Dua puluh sembilan - Omelan dari pacar

281 50 5
                                    

Happy reading

"Na... Na... Aduh Na, idup lo sama Kak Genta banyak banget teori nya sumpah!" kata Gea kesal.

"Tau nih! Itu gimana ceritanya lagi, lo sama Kak Genta kenapa bisa poto bareng pas masih kecil?" timpal Reza tak kalah kepo dan heboh dengan Gea.

"Na, jangan-jangan... lo ade kaka an sama Kak Genta?" pertanyaan bodoh Gladis bikin Aluna semakin pusing. Aluna menenggelamkan wajahnya di atas meja sejenak. Tak lama, ia kembali mengangkat wajahnya dan mulai berbicara.

"Kita temenan, udah gitu aja," jelas Aluna singkat. Helaan napas mulai terdengar.

"Anjer. Ga konkrit banget sih Na? Serius lah!" Reval geram mendengar jawaban Aluna.

Di luar ekspetasi.

"Lama-lama pacaran sama Kak Genta, jadi irit ngomong juga lo Na?" timpal Vega.

Ya. Genta tidak main-main dengan perkataannya kemarin. Foto kecil mereka benar-benar di uploud oleh Genta sendiri di akun Instagram milik cowok itu. Aluna hanya geleng-geleng kepala. Tidak bisa melarang.

"Ya udah deh, jangan marah-marah. Aku sama Kak Genta dulu tetanggaan pas masih di Surabaya. Dia ada lah tinggal selama 4 tahunan di sebelah rumah aku. Ya jadi, kebetulan kita jumpa lagi disini."

"Ooh..." setelah dirasa paham, mereka ber-oh ria berasama.

"Korban CLBK yang sesungguhnya anjai."

"Apaan CLBK, Din?" tanya Dio naif.

"Masa gatau sih, Yo? Cinta lama bersemi kembali, ogeb!"

"Oh, anjai. Maklum nolep."

___

Cowok jangkung itu memejam mata, dan menghembuskan nafas lelahnya. Kini ia tengah menggeggam gagang pel dengan erat sambil menyenderkan tubuh lelahnya ke dinding kamar mandi. Belum kelar dengan urusannya, ia berniat melanjutkan kegiatan bersih-bersihnya yang tentu bukan dari kemauannya sendiri.

Ya, hukuman.

"Loh, Ta? Lo ngapain di kamar mandi cewek?" Renata muncul tiba-tiba, dan menampilkan mimik terkejut.

"Kalo mau lewat, lewat aja. Jangan banyak nanya," sarkas cowok itu tajam. Raut wajah Renata seketika berubah, sedikit murung.

"I-iya... Maaf ganggu," Renata berlalu dan masuk ke dalam salah satu bilik yang ada di kamar mandi. Tidak ingin membuang waktu, Genta kembali melanjutkan kegiatannya yang tadi sempat terhenti akibat hadirnya Renata.

Setelah dirasa sudah bersih, Genta membanting pel yang tadi ia gunakan ke lantai dengan keras, menciptakan bunyi gaduh yang berhasil mengagetkan Renata yang baru saja keluar dari bilik.

"K-kenapa Ta?" tanya Renata panik melihat wajah Genta yang sudah dibanjiri keringat.

"Enggak, capek doang."

"Mau gue bantu?" tawar Renata lembut.

"Gak, udah kelar," setelah berkata demikian, Genta mengayunkan kakinya berniat untuk meninggalkan kamar mandi-dan Renata. Namun, belum jauh Genta melangkah, Renata sudah menarik lengannya. Spontan Genta berbalik badan menghadap sepenuhnya pada Renata yang menunduk.

"Hm... Ta. Sebelumnya, gue mau izin nanyain hal ini sama lo," katanya pelan. "Lo bener-bener udah lupain gue ya?"

Alis Genta tampak bertautan."Gue ga-"

Kill This Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang