54 Us L ft.J

3.4K 167 37
                                    

Sore hari yang sebenarnya cerah di dibumi katulistiwa, kini malah nampak suram ketika kabut turun di wilayah Puncak. Yah, udara lembab di sore hari bukanlah sebuah fenomena langka di Puncak, Bogor.

Hampir 70% kegiatan outdoor disekitaran villa mulai berhenti, sebab sangat bahaya sekali rasanya jika beraktivitas diluar ketika udara makin dingin dan basah.

Berbeda dengan keadaan diluar ruangan yang sepi, si pemilik villa yang merupakan orang kaya dari keluarga maffia Choi, sekarang masih sibuk dengan kegiatannya meremas buah dada kekasihnya.

Genjotan dari pangkal pinggangnya yang bertempo cepat, membuat ranjang itu ikut bergoyang, hingga menimbulkan suara decitan. Begitulah si benda mati menjadi saksi bisu dari penyatuan dua anak manusia yang sedang dimabuk oleh nafsu dan cinta.

Tubuh Kim Jisoo saat ini membelakangi Limario. Kedua tangannya bertumpu pada ranjang, dengan posisi kepalanya lebih rendah dari pinggul, layaknya orang yang bersujud. Sementara itu Lim, sangat menikmati tusukan-tusukan bergairah yang dilakukan oleh junior kepunyaannya pada kemaluan pacarnya.

Sudah hampir delapan menit ronde ketiga dimulai. Peluh membanjiri pelipis hingga mengalir ke leher kekar Limario. Badannya hangat dan dadanya berdebar hebat. Nafsunya malah semakin memuncak, ketika Jisoo mengerang dan memukul-mukul lemah bantal yang ada dengan sisa tenaga yang tak lagi banyak.

Yah, yeoja itu nampak sudah lelah dengan penyatuan mereka. Tapi sayangnya Lim masih belum puas mengeksploitasi setiap inci dari tubuh seksi kekasihnya.

Jangan salahkan insting yang Lim punya, tapi salahkan saja mengapa Tuhan menciptakan sensasi nikmat yang luarbiasa tiap kali Lim memperkosa Jisoo.

"Arghh!!... Kim Jisoo! Ahhh...."

Lim memeluk pinggang Jisoo begitu kuat, karena si junior sudah terasa mengembang dan siap menyemprotkan lagi jutaan spermanya didalam rahim si Kim bungsu.

Jisoo menggigit bantal disana. Untungnya kepalanya tengkurap jadi, Jisoo bisa menyembunyikan wajahnya yang memerah dan suara desahnya tiap kali junior Lim memporak-porandakan dinding-dinding sensitif di kemaluannya.

'Lim, ini sunggu gila!! Aku merasa sudah sangat remuk!' Jisoo membatin didalam hatinya. Ia merasakan kehangatan kembali menjalar dirahimnya

Okey!

Lim sudah mendapatkan puncaknya dan menyemprotkan lagi sperma unggulnya didalam. Jisoo tadi mendengar Lim mendesah keenakkan.

Meskipun Jisoo sudah berusaha untuk tuli, dan pura-pura tak peduli. Tapi tetap saja, suara desahan nikmat Limario menusuk gendang telinganya secara permanen.

Jisoo gemetar, tangannya sudah tidak bisa menopang tubuhnya yang tengkurap itu. Alhasil Jisoo ambruk dengan posisi wajah membentur bantal dan punggungnya juga ditindih oleh Lim. Lelaki itu tega menjatuhkan tubuh besarnya dan menindih Jisoo tanpa perasaan.

Dikiranya dirinya tidak berat apa?

Ayolah Jisoo sangat lelah, tapi Lim seolah tak peka akan hal itu.

"Lim!! Astagaaaaa... Kau beratttttt, bagun dari sana!!!"

Jisoo mengerangkan protesannya, saat kepalanya menoleh ke samping dan tidak lagi mencium bantal.

Jisoo merasakan punggungnya dingin, sebab Lim bernapas dengan boros. Namja itu, masih agak ngos-ngosan setelah puncaknya yang luarbiasa, lalu ikut tumbang menindih Jisoo.

"Pacarku sangat hebat!" Lim bergumam takjup.

Ia menyeringai ke arah Jisoo. Mata kanannya sipit sebelah karena tak sengaja terkena tetesan keringatnya sendiri.

My Limario [LISOO] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang