Lima puluh satu - Penyelamat langganan

215 36 1
                                    

Genta memelankan laju motornya. Sesuai dengan permintaan Aluna, cowok itu menepikan motor ninjanya tepat di depan Warung Mie Ayam Buk Lin-favorit Aluna. Setelah sampai, dua remaja itu langsung mencari tempat duduk yang nyaman dan dingin. Jadilah mereka berdua kini duduk di belakang, sebelah kipas angin.

"Bang, mie ayamnya dua. Satu ga usah pake pangsitnya," seru Genta pada abang mie ayam, yang berdiri tidak jauh dari mereka.

Aluna terkekeh geli. Genta sempat heran mengapa Aluna terkekeh. "Hehe, tau aja aku gak suka pangsit," ucap Aluna polos. Genta menghela senyum, lalu mencubit kedua pipi gadisnya dengan gemas.

"Ih, lepas Alva! Sakit ih," Aluna memukul lengan Genta, agar tangan cowok itu terlepas.

Genta melepaskan tangannya dari pipi Aluna. "Sakit ya?" tanya Genta lembut. Aluna mengangguk lucu, sambil memanyunkan bibir kecilnya. Genta terkekeh kecil, lalu tangan cowok itu terjulur membelai pipi Aluna yang tampak memerah.

"Alva, aku mau nanya. Tapi jangan marah ya?" awalnya Genta diam. Tak lama setelah itu, Genta mengangguk setuju.

Aluna mengulum bibirnya. Kemudian, tangan gadis itu terulur, mengambil sebelah tangan Genta, lalu memainkan jarinya. "Kamu kenapa berantem kemarin? Kamu ada masalah lagi ya?" tanya Aluna lembut.

"Bukan. Bukan apa-apa," ujar Genta mengelak. Gadis itu tahu bahwa Genta berbohong. Lantas, Aluna mencubit lengan Genta dengan keras.

"Ih, boong aja terus!"

Genta mengerang. "Sakit, Na!" Aluna malah menertawakan Genta. Dan tak lama setelah itu keduanya sama-sama tertawa, tidak tahu apa yang ditertawakan.

"Let... Letta? Lo beneran Aletta?" Genta dan Aluna sama-sama terdiam sesaat. Perhatian mereka berdua seketika teralih pada dua gadis berseragam SMA 1 UNGGUL di hadapan mereka. Aluna hanya tersenyum canggung saat disapa sebagai Aletta.

Beda hal dengan Aluna, Genta malah sangat terkejut. Mata cowok itu saat ini tidak lepas menatap perawakan gadis asing itu, yang tiba-tiba saja datang dan memanggil nama kekasihnya dengan nama Aletta.

"Lo siapanya Aletta?" tanya Genta serius. Gadis itu spontan menoleh pada Genta. Sepertinya, mereka tidak tahu bahwa Genta juga ada disitu.

"E.. eh, kak Genta? Aku temen sekelasnya Aletta. I-ini pacar kakak ya? Soalnya mirip banget Aletta, tapi udah pasti gak mungkin. Maaf mengganggu waktu kalian." Gadis asing itu tersenyum malu, lalu ia pergi meninggalkan Aluna dan Genta.

"Kamu sering di katain Aletta?" tanya Genta mulai kembali membuka topik pembicaraan.

Aluna mengangguk ringan. "Lumayan, tapi pada gak nyangka semua," balas Aluna. "Ada sih, ada satu yang percaya banget," timpalnya lagi.

"Siapa?"

"Cowok sih. Katanya partner lombanya Aletta. Adit kalo gak salah namanya," jelas Aluna. Genta hanya ber-oh ria tanpa curiga. Tak lama setelah itu, mie ayam pesanan mereka pun datang.

Aluna tersenyum antusias melihat kedatangan pesanannya. Setelah membumbui mie ayamnya dengan saos dan kecap, Aluna siap-siap untuk menyantap mie ayam itu. Namun tiba-tiba saja, tangan Aluna di tahan oleh Genta.

"Iket rambut kamu mana?"

Aluna mengernyitkan dahi, lalu menurunkan tangannya. "O.. oh, ini di saku. Kenapa, Al?"

Genta bangkit dari duduknya. Cowok itu memutari meja, lalu berhenti tepat di belakang Aluna.

Genta mengulurkan tangan kirinya dari belakang gadis itu. "Sini iket rambutnya!" Aluna masih bingung. Tapi gadis itu tetap memberikan apa yang Genta minta.

Kill This Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang