Empat puluh empat - Kejujuran

209 39 6
                                    

"Nay, gue minta maaf ya sebelumnya," Nayla mendongak, ketika Sean mendatangi mejanya dengan wajah yang murung.

Nayla memicingkan mata, curiga. "Apa lo? Ganggu aja sumpah," gadis itu berujar ketus seperti biasa.

"Jangan suka sama gue lagi ya, Nay. Gue udah jadian sama Renata. YAH... HAHAHA.... Lo kira gue serius minta maap ama lo?!" Nayla mengerutkan dahinya, matanya pun melotot. Gadis itu sudah memberi ancang-ancang untuk melempar kotak pinsil miliknya tepat di wajah Sean.

Sean yang tidak mau terkena lemparan maut dari Nayla, dengan cepat mengambil langkah amannya yaitu bersembunyi di balik tubuh Genta. Cowok itu sedang duduk tenang dan damai dikursinya, memegang ponsel.

"Berani gak lo? Sini lempar!" Sean semakin mengolok-olok Nayla. Gadis itu semakin jengkel melihat tingkah absurd Sean.

"IHH... GUE LAGI PMS, JANGAN GANGGU SEAN!" teriak Nayla memaki Sean.

"Yan, jangan berisik!" Genta pun turut menegur Sean. Cowok itu mengerucutkan bibirnya, namun tetap nurut dengan larangan Genta walau ia sebenarnya kesal.

"Maaf kan hamba ayahanda. Betewe..., lo baca apa sih? Konsen banget gils?" Sean duduk di kursinya, dan mencondongkan tubuhnya mendekati Genta. "TA? KAMU BACA BOKEP? ADEK PENGEN PIPISHH, BANGHH..."

Bugh

Sebuah buku ekonomi yang tebalnya mencapai dua ratus lembar lebih mendarat tepat di kepala Sean. Cowok itu hanya mengaduh dan mengumpat lantaran terkena lemparan dari Genta.

"Gila lo," hardik Genta. Wajah cowok itu kian memerah, menahan malu yang disebab kan oleh mulut Sean yang luar biasa dowernya. Perhatian seluruh penghuni kelas, kini tertuju padanya. Tidak ingin bertambah malu, Genta memilih untuk kembali fokus membaca pesan yang dikirimkan oleh Karel semalam.

"Sesekali maluin orang perfect gapapa kali. Sensi amat lo!"

___

"Una," Aluna kenal dengan panggilan itu. Gadis itu berbalik dan langsung berhadapan dengan Genta.

"Mau kemana?" tanya Genta bingung, melihat Aluna membawa tumpukkan buku-buku tulis di pelukannya.

"Kumpul buku, Al," jawab Aluna singkat. Gadis itu kembali lanjut berjalan, di ikuti oleh Genta di sampingnya.

"Minggir, biar gue yang bawain," Genta merampas seluruh buku tulis di pelukan Aluna. Aluna hanya pasrah, tanpa merebut kembali buku-buku temannya. "Hobi banget disuruh-suruh guru, Na," celetuk Genta kesal.

"Karna aku cantik, mungkin," Aluna terkekeh kecil. Genta malah berdecak pelan.

"Gak nyambung." Setelah itu, tidak ada lagi percakapan antara keduanya. Hening yang menemani perjalanan mereka menuju kantor guru.

Seusai mengurus urusan buku-buku itu, Genta pamit pada Aluna untuk lebih dulu kembali ke dalam kelas. Namun sebelum itu, Aluna meminta sedikit waktu Genta agar di luangkan untuknya. Genta menyetujuinya, dan berakhirlah dua sejoli itu di rooftop sekolah.

"Kamu serius, gak buru-buru kan, Al?" Aluna melompat, dan duduk di tembok pembatas.

"Iya, enggak. Aku tadi mau ke kelas cuma mau ngasih tugas yang Sean minta buat dia contekin," jelasnya. "Mungkin sekarang udah dia ambil juga," tangan Genta terulur menyingkirkan rambut-rambut Aluna yang beterbangan menutupi sebagian wajahnya. Angin dari atas sini memang selalu kencang.

"Aku mau cerita semuanya ke kamu," setelah keputusannya bulat, gadis itu memilih untuk membagi keluh kesahnya pada Genta. Padahal Genta sudah lebih awal mengetahui itu.

"Iya, aku denger," walaupun tahu, Genta masih tetap ingin mendengar semuanya langsung dari Aluna.

Aluna menatap dalam mata Genta yang berdiri di depannya. "Kamu bener, aku mulai di usik sama Tiger-Tiger itu," tatapan Genta tidak berpindah dari Aluna, dan terus menunggu kelanjutan dari bibir mungil itu. "Dia bilang, kalau dia udah nemuin aku, sebagai Aletta."

"Ponsel kamu mana? sini aku liat!" Aluna merogoh saku rok sekolahnya, lalu mengeluarkan ponsel berlogo apel itu dari sana. Genta langsung menarik kasar ponsel itu dan membukanya dengan sidik jari miliknya. Dulu, saat awal pacaran, diam-diam Genta menambahkan daftar sidik jarinya ke ponsel Aluna.

Tidak membutuhkan waktu lama, Genta sudah menemukan pesan singkat yang di maksud Aluna tadi. Cowok itu menghela nafasnya berat, serta memejamkan matanya sejenak setelah selesai membaca.

"Alasan kamu gak mau ngasih tau aku, apa?"

Aluna terdiam, lalu membuang wajahnya ke kiri. "Aku gak mau nyusahin kamu, Al. Urusan kamu bukan aku aja, aku tau betul. Kamu orang sibuk, Al," alasan Aluna terdengar logis. Memang pada faktanya, kekasihnya itu adalah orang yang super sibuk.

"Ya tuhan," Entah berapa kali sudah Genta menghela napasnya. "Jangan gitu lagi, Aluna. Aku gak sesibuk yang kamu kira. Jangan gini lah," ucap Genta memelas. "Aku suka kamu repotin, Aluna."

Aluna menoleh, kembali menatap mata tajam itu, mencoba mencari kebohongan dari setiap kata yang Genta ungkapkan padanya. Tentu tidak berhasil ia temukan, bahkan tidak ada. Genta benar-benar tulus mengatakan semuanya.

"Never keep anything from me, okey?" Aluna terdiam sebentar sebelum pada akhirnya mengangguk.

"Cuma ngirim pesan aja kan? gak lebih?" Genta mengembalikan ponsel Aluna.

Gadis itu menyimpan kembali ponselnya ke dalam saku. "Eng... enggak, Al," jujurnya. "Aletta juga ternyata adik kembar aku, Al," lanjut Aluna dengan suara yang lebih lirih.

Genta tertegun di tempatnya. Satu fakta itu membuat pikirannya buyar. Antara terkejut dan bingung kini semuanya menyatu mengisi pikiran.

"Kamu pasti?" tanya Genta memastikan.

"Iya, pasti."

"Enggak, maksudku, kamu tahu dari siapa?" ralat Genta.

"Papa sendiri yang bilang, Al," raut kesedihan lagi-lagi menguasai wajah Aluna. Genta yang melihat perubahan air muka gadis itu, tanpa perintah langsung menenggelamkan tubuh kecil itu kedalam rengkuhan hangatnya. Aluna meneteskan air mata tanpa suara.

Genta mengusap-usap punggung gadis itu, seolah memberikan kekuatan dan kehangatan untuk gadisnya.

"Udah ya sayang, jangan nangis. Baju aku udah basah gini karena kamu loh," Aluna malah semakin membalas pelukan Genta lebih erat. Namun, Aluna merasa aneh. Entah perasaan apa itu, yang jelas, setelah dipeluk Genta perasaannya semakin membaik dan tidak seburuk kemarin.

"Jangan bilang sayang dong, hiks... Aku m-malu."

___

Vote nya dong... biar akunya ganbatte.

Kok ganbatte sihh😭


Kill This Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang