Arga's | 3.8

240K 14.4K 3.1K
                                    

Happy reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading!

"Na?"

Ghinna menoleh kemudian tersenyum sinis ke arah Arga yang melangkah ke arahnya dengan Bastian di belakangnya. Ia tidak tau bagaimana Arga bisa tau keberadaannya saat ini, terlebih lagi cowok itu berada di lantai rumah sakit yang sama dengannya.

Rasanya orangtua Kiara telah sia-sia menyewa lantai teratas rumah sakit agar Kiara bisa beristirahat dengan tenang jika Arga saja bisa dengan mudah menemukannya.

"Ngapain?" tanya Ghinna pelan,

"Na, Kiara—"

"Lo brengsek kak. Gue tau lo brengsek tapi gue gak tau lo se-brengsek itu!" teriak Ghinna langsung berhasil membungkam Arga detik itu juga.

Ghinna mengalihkan tatapannya ke arah lain ketika lelehan panas dari sudut matanya kembali menetes. "Kenapa lo gak nganterin Kiara pulang semalem?"

"Kenapa juga lo nolak bayi itu!?" lanjut Ghinna berteriak di hadapan Arga.

Gadis itu menangis tergugu di tempatnya. Arga yang tidak mengatar Kiara pulang semalam, dan Kiara yang tidak menghubunginya ketika akan menuju apartment Arga. Lalu Ghinna harus menyalahkan siapa disini?

Arga meremas bahu adiknya kuat. "Gue gak bisa—"

"Ya, kenapa!?"

"Karena Papi nyuruh gue pindah ke Amerika buat kuliah!"

"Lo pikir lo doang yang pengen kuliah? temen gue juga pengen!" balas Ghinna berteriak nyaring di hadapan Arga.

Gadis itu bahkan tidak bisa menahan tubuhnya sendiri agar bisa berdiri tegap di hadapan kakaknya. "Temen gue hampir mati, Kiara temen gue satu-satunya." lirihnya pelan dengan air matanya yang tidak kunjung usai berlomba-lomba membasahi pipinya.

Ia bahkan tidak bisa berpikir jernih ketika polisi menghubunginya semalam lalu mengatakan bahwa mobil Kiara terguling karena mengalami kecelakaan dan kondisi Kiara yang jauh dari kata baik-baik saja. Ghinna bahkan sudah mengira Kiara mati semalam karena keadaan gadis itu yang kacau! Ghinna nyaris kehilangan teman satu-satunya itu. Melihat bagaimana Kiara membutuhkan banyak selang untuk bertahan hidup membuatnya sangat takut.

"Gimana keadaan—"

Bugh!

Tubuh Arga nyaris terjatuh karena hantaman kuat yang di berikan Anthony di rahangnya. Papinya itu terlihat menatapnya dengan sorot kecewa yang tidak lagi berhasil ia tutup-tutupi pada putra sulungnya.

"Kamu bodoh, Arga." desis Anthony tajam.

Pamelo mengusap lengan Anthony menenangkan kemudian beralih meraih wajah Arga agar menatapnya. Wajah wanita paruh baya itu terlihat pucat dengan mata sembabnya membuat Arga merasa bersalah detik itu juga.

Arga's [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang