowok itu mulai dicari-cari oleh Si ketua—pemimpin Geng yang selalu dibangga-banggakan anak-anak Garuda Bangsa,
Regaza.
"Jongkok lo!"
Dendi mengangguk patuh dan melakukannya.
BUGH
Dendi tersungkur ke lantai. Cowok itu mengerang kesakitan sambil memegang perutnya yang di sepak keras oleh Si ketua Regaza.
Di tengah-tengah rasa sakitnya, Dendi berusaha menggapai kaki cowok itu, dan memohon dibawahnya. "B-bang... t-tolong maafin aku, bang. Akh..., ak-aku—"
BUGH
"Akhh..." Cowok itu kembali menendang perut Dendi, dan cengkraman cowok itu terlepas dari kakinya.
"Lo bilang, lo bakal nyiapin makalah gue dalam waktu tiga hari. Mana? NGAPAIN AJA LO ANJING DI RUMAH? Nikmati harta yang berhasil nyokap lo curi dari rumah gue? Atau jangan-jangan... lo lagi main desah-desahan sama nyokap, iya?"
Seketika, tawa jahannam mereka mendominasi ruangan remang itu, yang di akui sebagai markas Regaza—disekolah.
"Ak-aku minta maaf, bang! Aku enggak ngerti sama sekali tugas yang abang kasih ke aku. Aku bersumpah, b-bang!"
"Gausa percaya, Der. Abis keun ae!" Ucap seorang cowok, memanas-manasi Derren.
Dan Derren pun terperdaya dengan ucapan salah satu rekannya. "Kuy! Rame lebih sedep kayanya. Gue cape hadapin ni bocah solo solo terus."
Antek-antek Derren mulai mendekati tubuh Dendi yang sudah terduduk lemas di lantai gudang. Namun tiba-tiba, pintu markas terbuka kasar. Semua yang ada didalam, sontak menatap pintu yang terbuka lebar.
"Woi, Derren!"
Awalnya, cowok bernama Derren itu memicingkan mata. Saat tau siapa yang tengah menghampirinya, Derren langsung tegang. Usut punya usut, ternyata Genta lah yang masuk kedalam markas mereka. Tidak ada yang berani mencegah Genta yang semakin mendekati mereka.
"Ngapain disini lo, Ta? Gak nyasar kan lo?" Tanya Derren, berusaha biasa saja. Cowok itu menggeleng, dan terus berjalan mendekat dengan mereka yang sedang mengerumuni Dendi.
"Gue sering ke sini, kalo lo lupa," ucap Genta tajam.
Cowok itu memang sering duduk dan merenung di area rooftop. Dan markas Regaza kebetulan juga berada disana.
Semua mata tertuju pada Genta, yang saat ini sedang menatap datar pada Dendi yang sudah terkapar. Semua pemilik mata itu, tidak ada yang berani untuk sekedar mengusir Genta dari markas mereka. Mereka semua masih ingat, bagaimana ketua mereka yang sudah pernah dikalah telak oleh cowok berdarah dingin tersebut.
Dulu sekali, Genta dan Derren tidak pernah akur, se-akur sekarang ini. Derren yang selalu ingin berada di posisi Genta, selalu saja mencari kekalahan bahkan kejelekan cowok itu. Jelas saja itu semua untuk menjatuhkan image Genta.
Lama kelamaan, cowok itu merasa terganggu atas perlakuan Derren padanya. Ia pun memutuskan untuk memilih bertarung dan bertaruh secara one by one dengan Derren, agar urusan mereka cepat selesai. Jika Genta kalah, maka Genta akan menyerahkan posisinya yang selama ini di ingin-inginkan oleh Derren. Dan jika Derren kalah, Genta hanya meminta agar Derren tidak pernah mengusiknya lagi.
Dan yang terjadi adalah, Genta berhasil mengalahkan Derren. Ia sangat puas kala itu. Bukan karena gelar Most Wanted yang bergelar padanya tidak jatuh pada Derren. Melainkan, karena Derren tidak akan pernah bisa lagi mengusiknya. Toh baginya, gelar itu tidak sedikit pun berarti.
"Bangun, Di. Aluna nyariin lo." Sedetik kemudian, Genta langsung balik arah, dan berjalan tenang menuju pintu keluar. Dendi yang sangat merasa beruntung itu—langsung berjalan mengikuti Genta, dengan langkah tertatihnya.
Sedangkan Regaza, mereka diam dalam seribu bahasa ketika melihat sikap cowok itu, yang tidak seperti biasanya.
Sejak dulu, mereka memang sudah merundung Dendi. Tapi, kenapa Genta malah menolongnya sekarang jika dia peduli? Dan satu, siapa Aluna?
"Far," panggil Derren, pelan.
Faras—si teman dekat Derren, langsung menoleh ketika dipanggil Derren. "Apa, bos?"
"Cari tau siapa Aluna."
"Oh, ngokhey, Der."
____
tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Kill This Love [END]
Teen Fiction"Kita ditakdirkan bersama, namun tidak ditakdirkan untuk bersama selamanya." Start: 5 Sep 2020 End: 10 Des 2020 Higgest rank: # 4 in jisoo [16/11/20] # 4 in multifandom [06/12/20] # 4 in jinbts [30/03/21] # 2 in bucin [3/12/20] # 8 in sadending [17...