Aurora
"Apa yang kau lakukan selama beberapa malam ini, Raph?
Apakah kau benar-benar sibuk sehingga tidak sempat menjawab panggilanku ataupun hanya sekedar menghubungiku kembali?" Tanyaku ketika masuk menerobos kamar tidur Raphael, aku berusaha menahan airmata kemarahan yang sudah memuncak didada ku....
Senin siang ini, segala persiapan untuk pembukaan kantor kami sudah hampir sempurna, rencananya malam ini aku akan kembali ke Seattle setelah team perusahaan mengadakan meeting terakhir untuk memastikan tidak ada yang kurang untuk acara besar minggu depan.Ddrrt.. ddrtt..
Ponselku bergetar.
Nama Ghea pada layar."Haloo, Ghea.. "
"Halo, A.. Apakah kau sibuk?
"Um.. tidak, tidak.. ada apa, Ghe?"
"Ada sesuatu yang kurasa kau harus tau, A.. aku akan mengirimkan nya kepadamu. okay?" Suara Ghea terdengar ragu.
"Baiklah.. " aku menutup sambungan itu.
Ddrt.. ddrrtt..
1 new message
GheaDia mengirimi aku pesan gambar,
Yang membuat lututku terasa lemah dan dadaku seketika sesak.-"Kurasa aku melihat Raphael Semalam saat aku hangout bersama temanku dan melihatnya bersama seorang wanita. Kuharap aku salah mengenalinya, tapi aku yakin itu dia A.."-
Dalam foto itu Raphael bersama seorang wanita muda berambut coklat panjang sedang berciuman disofa di sebuah club malam, wanita itu duduk di pangkuannya, tangannya ada di dada Raphael dan tangan Raphael ada didalam rok wanita itu.
Aku memutuskan langsung terbang kembali ke Seattle sore itu.
🍁
"Jawab aku, Raph!" Desak ku dengan nada yang berusaha aku tahan agar tidak berteriak.
"Aku hanya sedang banyak kerjaan, dan meeting.." jawabnya acuh sembari menggosok matanya dan berusaha bangun dari ranjang.
"Meeting? Really? Apakah ada yang sedang kau sembunyikan?"
Aku mencoba menahan semua yang ingin aku ketahui tentang kebenaran dari foto itu, Aku ingin dia memberitahukan ku dengan jujur, apapun itu.
"Apa inti dari pembicaraan ini. Apa yang sebenarnya ingin kau ketahui?" jawab Raphael masih sangat acuh tanpa menatapku.
Dan aku tau pasti dia masih marah atas kepergianku ke Portland.
Aku mengambil Hp dari dalam tas ku dan membuka galery foto, lalu menunjukkan pada Raphael foto dirinya.
Matanya menjadi gelap dan sangat terkejut, sikap acuhnya berubah jadi kaget sekaligus bingung.
"Apakah ini meeting yang kau madsud, hm?" Tanyaku lirih.
Aku benar-benar berusaha agar tidak menangis dihadapan nya.
"It- ituu.. aku bisa menjelaskannya A.. siapa yang mengirimi mu foto sialan itu?" Jawabnya terbata-bata, suara nya terdengar bingung mencari kata.
"Apakah ini sungguh dirimu?" Tanyaku lagi.
Aku sudah benar-benar putusasa, pikiranku kosong.
Sebagian hatiku ingin dia memberitahuku bahwa itu bukan dia: kalau pun itu memang dia, aku ingin Raphael menjelaskan apa alasan dia melakukan itu.
Mungkin itu hanya jebakan, mungkin dia sedang tidak sadarkan diri karena mabuk, apapun.. kemungkinan itu.
"Sudah kukatakan, Aku bisa jelaskan semuanya Aurora. Tolong, dengarkan aku.."
"Aku sedang mendengarmu, Raphael.." kataku, seraya mengunyah bibir bagian dalam mulutku agar tangis tidak mengambil alih.
"Maafkan aku, aku benar-benar marah karena kau tetap pergi ke Portland dan meninggalkan aku sendiri disini, kau mencampakkan ku, a-ak..." dia masih berusaha mencari-cari kata.
"Selamat tinggal, Raphael!"kataku dalam isak.
Dan akhirnya Airmata itu sudah membahasi wajahku.
Aku hanya tidak bisa menahannya lagi, dadaku begitu nyeri sesak dan kepalaku hampir meledak.
Tanpa menatap Raphael, aku berlari keluar dari rumahnya.
Raphael berusaha mengejarku, tapi aku sudah lebih dulu naik kedalam taxi yang kebetulan baru menurunkan penumpang.🍁
Aku menangis tersedu-sedu di dalam taxi menuju pulang, lalu suara dering HP mengalihkan perhatianku.
Aku pikir itu adalah panggilan dari Raphael.
"Daniella" nama di layar ponsel ku.
"Hallo.. " kataku dengan nada serendah mungkin.
"A.. datanglah segera! Terjadi sesuatu pada ayah! kami sudah dalam perjalanan menuju rumah sakit!" Suara Daniella menangis diseberang telp itu.
"Ya Tuhan! Ba-baiklah."
Kaki tanganku serasa mati rasa.Aku benar-benar tidak bisa berpikir apapun, rasa sakit ini terlalu banyak: aku merasa kehabisan oksigen, dadaku seperti mau meledak.
....
Aku berlari melewati pintu masuk rumah sakit menuju ruang ICU, didepan pintu ada ibu, Daniella dan Hyde."Apakah ayah baik-baik saja, Kak? Apa yang sebenarnya terjadi?" Tanyaku sambil menangis dalam pelukan ibu dan Daniella.
"Aaa.. ayaah, dia mengalami serangan jantung. Dokter sedang memeriksanya didalam. Aku tidak tau apa yang terjadi, sore tadi ayah sedang tertidur dan pada saat aku ingin membangunkannya ayah tidak bergerak, ayah hanya diam..dia..diaa... tidak bergerak, A!!"Tangis Kami bertiga pecah.
Kuharap ayahku baik-baik saja.
Kuharap ini semua hanya mimpi, mimpi buruk yang akan segera berakhir ketika aku bangun dari tidurku besok pagi.🍂
Malam itu, Raphael menyusul kami kerumah sakit.
Dia tau dari Hyde bahwa ayah ku dilarikan ke Rumah Sakit.Selama di Rumah sakit aku hanya duduk dan menangis di depan pintu ICU, Raphael berusaha berbicara padaku Tapi aku mengabaikannya.
Aku butuh waktu untuk mengelola semua kejadian ini, walau saat itu aku benar-benar tidak bisa memikirkan apapun.
Otakku hanya tidak bisa berpikir, jiwaku seperti hilang dan diriku terasa kosong.
-TH-

KAMU SEDANG MEMBACA
SECRET
RomanceMy Very-Very 1st, enjoy! WARNING‼️‼️‼️ 21+ ya.. 🔥🔥 Bijak dalam membaca, pilih bacaan sesuai umur.✌🏻 *** "Walaupun aku harus bertarung dengan seluruh dunia untuk mendapatkanmu.. aku akan melakukannya!" •Christopher• "Aku harap bisa memberikan semu...