Extra Part I

407 36 8
                                    

Happy Reading!!

____

"Alva! Buat tiktok kaya orang-orang, yuk!" Aluna menarik-narik surai legam Genta, pelan. Sedangkan cowok itu, ia hanya melengguh, lalu kembali tertidur pulas, tanpa memperdulikan satupun ucapan dari Aluna.

Tadi, lima menit sebelum bel istirahat makan siang berbunyi, cowok itu masuk diam-diam kedalam kelas Aluna, dan duduk disamping gadis itu yang kebetulan kursinya sedang kosong. Untung saja Bu Pit tidak menyadari kehadirannya. Jika sadar, mungkin Genta sudah habis di omelin Bu Pit.

Entah apa yang dipikirkan Genta, cowok itu datang ke kelas gadisnya, hanya untuk menidurkan diri. Saat datang, dia langsung menjatuhkan kepalanya ke atas permukaan meja, lalu tertidur disana.

"Ya Allah... punya cowok gini banget! Tukang tidur!" Aluna kesal sendiri melihat Genta yang masih saja tertidur tenang. Setidaknya, Aluna berharap bahwa Genta akan mengajaknya makan siang bersama, atau mungkin bercerita banyak padanya. Tapi nyatanya, ekspetasi jauh di atas realita.

"Aluna!" Aluna membalikkan badan, lalu mendongak ke arah Dinda yang berdiri di depannya.

Dinda mengatakan sesuatu pada Aluna, tanpa mengeluarkan vokal. "Gue deluan makan, ya!?"

"HAH, APA?" Dinda membungkam mulut Aluna dengan tangan kanannya.

"Shhtt... goblok. Ntar pacar lo bangun, gilak," ujar Dinda kembali berbisik.

Aluna menjauhkan tangan Dinda dari mulutnya, lalu kembali berbicara keras. "Ngomong kaya biasa aja. Biar aja dia bangun."

Dinda meringis ketika Genta bergerak dari tidurnya. Gadis itu takut kalau Genta akan marah padanya dan juga Aluna, karena terlalu berisik. Dan ternyata, Genta hanya mengganti posisi tangannya yang ia gunakan sebagai bantalan.

"Gue deluan makan sama anak-anak, Na. Bye!" Setelah itu, Dinda langsung ngacir pergi meninggalkan kelas, yang hanya berisikan beberapa anak saja, termasuk Aluna dan Genta.

Aluna kembali menghadap pada Genta, lalu menusuk-nusuk pip cowok itu menggunakan telunjuk. "Alva, kamu beneran capek apa gimana, sih? Beneran ngantuk?" Tidak ada jawaban.

"Ih, dia kenapa, sih? Kaya orang pake narkoba aja ngantuk disekolah. Atau jangan-jangan... hah? Astagfirullah, Aluna. Gak mungkin, lah." Aluna menepuk kepalanya sendiri, seusai berpikiran serta bergumam yang tidak-tidak.

"Na..." Aluna menoleh. Gadis itu tersenyum sumringah ketika Genta pada akhirnya mengeluarkan suara seraknya, walaupun matanya masih tertutup rapat.

"Hmm? Apa? Bangun, dong!"

"Pinjem tas kamu."

"Buat?"

"Jadiin bantal."

"IH, ALVA!!"

___

Aluna sedang berusaha menyamakan kaki Genta yang melangkah lebar. Jujur saja, itu susah. Namun karena ia dan Genta sedang terburu-buru, maka Aluna mau tidak mau harus berusaha berjalan secepat Genta.

"Eh, eh. Mau kemana kalian? Bel masuk lima menit lagi sudah mau bunyi." Genta menghentikan langkah, ketika Pak Mali-satpam mereka mencegatnya dan Aluna.

Genta pura-pura menyeka keringatnya, dengan tangan kanannya. "Saya baru siap basket, Pak. Haus banget, mau beli es doger di depan."

Pak Mali mengernyit curiga. Pria tua itu mendekatkan wajahnya ke Genta. "Oh, iya. Kamu anak basket, ya?" Genta mengangguk cepat. "Ya udah, jangan lama. Nanti kalau gerbangnya udah ketutup, tapi bapak gak ada, kamu buka sendiri aja, ya!" Genta mengangguk cepat, lalu mengambil sebelah tangan Aluna, dan membawa gadis itu untuk berlari bersamanya.

Aluna semakin bingung ketika Genta sama sekali tidak membeli es doger. Cowok itu malah membawanya ke depan halte. "Lah? Gak jadi beli es doger? Kamu kenapa, sih? Aneh banget semenjak bangun tidur tadi."

Genta masih celingak-celinguk mencari sesuatu yang lewat. "Aku laper. Aku mau ngajak kamu makan diluar." Dengan mudahnya Genta mengatakan itu, padahal samar-samar bel sudah terdengar berbunyi.

"EH? KOK SEKARANG? NANTI KITA TELAT, ALVA!"

Genta mencubit pelan dua pipi Aluna, lalu tersenyum hangat pada gadis itu. "Cabut sekali-kali, gak masalah, kan?" Aluna membelalakkan matanya, lalu ia melepas cubitan Genta di pipinya.

"Ih? Kamu gak salah? Kamu mau cabut? Anak olim mau cabut? Pacar aku mau cabut?" Aluna menutup mulutnya, dramatis. "Alva, ini kamu, kan?" Aluna berjinjit, lalu menatap wajah Genta dalam jarak yang dekat. Genta tersenyum miring, lalu menjauhkan wajah Aluna dari wajahnya.

"Jangan gitu, ah. Aku salting." Walau pelan, Aluna bisa mendengarnya. Tawa Aluna seketika berderai. Tawanya sangat receh.

"Makanya, tidur lagi yang banyak. Dari tadi aku ajakin kamu makan lah, buat tiktok lah, kamu gak respon. Sekarang, giliran udah mau masuk, baru laper. Tau rasa, kan?" Genta menghela senyum ketika melihat Aluna yang mengomel.

Cowok itu kembali fokus melihat ke jalan, lalu sebuah angkot kuning tampak hendak melewati mereka berdua. Genta yang melihat itu, langsung mengulurkan tangannya, memberi tanda bahwa ia akan naik ke dalam angkot tersebut.

Saat angkot berhenti, Genta mengajak Aluna untuk masuk, dan duduk di kursi yang kosong. Di dalam, banyak sekali murid-murid sekolah lain menatap mereka dengan tatapan kagum, apalagi pada Genta. Wajar saja, hanya beberapa sekolah yang menerapkan sistem full day. Contohnya, seperti SMA Garuda Bangsa.

"Cowoknya cakep!"

"Iya. Yang disampingnya siapa? Semoga temennya doang!"

"Itu kak Genta. Ketua basket GB!"

"What the f... ganteng banget aslinya!"

Kebetulan, Genta sedang memakai hoodie. Aluna yang sudah tidak tahan mendengar komentar-komentar mereka-langsung menutup kepala Genta dengan tudung hoodie. Genta sempat kebingungan. Sebelumnya cowok itu sedang melamun, dan menatap kosong pada sepasang sepatunya. Dengan cepat, Aluna menangkup wajah Genta, lalu menolehkan kepala cowok itu kearahnya secara paksa.

"Liat sini aja!" Genta mengernyitkan dahinya dalam, ketika melihat wajah Aluna seperti sedang menahan marah.

"Kenapa?" tanya Genta berbisik.

Aluna menyunggingkan senyum tipisnya. "Gak papa. Kamu jelek siang ini. Aku malu. Jadi, kamu hadap sini aja biar mereka gak liat muka kamu!" mendengar alasan bodoh Aluna, Genta malah tertawa.

"Iya. Aku bakal liatin kamu aja sampai kita nyampek." Setelah berucap demikian, Genta merangkul bahu Aluna, dan membawa gadis itu kedalam rangkulannya. Sudah tau bagaimana wajah Aluna? Gadis itu menahan senyum, dan merasa sangat senang karena mereka langsung tahu, bahwa Aluna adalah kekasih dari Si Ketua basket Garuda Bangsa,

Genta Alvaraldo.

"WHAT! TERNYATA DIA CEWEKNYA!!!"

____

Udah cukup, kan? Atau masih mau nambah?
Udah uwu, apa masih biasa aja?

Jadi, Fyi buat yang bingung.
Cerita ini latarnya pas mereka masih SMA, ya...
Kan di bab-bab sebelumnya, cerita terlalu fokus ke masalah. Jadi, di extra part ini, aku mau nunjukin ke-uwuan mereka yang gak sempat tertulis.

Btw, kalian mau berapa extra part? Komen ya!










Kill This Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang