Athena mengikuti Fiona dari belakang. Saat pintu kamar dibuka, Fiona menyuruhnya untuk masuk ke kamarnya lebih dahulu. Sebenarnya Athena sedikit curiga, tetapi dia berusaha untuk menghilangkan pikiran negatifnya.
"Ada yang ingin Nyonya bicarakan dengan saya?" tanya Athena yang sudah berada di kamar Fiona. Pandangannya tertuju pada seluruh penjuru ruangan itu.
"Aku peringatkan kau, Bitch! Jangan pernah mencoba untuk mengambil Arvel dariku!" ancam Fiona sambil menunjuk wajah Athena. "Sampai kapan pun, Arvel adalah milikku dan tidak ada yang boleh memiliki Arvel kecuali aku!"
"Maaf, Nyonya, saya tidak bisa menjaminnya karena bagaimanapun juga ... Arvel adalah suami saya." Athena menyingkirkan tangan Fiona dari hadapannya. Benar, bukan, yang dikatakan Athena? Secara negara dan agama, Arvel adalah suami sahnya.
"Berani sekali kau!" kata Fiona yang kini menjambak rambut Athena dan mendorong Athena sampai jatuh.
"Aku peringatkan sekali lagi, jauhi Arvel!" Suara Fiona berubah menjadi tinggi. Dia begitu membenci Athena. Jika pada dasarnya sudah pelacur, tetap saja pelacur.
"Jauhi bagaimana maksud Anda, Nyonya? Saya dengan Tuan Arvel sudah terikat janji pernikahan, lalu bagaimana saya bisa menjauhinya?" jawab Athena sambil berusaha berdiri. Dia tidak mau kalah dengan Fiona, posisinya lebih unggul daripada wanita itu.
Fiona langsung memelototkan matanya tanda tak suka mendengar itu. "Buat Arvel membencimu!" sahut Fiona sambil mencengkram kuat tangan Athena. Dia akan melakukan segala cara untuk menyingkirkan Athena. Gadis itu tidak boleh merebut miliknya.
Athena menahan rasa sakit di tangannya karena ulah Fiona. "Bukankah Tuan Arvel sudah membenciku?" Percayalah dia sama sekali tidak akan menuruti keinginan Fiona. Sampai kapan pun, dia akan menjadi istri Arvel. Mereka tidak akan bercerai.
"Kalau begitu, minta cerai dari Arvel dan biarkan Arvel bahagia bersamaku."
Seketika Athena langsung menggelengkan kepalanya. "Maaf, Nyonya, saya tidak bisa melakukan hal itu." Dia hendak membuka pintu dan pergi meninggalkan Fiona, tetapi Fiona malah menutup pintunya kembali. Tangannya terkepal melihat itu. Dia tidak boleh emosi di saat-saat seperti ini. "Maaf, Nyonya, kurasa sudah tidak ada yang perlu kita bicarakan lagi di sini."
Fiona tersenyum meremehkan. "Oh, ya?" Fiona mendekati Athena yang masih berdiri di depan pintu.
"Kau hanya seorang pelacur, apa kau tidak tahu malu? Berani sekali kau ingin mengambil Arvel dariku!" Athena bukanlah saingan yang sepadan dengannya. Dia jauh lebih unggul dari pelacur seperti Athena.
"Ma―" Belum sempat Athena menjawab, Fiona menampar pipi kanan Athena.
"Apa kau bilang maaf? Tak ada gunanya kau meminta maaf! Gara-gara kau ... aku tidak jadi menikah dengan Arvel!" kata Fiona sambil mencekik leher Athena.
"Tolong lepaskan saya, Nyonya!" ucap Athena mencoba melepaskan tangan Fiona yang mencekik lehernya. Athena merasa kesusahan bernapas. Dia terus mencoba untuk memukul tangan Fiona. Dia masih bisa bersabar, tetapi tidak lagi jika Fiona terus mengusiknya.
"Bitch, di mana kau?"Suara Arvel membuat Fiona langsung melepaskan cekikan di leher Athena. Aku tidak boleh kelepasan. Bisa-bisa nanti Arvel memarahiku dan mengetahui semuanya."Kau selamat kali ini, Bitch. Lain kali, aku tidak akan melepaskanmu!"
Athena keluar kamar Fiona dan menemui Arvel yang tadi memanggilnya. Dia berlari menuju ruang kerja Arvel dan mengetuk pintunya terlebih dahulu. Pria itu tanpa sadar sudah menyelamatkannya. Walaupun dia tidak takut dengan Fiona, Arvel pasti akan semakin membencinya jika ia menyakiti wanita itu.
"Masuk!" Arvel mengalihkan pandangannya dari iPad ke Athena. "Apa yang kau bicarakan dengan Fiona?" Dia ingin tahu yang dibicarakan kedua wanita itu, perasaannya tidak enak.
"Tidak, Tuan. Aku tidak berbicara sama sekali dengan nyonya Fiona," kata Athena berbohong. Dia berusaha tidak gugup di depan Arvel, harus tenang dan berani.
Meski agak kesal karena tidak mendapat jawaban yang diinginkan, Arvel akhirnya tidak ingin peduli lagi dan mengalihkan topik. "Sekarang buatkan aku jus jeruk!"
Athena lega karena Arvel tidak bertanya lebih lanjut lagi. Dia pun segera pergi untuk membuatkan jus jeruk pesanan Arvel. Sepertinya dia harus lebih berhati-hati dengan Fiona demi keselamatannya. "Hanya sebentar saja, pasti setelah ini Fiona akan kalah denganmu, Athena." Dia terus saja berbicara dengan dirinya sendiri, berharap semuanya baik-baik saja.
"Apa yang dikatakan Nyonya Fiona padamu, Athena?"
Athena menoleh saat mendengar suara Emma. "Tidak ada, Bu. Dia hanya menyuruhku membantu menata baju di lemari," bohongnya. Lebih baik dia tidak memberitahu Emma, biarkan semua ini dia yang urus sendiri.
"Kau tidak sedang berbohong, 'kan, Athena?" Emma curiga melihat tingkah Athena yang menurutnya sedang menyembunyikan sesuatu. "Tidak perlu berbohong, kau bisa cerita jika memang tadi Nyonya Fiona mengancammu."
"Tidak. Ibu tenang saja."
"Ibu siap mendengar semua ceritamu."
"Terima kasih, Bu."
"Sama-sama, Athena."
"Athena pergi dulu, jusnya sudah siap," pamit Athena dengan membawa nampan berisi satu gelas jus jeruk. Dia pergi untuk memberikan jus jeruk itu pada Arvel. Setelah ini, dia harus mengerjakan beberapa tugas kuliah. "Permisi, Tuan ini jusnya." Athena meletakkan nampan berisi jus itu di meja Arvel, lalu menatap Arvel sebentar.
"Kau boleh keluar."
***
Selesai mengerjakan tugas kampus, Athena melirik ke arah jam yang menunjukkan jam enam sore. Ini saatnya membuat makan malam. Athena lantas berangkat menuju dapur untuk membantu Emma memasak, baru setelahnya dia akan menyelesaikan pekerjaan lain.
"Bagaimana? Sudah selesai tugasnya?" tanya Emma begitu Athena tiba."Sudah, Bu," jawab Athena. "Kali ini kita mau masak apa, Bu?" Athena membersihkan tangannya di wastafel. Sampai saat ini, dia masih belum mengenal Arvel lebih jauh, mulai dari makanan yang disukai dan tidak disukai pria itu.
"Steak dan spaghetti bolognese."
"Sini, Athena bantu." Athena pun mulai memotong daging untuk steak. "Ceritakanlah kehidupan Ibu."
"Lebih baik kita bahas tentang dirimu saja, Athena. Ibu ingin mengenal lebih jauh dirimu." Emma mencoba mengalihkan pembicaraannya dengan Athena, karena dia hanya mengenal Athena dari Alia saja.
"Tidak ada yang menarik dalam hidupku."
"Jangan bicara seperti itu, Athena." Emma juga merasa kasihan dengan Athena, di umurnya kini, wanita itu harus berusaha mempertahankan rumah tangganya sendiri. "Kau harus bisa! Pasti semuanya akan bahagia di saat yang tepat."
"Sekarang tujuan hidupku adalah berusaha membuat Arvel tidak membenciku," ungkap Athena. Dia merasa itu adalah jalan keluar dari semua masalahnya, mungkin memang Arvel yang akan menjadi jodohnya, semoga saja.
"Aku yakin, Athena. Suatu saat nanti, Tuan Arvel pasti akan mencintaimu sampai tidak ada yang bisa memisahkan cinta kalian."
Setelah banyak mengobrol panjang-lebar, akhirnya Athena dan Emma sudah selesai dengan tugas memasak untuk makan malam. Athena melihat Arvel dan Fiona yang baru datang sambil bergandengan tangan. Hatinya tentu saja mulai panas melihat itu, mereka sama sekali tidak menghargai perasaannya.
"Aku ingin makan di luar saja," kata Fiona.
"Makan malamnya sudah siap."
"Ayolah ... sekali saja." Fiona terus merengek.
Athena yang melihat itu hanya diam sambil meremas baju yang dia pakai, ternyata kedekatan mereka membuat hatinya terasa sakit. Padahal ini baru awalnya saja, bagaimana dengan hari-hari berikutnya? Kehadiran Fiona sepertinya akan menjadi malapetaka.
"Baiklah, kalian bisa makan makanan itu kecuali kau!" Arvel menunjuk wajah Athena. Dia memang sengaja melakukan itu.
"Baik, Tuan," balas Athena yang melihat kepergian Arvel dan Fiona. Sialan kau, Ar!
"Sabar, Athena."
Athena hanya tersenyum. Mau menangis, tetapi tahu ini bukanlah saat yang tepat untuk mengeluarkan air matanya. Tantangan di dalam hidupnya baru saja dimulai, saat ini dia harus menyiapkan mental untuk menghadapi cobaan hidupnya yang mulai terasa berat.
![](https://img.wattpad.com/cover/239661808-288-k851888.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Please Don't Hate Me (Proses penerbitan)
Chick-Lit(FOLLOW DULU KALAU MAU BACA, SEBAGIAN PART ADA YANG DIACAK) Rasanya memang saat ini takdir belum berpihak pada Athena, diusianya yang masih 18 tahun dia sudah dihadapkan oleh berbagai rasa sakit. Entah Sampai kapan dia bisa bertahan dengan keadaanny...