Secret 24 - Virginity

766 22 0
                                    

Raphael

Setelah turun dari jet pribadiku, aku langsung menuju The Gritti Palace tempat Aurora menginap.

Setengah hari berjauhan dengan nya membuatku gila, aku memang lebih banyak menahan diri setelah kejadian kemarin.

Aku tidak mau menekan Aurora, tapi berjauhan dengannya membuat aku tidak bisa fokus pada apapun.

...
"Sial.. dia terlihat begitu cantik."

Aurora hanya menggunakkan piyama satin pendek berwarna maroon dengan lace warna senada berpotongan rendah, Membuat lekuk tubuh berisi nya terlihat indah.

"Apakah kau akan segera kembali ke Seattle besok?" Tanyanya.

"Besok mungkin ada beberapa hal yang harus aku urus di sini.. ada apa, honey? "

"Hanya penasaran, aku lebih senang jika kau bisa liburan bersama kami di Venice.. " katanya tersipu malu.

"Um, Haruskah?" Aku menggodanya.

"Kau tidak harus jika kau tidak mau.." jawabnya sedikit cemberut.

"Aku hanya bercanda sayang, tentu aku akan di sini bersamamu.."
Aku menarik tangan nya, membawa dia duduk di atas pangkuanku Membuat Wajahnya memerah.

"Apakah kau juga akan menginap di Hotel ini?"

"Tentu.."

"Dimana kamarmu? Apa di lantai yang sama dengan kami?"

"Disini.." kataku.

Tanganku menekan punggung Aurora, menutup jarak antara kami.
Membuat dadanya yang penuh menyentuh tubuh bagian depanku.

"Raph.. aku tidak sedang bercanda.." dia mendorongku, memberi jarak.

"Aku serius, honey.." kataku menarik dagu Aurora, membawa bibirku ke bibirnya yang dingin karena wine.

Tubuh Aurora menegang, aku menarik punggungnya dan memeluknya tubuh nya erat.

Bibirku melumat bibirnya, Aurora memberi ruang agar lidahku bisa membelai lidahnya sehingga lidah kami saling bertaut.

Jari-jari nya menelusuri rambutku, aku membawa bibirku ke bahunya lalu ke ceruk lehernya membuat Aurora mendesah kecil.

Wangi vanilla tubuhnya begitu memabukkan, wangi yang aku rindukan 24 jam terakhir ini.

Aku menarik ciumanku.
"Kau begitu memabuk kan, sayang.." wajahnya memerah.

Aku kembali membawa bibirku kebelahan diantara payudaranya, meninggalkan kissmark disana, tanganku menarik tali piyamanya.

"Sial.. dia terlihat seksi dibalut dalaman senada piyamanya."
Warna itu begitu kontras dengan kulit putih bersih Aurora.

Aku Melepaskan piyamanya yang jatuh menyimpun dipinggulnya.

Jariku menarik pengait bra Aurora dan melempar bra itu kesembarang arah.

Aku menggenggam payudara Aurora yang begitu pas di tanganku, membuat tubuh Aurora bergerak menggesekkan tubuhnya kebagian tengah paha ku.

Aku menjilati ujung payudaranya yang sudah mengeras, tanganku meremas bokong padat Aurora dan menekannya sehingga gesekannya ketubuh ku semakin kuat.
Membuat juniorku semakin mengeras hingga sakit.

Aurora

Tanganku membuka kemeja putih dari tubuh Raphael, otot-otot terpahat indah disana, aku menyentuh abs nya yang begitu kokoh.

SECRET  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang