Tiga hari sudah berlalu dan Fiona masih tinggal bersama Arvel. Sejak itu juga, Athena selalu saja melihat kebersamaan mereka. Seperti sekarang, Fiona berada di ruang keluarga bersama Arvel. Athena datang untuk membersihkan ruangan tersebut. "Maaf, Tuan, saya izin membersihkan ruangan ini.""Yang bersih!"
"Baik, Nyonya."
"Apakah hari ini kau jadi pergi?" tanya Arvel yang matanya masih fokus pada televisi. Dia sama sekali tidak memedulikan kehadiran Athena. Arvel tidak membencinya, tetapi lebih tepatnya menghindari.
"Iya, cuma dua hari. Kau tenang saja." Fiona memeluk lengan Arvel.
Semua itu tak luput dari penglihatan Athena. Di dalam hati, Athena terus saja mengumpat. Rasa kesal dan gemas membuat Athena ingin menendang wajah Fiona menggunakan kakinya.
"Kau sudah mengemasi barangmu?"
"Sudah, tinggal berangkat saja."
"Cepatlah kembali, aku pasti akan merindukanmu."
Athena yang mendengar ucapan Arvel pun ingin meneteskan air mata sekarang juga. Kenapa berpura-pura kuat itu sangat menyakitkan? Padahal dia bisa saja menyingkirkan Fiona dengan cara kekerasan, tetapi dia tidak bisa melakukannya.
"Hei, bahkan aku belum pergi." Fiona yang melihat Athena cemburu dengan cepat langsung mencium bibir Arvel, lagi-lagi dia sengaja melakukannya. Dia harus sering-sering memperlihatkan kedekatannya dengan Arvel kepada Athena, biar wanita itu tahu dan sadar diri.
Mereka malah melakukan hal yang membuat Athena ingin pergi dari ruangan itu. Fiona tak tinggal diam, dia mencoba memperdalam ciumannya dan Arvel tak bisa menolak.
Athena bahkan tidak menyangka kalau mereka akan melakukan hal itu. Dia mencoba mengalihkan pandangannya dengan menunduk, tetapi suara desahan Fiona menggema di ruangan itu. Apa yang sekarang harus Athena lakukan? Apakah dia harus pergi dari sini?
Arvel melepaskan ciumannya. Dia melirik ke arah Athena yang masih menunduk. Dia sebenarnya tahu jika Athena memiliki rasa kepadanya semenjak mereka menikah, mulai dari tatapan Athena bahkan sampai perilaku Athena yang menunjukkan rasa sayang kepadanya. Itu sebabnya dia berusaha membuat wanita itu membencinya dan setelah itu mereka bisa berpisah.
Fiona tersenyum puas, Athena tidak akan bisa merebut Arvel darinya. Dia melirik jam, ternyata sudah pukul lima sore. Dia harus cepat-cepat pergi ke bandara karena penerbangan dari New York ke Paris akan berangkat jam setengah enam. "Arvel, ayo, kita pergi! Waktuku tinggal sedikit." Wanita itu berlari dan saat berada di depan Athena, dengan sengaja menyenggol tubuh Athena.
Arvel pun mengejar Fiona. "Tunggu, Fiona!"
"Ayo, Arvel!"
"Josep, taruh koper Fiona di mobil!"
Arvel mengantarkan Fiona ke bandara, setelah itu ada telpon dari sekretarisnya yang mengatakan kalau dia harus ke kantor untuk menandatangani berkas penting. Sekarang sudah pukul seputuh malam dan dia sudah berada di depan mansion yang tampak sepi. Hanya Josep yang masih berjaga.
Arvel lantas keluar dari mobil dan langsung melangkahkan kakinya masuk ke dalam mansion. Kepalanya pusing dan sekarang tenggorokannya kering. Hal itu mengantarkannya ke dapur untuk mengambil minuman. Saat membuka kulkas, tiba-tiba rasa pusingnya semakin parah, tubuhnya juga terasa sangat lemas. Dia langsung duduk di lantai untuk meredakan rasa sakit.
"Tuan baik-baik saja?" Athena yang baru saja datang terkejut melihat Arvel duduk di lantai. "Ada apa? Kau sakit?"
Arvel tak menjawab, rasa pusing itu membuatnya lemas. Apa dia demam? Tiba-tiba sakit, padahal tadi pagi keadaannya masih baik-baik saja. Arvel menerang seraya memegang kepalanya yang terasa berputar-putar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please Don't Hate Me (Proses penerbitan)
Literatura Feminina(FOLLOW DULU KALAU MAU BACA, SEBAGIAN PART ADA YANG DIACAK) Rasanya memang saat ini takdir belum berpihak pada Athena, diusianya yang masih 18 tahun dia sudah dihadapkan oleh berbagai rasa sakit. Entah Sampai kapan dia bisa bertahan dengan keadaanny...