Setelah itu, terdengar suara pintu terbuka. Keduanya menoleh dan ternyata Arvel datang membawa sebuah kantong plastik yang berisi susu. Athena berusaha tenang agar Arvel tidak curiga kalau dia tadi ketakutan karena ulah Fiona.Arvel meletakkan Archio yang sudah tidur di samping Athena. Saat meletakkan Archio, pandangannya langsung tertuju pada pipi Athena yang merah. "Ini kenapa?" tanya Arvel yang mencoba menyentuh pipi yang berwarna kebiruan itu.
"Oh ... in-i tadi digigit nyamuk. Iya, nyamuk."
Arvel langsung mengernyit. "Digigit nyamuk?"
"Iya, tadi juga kakiku digigit. Di sini nyamuknya banyak," tambah Fiona yang berusaha menyakinkan Arvel. Untung saja tadi dia bisa membaca situasi. Jika tidak, maka Arvel akan memergokinya sedang menganiaya Athena.
"Tapi kenapa ini sedikit berwarna biru?"
"Mungkin nyamuknya jenis baru." Apa yang Athena katakan langsung membuat Arvel mengerutkan keningnya, alasannya itu sangatlah terdengar aneh. "Tidak usah dipikirkan, ini sama sekali tidak sakit."
"Kau menampar Athena, Fiona?"
Fiona tersentak saat Arvel menuduhnya tepat sasaran. "Hah? Ti-tidak, Ar. Mana mungkin aku melakukannya?"
Arvel sedikit curiga dengan Fiona, bisa jadi wanita itu yang menyebabkan pipi Athena sampai biru. "Jika kau ingin marah dengan keadaan ini, maka marahi aku. Athena tidak bersalah, dia juga tidak ingin menikah denganku jika Mommy tidak memaksanya."
Fiona hanya diam mendengar ocehan Arvel. Meskipun di dalam hatinya, masih tetap tidak terima alasan apa pun.
Setelah itu, Arvel meminta Fiona pulang diantar sopir suruhannya. Kini, lagi-lagi hanya ada Athena dan Arvel saja, lengkap dengan kecanggungannya.
"Pulanglah, kasihan Nyonya Fiona di rumah sendirian, apalagi dia sedang mengandung."
Arvel yang memainkan ponselnya menoleh ke arah Athena. "Jangan pikirkan orang lain, setidaknya pikirkan kondisimu sekarang," sahut Arvel. Dia lalu menghampiri Athena, gadis itu selalu memikirkan kondisi orang lain.
"Dia lebih membutuhkanmu."
"Diamlah, aku di sini."
Athena sedikit gugup saat Arvel berada sedekat ini dengannya. "Tapi―"
"Diam atau aku akan menciummu."
Gadis itu langsung terdiam mendengarkan penuturan Arvel.
"Kenapa diam? Padahal aku sangat berharap kau berbicara sehingga aku bisa menciummu," lanjut Arvel membuat detak jantung Athena berdetak kencang.
"'Kan, tadi kau menyuruhku diam?"
"Sudah ... tidurlah. Besok kau sudah boleh pulang." Arvel mengelus rambut cokelat Athena dengan lembut, berdebat dengan Athena hanya akan membuat mood-nya hancur. "Itu adalah kabar yang sangat bagus."
Athena merasa nyaman saat berada di dekat Arvel. Bila waktu bisa berhenti, Athena ingin itu. Dia tidak tahu sampai kapan semua kebersamaannya dengan Arvel akan berakhir, sekarang dia ingin menikmati semua ini tanpa terkecuali.
"Kau tidak ingin ciuman dariku?"
Athena tidak menjawabnya, dia sangat gugup sekarang. Dia mendongak, mendapati wajah tampan Arvel yang memandangnya dengan jarak yang sangat dekat. Dia benci ini, jantungnya membuatnya ingin mati sekarang. Tidak bisakah jantungnya tidak berdetak kencang saat bersama Arvel?
"Jangan menatapku seperti itu! Aku sudah tidak tahan mencium bibirmu itu." Tanpa persetujuan, Arvel langsung mencium bibir Athena. Mudah sekali baginya untuk mencium bibir itu setiap saat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please Don't Hate Me (Proses penerbitan)
ChickLit(FOLLOW DULU KALAU MAU BACA, SEBAGIAN PART ADA YANG DIACAK) Rasanya memang saat ini takdir belum berpihak pada Athena, diusianya yang masih 18 tahun dia sudah dihadapkan oleh berbagai rasa sakit. Entah Sampai kapan dia bisa bertahan dengan keadaanny...