Happy reading!
Kiara membuka matanya perlahan karena merasakan seseorang menggerayangi tubuhnya sejak tadi. Gadis itu mengumpat dalam hati melihat sosok Arga yang berada tak jauh darinya dan sedang menyentuh dirinya.
"Sini." ucap cowok itu menarik lengan Kiara agar lebih dekat dengannya. Arga menjatuhkan kepala Kiara diatas lengannya kemudian mengusap surai panjang Kiara dengan lembut.
"Masih sakit gak?" tanya Arga menunduk menatap Kiara.
Gadis itu balas menatapnya, "Lo—"
Dddrrttt.. drrttt..
Kiara spontan bangkit dari posisi tidurnya kemudian meringis pelan merasa nyeri dikewanitaannya. "Ssshh.." ringisnya sambil berusaha meraih ponselnya di atas nakas.
"Vagina lo masih sakit? coba gue liat." ucap Arga membuat Kiara mendelik namun tak merespon ucapan cowok itu. Mengangkat telpon Ghinna saat ini jauh lebih penting.
"Kenapa, Na?"
"Fuck, Ra! Lama banget lo jawabnya asli!"
"Kenapa? baru— sshh.." lenguh Kiara menatap wajah Arga yang kini sudah berada tepat didepan kewanitaannya.
Cowok itu tersenyum miring, "Tahan desahan lo ya." ucapnya dengan suara pelan kemudian membuka paha Kiara lebar.
"Heh! Ra! Kenapa lo?" tanya Ghinna heboh diseberang sana.
Kiara menggigit bibir bawahnya merasakan hembusan nafas Arga didepan vaginanya. "Lidah gue ke gigit."
"Kirain kenapa. Lo langsung pulang 'kan abis dari party gue?"
"Iya. Kenapa?" tanya balik Kiara yang tengah menatap punggung polos Arga yang berjalan memasuki bilik kamar mandinya.
"Gak papa sih. Eh Ra, shopping yuk! Papi baru ngasih gue duit nih."
"Buka." perintah Arga berbisik membuat Kiara menatapnya melotot sambil menggeleng panik.
"Ra!"
"Ra! Yuk! Mau 'kan?"
"Iyhhahh, Na." jawab Kiara menggigit bibirnya kuat ketika Arga mulai memainkan jarinya dikewanitaannya yang mulai terasa basah. Arga sialan.
"Gue jemput atau lo mau kesini bareng supir?"
"Ghuehh.. keshannnahh.."
Kiara menatap Arga dengan tatapan memohon ketika pria itu melempar selimut yang tadi menutupi tubuh polosnya. Cowok itu bahkan tidak ragu menghisap payudara besar Kiara meski adiknya Ghinna sedang menelponnya.
"Okay. Jam 8 ya, Ra. Awas aja lo ngaret."
"Iyahhh.. Na."
"Suara lo kenapa sih?"
Kiara langsung mematikan sambungan telepon begitu saja ketika kejantanan Arga mulai memasuki kewanitannya lalu bergerak pelan didalam sana.
"Lo— brengsek." maki Kiara menatap Arga tajam yang justru membuat cowok itu bernafsu karenanya.
Arga mempercepat gerakan pinggulnya menyodok kewanitaan Kiara yang masih terasa sempit. "Brengsek gini juga lo becek." ucap Arga tersenyum miring
"Aahhh.."
"Aaahhh.. eemmhhh.."
"Nnghhhh.. fasterhhhh.."
"Suka 'kan lo?" ejek Arga memperhatikan wajah keenakan Kiara karena genjotan penisnya.
Kiara memilih tidak menjawab ucapan Arga barusan dan terus mendesah pasrah karena ulah Arga.
"Aahhh!"
"Pelannhhh.. Gaahhh.."
"Eemhhhh.. Argahhhh.."
"Aaahh!" desah Kiara kuat dengan tubuhnya yang menggelinjang karena gelombang orgasmenya.
Arga menjatuhkan tubuhnya diatas tubuh dengan kedua lengannya yang bertumpu diantara kepala gadis itu. "Enak gak?" tanya Arga menggerakkan penisnya dengan tempo pelan.
"Ga, udah." rengek Kiara menggigit bibir bawahnya menahan godaan Arga.
"Jawab dulu. Enak gak?" paksa Arga semakin mempercepat gerakan penisnya.
Kiara mengangguk pelan dengan wajah memerah. "Punya mulut 'kan? jawab."
"Enakhhh, Ga." jawab Kiara dengan suara pelannya yang bercampur desahan. Arga tersenyum miring kemudian mempercepat gerakan penisnya hingga Kiara kembali mendesah keras.
"Aahhh.. aahhhh.."
"Ga, pelanhhhh.."
"Aaahhh!"
"Eeemmhhh.."
"Argaahhhh!"
Arga menjatuhkan tubuhnya diatas tubuh Kiara dengan organ vital mereka yang masih menyatu. Tubuh keduanya menempel dengan wajah Arga yang bersembunyi dileher Kiara.
"Ga, bangun dulu. Gue mau—"
"Telpon Ghinna, shoppingnya cancel aja." potong Arga tanpa bantahan.
"Tapi—"
"Mau ngebantah?" tanya Arga menatap Kiara tajam. Gadis itu menghela nafas kasar kemudian meraih ponselnya susah payah karena tubuh Arga yang menimpanya dan penis cowok itu yang masih berada divaginanya.
"Hallo, Na, shoppingnya nanti dulu ya."
"Lah, anjing. Gue udah siap, Ra!"
"Sorry banget, Na." ucap Kiara merasa bersalah.
Arga tersenyum tipis melihat Kiara yang mulai menuruti ucapannya, cowok itu mendekatkan bibirnya ke arah telinga Kiara kemudian berbisik.
"Mulai sekarang nurut sama gue, atau Ghinna tau kelakuan lo." bisik Arga membuat Kiara menoleh menatapnya tajam.
"Ra! lo denger gak?"
"Sorry, Na. Gue ngantuk banget. Ntar gue traktir deh." ucap Kiara kemudian mematikan sambungan telponnya cepat.
"Maksud lo apa?" tanya Kiara menatap Arga yang juga tengah menatapnya.
Cowok itu tersenyum miring mendengarnya, "Lo mau Ghinna tau?"
"Eemmhhh.." lenguh Kiara karena penis Arga yang bergerak didalam kewanitaannya.
"Ini. Kelakuan lo yang ini, sekalian sama foto telanjang lo gue sebar."
"Ga!"
"Lo cuman perlu nurut dan gak bantah. Lo bakal gue buat enak." ucap Arga menatap Kiara nakal, jemarinya bergerak menarik puting payudata Kiara nakal.
"Sshhh.."
"Okay, sayang?" tanya Arga menatap Kiara dengan tatapan tajamnya.
Kiara menggigit bibir bawahnya. "Okay." cicitnya pelan membuat Arga tersenyum miring mendengarnya. Puas.
"Karna gue lagi seneng, lo gue buat puas malem ini."
- - -
ada yang mau di sampein ke Arga atau Kiara?
125+ votes for the next chapter yah, karena aku butuh waktu untuk nulis part 0.8 yang masih kosong, hihi. jadi sambil nunggu 125+ aku bisa nulis dengan tenang🤣
see you!💗
KAMU SEDANG MEMBACA
Arga's [COMPLETED]
Romance17+ Warning : mature content | DILARANG KERAS MELAKUKAN PLAGIARISME‼️ [ Cerita diprivate, silahkan follow untuk membaca semua chapter ] Kiara terpaksa mematuhi semua perintah Arga dan menyerahkan tubuhnya pada Arga karena ancaman cowok itu yang akan...