Happy reading!
"Mami?"
Pamelo menoleh kemudian tersenyum ke arah putra sulungnya lembut. "Ya, sayang?" tanya Pamelo menepuk bagian sofa kosong disebelahnya pelan. Menyuruh Arga bergabung dengannya menonton Tv.
Arga menjatuhkan bokongnya disebelah Pamelo, "Kenapa belom tidur?"
"Papi kamu masih ngurus beberapa kerjaan." jawaban Pamelo membuat Arga mengangguk mengerti. Maminya itu tidak akan bisa tidur tanpa Anthony disebelahnya. Hal itu juga yang menjadi alasan ikutnya Pamelo keliling dunia bersama Anthony mengecek semua perusahaan miliknya.
"Ghinna mana?" tanya Arga kembali menanyakan tujuannya mendekati Pamelo.
"Tumben nanyain. Ghinna nginep dirumahnya Kiara."
Ucapan Pamelo barusan membuat Arga mengerutkan dahinya bingung. Pelayan dirumah Kiara mengatakan cewek itu meninggalkan mansion bersama Ghinna karena ingin menginap disini. Lalu Maminya mengatakan Ghinna yang menginap dirumah cewek itu.
"Kenapa? kangen Ghinna yah?" goda Pamelo membuat Arga memutar bola matanya malas. Hal paling mustahil dihidupnya adalah merindukan Ghinna. Adiknya selalu merecoki Arga dengan sifat manja dan tidak ingin di bantahnya itu. Sialnya, sifat Ghinna itu hanya muncul ketika bersama Arga!
"Arga pergi dulu." pamit Arga mengecup pipi Pamelo cepat kemudian meraih kunci mobil diatas meja.
"Jangan balik malem-malem, sayang."
"Ini udah malem, Mi." balas Arga menunjuk jam besar yang ada diruang tengah mansionnya dengan dagunya. Bahkan sekarang nyaris tengah malam.
"Nanti Mami gak bolehin kamu masuk, lho." ucap Pamelo yang sebenarnya sangat mustahil ia lakukan. Pamelo dan Anthony saja jarang ada dirumah, mustahil jika saat mereka pulang langsung membuat hubungan orangtua dan anak merenggang. Ya 'kan?
"Ya udah Arga tidur di apart. Bye, Mi!" teriak Arga kemudian berjalan cepat ke arah garasi mansionnya. Meninggalkan mansionnya dengan cepat sambil mengendarai ducati miliknya.
Drrtt.. drrttt..
"Napa, Cel?" tanya Arga mengangkat telepon masuk dari Marcell cepat. Kemudian menghela nafas mendengar dentuman musik memekak telinga dari seberang sana. Temannya itu pasti berada diclub sekarang.
"Buruan ke dragonfly, Ga." teriak Marcell diujung sana dengan suara menghentak-hentak di sekelilingnya.
"Anjing. Mau nyari Ghinna dulu gue." ucap Arga berbanding terbalik dengan niatnya yang sebenarnya.
"Nah ini adek lo disini. Kobam parah ama temennya."
Anjing.
Dengan cepat Arga menginjak pedal gas mobilnya menuju club mewah yang biasa ia kunjungi bersama teman-temannya. Teman Ghinna yang dimaksud Marcell barusan pasti Kiara.
Arga semakin mempercepat langkahnya melihat sosok Ghinna yang sudah terkulai lemas dimeja bar dengan Marcell yang berdiri tak jauh darinya. Juga Kiara yang tengah menatapnya diam dengan mata memerah karena pengaruh alkohol.
"Lo ngapain disini?" desis Arga mencengkram pinggang Kiara kuat. Gadis itu meringis pelan sambil berusaha menjauhkan tangan Arga dari tubuhnya.
"Sshh.. bukan urusan lo." balas Kiara berani dengan sisa-sisa kesadarannya.
Bayangan Arga bersama perempuan lain di mall tadi kembali berputar diotaknya. Arga sialan.
"Cewek bangsat." umpat Arga kemudian beralih menatap Ghinna yang bahkan sudah tidak sadarkan diri karena mabuk. Sesuai ucapan Marcell barusan, cukup parah.
"Lo bawa deh si Ghinna balik Ga, biar gue yang anter temennya." ujar Marcell menatap Arga.
Cowok itu menggeleng tidak setuju kemudian merangkul pinggang Kiara erat. "Lo urus adek gue aja. Yang ini urusan gue." ucap Arga kemudian menarik pinggang Kiara paksa meninggalkan dragonfly.
Marcell berdecak kemudian menatap Ghinna kesal, malas berurusan dengan orang mabuk yang bahkan tidak sadarkan diri.
"Na, ayo balik gu—"
"Ghinna balik sama gue, lo bisa lanjut sama temen-temen lo."
Marcell menoleh kemudian tersenyum senang menatap kehadiran adik kelasnya yang cukup populer sebagai atlet renang disekolahnya, Nayaka namanya.
"Lo temennya 'kan?" tanya Marcell memastikan.
Nayaka meraih tubuh Ghinna kemudian memeluknya posessive. "Iya. Dia aman sama gue." ucap Nayaka kemudian memapah tubuh tak berdaya gadis itu meninggalkan club yang semakin sesak.
"Thanks, bro!" teriak Marcell kembali melanjutkan acara minumnya dengan teman-teman semasa putih birunya itu.
Ditempatnya Nayaka menatap wajah memerah Ghinna yang baru saja ia pasangkan seat-belt. Tangan besar cowok itu mengusap lembut lengan terbuka Ghinna,
"Lo emang gak bakal nurut sebelum di bikin kapok, Na."
- - -
yang kangen sama Nayaka, nih aku orangnya aku munculin🥳
di part sebelumnya tembus 100+ comments! u guys amazing🤩
yuk spam comment lagi supaya aku tau reaksi kalian baca part ini!! makin banyak commentnya makin cepet aku update Arga's. Setuju?
see you!💗
KAMU SEDANG MEMBACA
Arga's [COMPLETED]
Romance17+ Warning : mature content | DILARANG KERAS MELAKUKAN PLAGIARISME‼️ [ Cerita diprivate, silahkan follow untuk membaca semua chapter ] Kiara terpaksa mematuhi semua perintah Arga dan menyerahkan tubuhnya pada Arga karena ancaman cowok itu yang akan...