22.

476 63 10
                                    


"Mau ke mana?" Tanya Jaehyun.

"Ah, aku mau ke rumah temen dulu. Mau ngambil flute di rumahnya." Kata gua.

Gua mengambil kunci motor Hendery yang gua pinjam tadi siang. Hendery cuma bisa pasrah kalo gua minjem motornya.

"Si Kak Flora itu?" Tanya Jaehyun dengan hati-hati.

"Bukan kok. Kak Flora kan beda fakultas sama aku." Kata gua.

Gua menghabiskan kopi yang sebenernya gua nggak tua punya siapa. Tapi, yang gua tau pasti itu punya salah satu teman gua.

"By, hati-hati loh naik motornya." Kata Jaehyun.

"Iya."

Gua berjalan keluar dari rumah gua sambil membawa helm yang juga milik Hendery. Setiap kali melihat motor Hendery, gua jadi ingin ikutan beli motor.

"By, hati-hati." Kata Jaehyun.

Sekarang Jaehyun udah semakin memberi gua kebebasan buat keluar seperti dulu lagi. Keliatannya dia udah nggak memikirkan masalah Jose.

"Iya."

Gua mencium pipi Jaehyun sekilas lalu memakai helm dan naik ke atas motor Hendery. Lalu, gua menjauh dari pekarangan rumah gua.

Gua melesat kencang di jalanan kota Jakarta karna rasanya menyenangkan untuk gua. Supaya lebih cepat sampe di tempat tujuan juga.

"Sorry, Jae."

Gua memarkirkan motor Hendery di depan rumah lama gua dan turun dari motor Hendery tersebut. Sebelum masuk ke dalam rumah, gua memperhatikan rumah Drew yang udah kosong.

Gua sama sekali nggak tau apa masalah Drew sama keluarganya. Gua juga sama sekali nggak mau nanya-nanya ke Drew karna takut Drewnya tersinggung. Jadi, lebih baik gua diam aja.

"Let's go."

Gua pun masuk ke dalam rumah gua seperti dulu, lewat jendela. Udah berbulan-bulan gua nggak ke sini karna waktu itu gua sama sekali nggak merasakan kesulitan sedikit pun.

"I miss the good old days." Kata gua sambil meraba-raba sofa yang berdebu.

Kalo ada kesempatan mengubah masa lalu, gua ingin banget mengubah masa-masa bandel gua. Atau seenggaknya gua nggak perlu ke tempat Donghyuk waktu itu dan bertemu sama Jose.

"It's getting heavier."

Tiba-tiba gua bisa mendengar tawa gua, Cady, dan si kembar yang ada di dalam rumah. Bahkan rasanya gua bisa melihat mama sama papa yang ada di dapur.

Gua mulai menangis lagi karna nggak bisa menahan rindu gua sama masa kecil gua dulu. Gua tau gua nggak bisa mendapatkannya lagi.

"AAARGHHH!!!"

Gua menangis, menjerit, dan mencakar sofa gua saking frustasinya. Gua semakin nggak bisa berpikir, otak gua rasanya buntu.

Dada gua terasa sangat nyeri kalo mengingat kebahagiaan yang dulu dimilikin keluarga gua. Nggak ada satu masalah yang bisa ngeganggu keluarga gua.

Dulu.

"Jaehyun..." Lirih gua.

Gua udah pernah bilang kalo gua rela mati buat Jaehyun asalkan dia aman. Gua nggak tau kalo gua bakal sesayang ini sama seseorang.

"I can't..."

Gua mencoba untuk menenangkan diri gua sendiri. Gua mengambil sebatang rokok dan membakar rokok tersebut.

Gua mengembuskan asap rokok gua sambil menatap langit-langit rumah gua. Kepala gua langsung pening setelah menangis hebat tadi.

"Harus banget gua jalanin ini?" Tanya gua ke diri gua sendiri.

✔️Sign ; Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang