Dua puluh - Dua Deandra

392 62 2
                                    

Selama membaca✌️




"Anjing, panas banget nih kelas. Tukang Ac kapan datengnya sih?" cowok ribet itu mendumel sambil mengipas-ngipas wajahnya kasar dengan buku tulis miliknya.

"Udah tau panas masih aja berisik lo, Yan!"

"Heh, behel ijo! Santai dong lo, gue gak ngeluh juga sama lo."

Gadis itu membanting pena nya ke permukaan meja. "Ya gue punya kuping tole. Ya gue dengerlah keluhan lo yang makin bikin panas kelas."

Keributan hebat yang terjadi di kelas 12 IPA 5 memang tidak dapat terhindarkan lagi. Sean dan Nayla lah selalu penciptanya. Dua orang itu benar-benar tidak bisa di satukan seharusnya. Selalu saja berhasil membuat gaduh dan ricuh ruangan itu dalam sekejap mata.

"Lo kenapa sih selalu cari ribut ke gue? Suka sama gue, apa caper ke Genta?" tanya Sean terlihat tidak senang.

"Ngimpi banget gue suka sama lo," balas Nayla sewot.

"Berarti... caper ke Genta lo ya?" tebak Sean yang sebenarnya tidak sepenuhnya benar.

"Gue kagum, bukan berarti suka. Semua orang juga kagum ngeliat Genta." balas Nayla berani. Kenapa berani? Sebab sebenarnya Genta sudah tidak berada di dalam kelas lagi sejak satu menit yang lalu.

"Oke, berarti lo suka ke gue."

"SEAN GILA. JANGAN LARI LO!"

___

"Silahkan Aluna, sampaikan kesimpulan yang dapat kamu simpulkan dari materi kelompok kamu!" Bu Pit membenarkan letak kacamata yang bertengger di hidungnya.

"Hm... jadi temen-temen. Inti dari materi presentasi dari kami kelompok tujuh adalah, kita enggak mesti harus ikutan perang untuk memperjuangkan negara kesatuan kita. Kita bisa menggunakan cara kita sendiri, bisa dengan cara berikut serta upacara bendera, ikut meramaikan tujuh belasan, dan mengamalkan pancasila. Sekian dari kelompok saya, terima kasih."

"Baik, saya juga akan undur diri. Tugas yang tadi saya berikan di awal pelajaran mohon langsung diselesaikan, Anak-anak. Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh." pamit Bu Pit. Penghuni kelas menjawabnya. Namun hanya beberapa saja, lantaran beberapa dari mereka sudah ada yang tidak sadarkan diri sejak pertengahan pelajaran. Tidur.

"Oh iya, Aluna," langkah gadis itu terhenti.

"Iya, Bu!?"

"Antarkan infokus itu kemeja ibu tolong ya?" tunjuk Bu Pit pada infokus yang dimaksudnya. Aluna tersenyum, dan ia mengangguk patuh.

Gadis itu buru-buru masuk kembali ke dalam kelas dan mengambil infokus yang terletak di atas meja guru. Dengan senang hati ia berjalan keluar kelas dan menuju ke ruang guru untuk mengembalikan infokus itu ketempat asalnya.

"Aluna," gadis bersurai panjang dan kecoklatan itu menoleh ke arah sumber suara, yang bersumber dari belakangnya.

"Sini gue bantu!" katanya seraya menarik tas besar yang ada di tangan Aluna.

"Jangan kak, gak usah. Ga berat juga," tolak Aluna dusta sambil menarik kembali tas yang berisikan infokus itu dari tangan Derren.

"Gak berat apanya? Gue yang cowok aja kerasa banget bawanya," tas itu kembali berhasil dikuasai oleh Derren sepenuhnya.

"M-makasih ya, Kak."

"Iya, santai."

Keduanya berjalan canggung beriringan menuju ruang guru.

"Na, boleh nanya satu hal gak?" tanya Derren memecahkan keheningan.

"Boleh."

"Beneran pacaran sama Genta?"

Aluna yang sedari menatap lurus ke arah koridor, kini menoleh mengalihkan pandangannya kepada Derren yang juga sedang menatapnya.

"Gak tau," balas Aluna datar.

Sebenarnya, ia juga tidak mengerti. Apakah Genta sudah mengklaim nya sebagai pacar, atau... Entah lah. Aluna sedang tidak ingin memikirkannya. Tapi jika diingat lagi, Genta memang tidak pernah menyatakannya bukan?

"Gak percaya tuh."

"Iya, gak papa."

Setelah sampai dan menaruh kembali infokus ke meja Bu Pit sesuai perintahnya, Aluna berniat untuk kembali ke kelasnya. Namun tepat ia keluar dari ruang guru, Derren menahannya.

"Mau balik, Na?" tanya Derren basa basi.

"Iya."

"Ohh, ya udah. Yuk sekalian sama gue. Gue juga mau ke lab Bahasa. Kan sejal-" kalimat cowok tinggi itu terpotong begitu saja tanpa ada yang memotong perkataan nya. setelah melihat name tag Aluna yang tertempel di dada gadis itu, Derren menjadi sedikit memucat.

"N-nama lo, Aluna Rizqayla Deandra?"

Raut wajah cowok dihadapannya itu terlihat semakin berubah. Melihat hal itu, Aluna menjadi kebingungan sendiri.

"Iya, kenapa?"

"Aletta Rizdayra Deandra, siapanya lo?"

___




Aletta itu siapanya Aluna gais?? udah ketebak banget sih?

vote dan comentnya aku tunggu banget ya!!

udah pada nonton konser online Map of the soul on belum??😁😁

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

udah pada nonton konser online Map of the soul on belum??
😁😁






Kill This Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang