Happy reading!
Arga menoleh ke arah Kiara kemudian mengusap pipi gadis itu lembut. "Yakin mau sekolah? lo pucet banget." ucap Arga menatap wajah pucat Kiara khawatir.
Bagaimana tidak khawatir jika hari pertama kepindahan gadis itu ke apartmentnya langsung membuat Kiara sakit begini.
"Day-1 menstruasi doang, Ga." ucap Kiara menghela nafas panjang ketika perutnya kembali terasa perih.
Arga berdecak pelan. "Muka lo pucet banget. Bukan masalah sakit gara-gara mens atau gak, namanya sakit ya sakit." ucapnya kesal karena Kiara seolah menyepelekan dirinya sendiri.
Kiara terkekeh pelan kemudian mengusap rahang tegas Arga lembut dengan jemari kecilnya. "Maaf yah, kakak kelas?" ucapnya menatap Arga dengan tatapan polosnya.
Cowok itu berdecak kemudian mencium bibir Kiara singkat. "Kalo sakit banget langsung chat gue ya?" ucap Arga yang di balas anggukan setuju Kiara.
Lalu Arga mulai menginjak pedal gas range rover miliknya menuju sekolah dengan perjalanan yang benar-benar hening. Kiara yang memejamkan matanya dan Arga yang tidak ingin mengusik gadis itu karena wajah pucatnya.
"Parkiran udah sepi. Turun gih." ucap Arga melepas seatbelt yang tadinya melilit tubuh Kiara lembut. Gadis itu merapikan tatanan rambutnya kemudian keluar dari dalam mobil Arga setelah memperhatikan sekeliling parkiran sekolahnya.
"Kenapa lo?" tanya Ghinna menatap Kiara dengan kening berkerut tapi gadis itu memilih mengabaikannya.
"Baru sekolah udah sakit." ucapnya Ghinna pelan ketika Kiara menyembunyikan wajahnya di lipatan tangannya.
"Ra, jangan tidur. Ntar lagi upben, nanggung."
Ghinna berdecak pelan ketika Kiara kembali tidak merespon ucapannya dan justru memejamkan matanya damai. Beberapa menit keduanya bungkam, Kiara yang melanjutkan tidurnya dan Ghinna yang memainkan ponselnya dengan tenang.
"Attention please,"
"For all the students please gather in the field to prepare for the ceremony. Thankyou."
Ghinna menepuk bahu Kiara beberapa kali setelah mendengar tanda upacara yang berbunyi dari sound di sekolahnya ini.
"Upben, Ra."
"Iya." sahut Kiara serak kemudian membuka tasnya meraih jas almamater miliknya.
"Jangan pingsan ya, gue di belakang lo nih. Berat." ucap Ghinna membuat Kiara mendengus pelan mendengarnya. Temannya itu benar-benar tidak ingin di repotkan sedikitpun!
5 menit awal, aman.
10 menit awal, aman.
30 menit pertengahan, aman.
Sebentar lagi upacara akan berakhir, tinggal mendengar petuah panjang dari ketua yayasan di sekolahnya maka Kiara sudah bisa kembali ke kelasnya. Tapi tubuhnya benar-benar tidak bisa di ajak kompromi saat ini. Kiara langsung ambruk begitu saja karena tidak mampu menopang tubuhnya.
"Anjing. Angkat-angkat!" ucap Ghinna panik kemudian berjongkok di hadapan Kiara di ikuti teman-temannya yang lain.
"Heh! Pak Ketua! Angkat nih temen gue!" ucap Ghinna keras mengabaikan tatapan tak suka beberapa orang terhadapnya. Bodo amat, kesehatan Kiara jauh lebih penting di bandingkan cibiran mereka semua.
"Farrel jangan lemot dulu otak lo ya, bawa temen gue ke UKS." ucap Ghinna menatap cowok bernama Farrel itu tajam. Bagaimana bisa cowok ini lolos menjadi ketua organisasi di sekolahnya padahal otaknya sangat lambat?
Farrel tersentak kemudian langsung mengangkat tubuh lemas Kiara menuju UKS di ikuti Ghinna di belakangnya.
"Aghianna Stevano, balik ke barisan kamu."
Ghinna mendelik menatap guru muda itu tak suka, sial. "Pak tapi temen saya—"
"Temen kamu sudah di tangani sama yang lebih ahli. Kamu balik ke barisan."
"Fuck." umpat Ghinna pelan kemudian kembali ke barisannya, mata tajamnya masih terus menatap Farrel yang menggendong Kiara menuju UKS.
Berbeda dengan Ghinna yang kembali mengikuti upacara dengan dongkol, Farrel tengah sibuk melepas sepatu yang di gunakan Kiara perlahan seorang diri karena penjaga UKS tentu saja stand by di lapangan sekolahnya.
"Untung cantik." ucapnya pelan kemudian mendekatkan jemarinya yang sudah ia baluri baby oil ke arah hidung Kiara. Untuk informasi, Farrel itu bukan penjaga UKS. Ia tidak tau dimana letak obat-obatan itu di susun, dan kebetulan hanya baby oil yang ia lihat.
Farrel berdecak pelan ketika Kiara tidak kunjung membuka matanya, ia kemudian memilih duduk memainkan ponselnya di kursi dekat brankar Kiara. Nanti juga gadis itu bangun sendiri, pikirnya.
Tiga kali memenangkan games di ponselnya, Farrel menoleh ketika Kiara melenguh pelan sambil memijat pelipisnya.
"Mau teh." ucap Kiara menatap Farrel sayu.
Farrel mengangguk kemudian langsung membuatkan gadis itu teh hangat, satu mug penuh agar Kiara kenyang tanpa perlu memakan karbohidrat karena itu akan semakin merepotkannya.
"Minum yang banyak." ucap Farrel mendekatkan mug yang berada di tangannya ke arah bibir Kiara.
Brak.
"Ngapain lo bangsat!?" bentak Arga meraih kerah seragam Farrel kuat hingga mug yang berada di tangannya terjatuh.
Bugh!
"Arga—"
"Lo berani main-main sama gue!?" bentak Arga kembali melayangkan bogeman kuat pada rahang Farrel tanpa memberikan cowok itu waktu untuk membalasnya.
Bugh!
"Ga! Anjing! Lo bisa kena SP!" ucap Bastian menahan lengan Arga ketika cowok itu akan kembali melayangkan pukulannya ke arah Farrel.
Ayolah, ini Farrel. Ketua organisasi di sekolahnya, cowok kesayangan guru-guru dengan semua prestasi dan attitude baiknya bisa melaporkan Arga kapan saja.
Cowok dengan seragam berantakan itu menghempas pegangan Bastian kemudian
beralih menatap Kiara kemudian menarik tangannya kuat hingga gadis itu turun paksa dari atas brankar UKS tanpa mengatakan apapun.- - -
yang tau Arga's dari Hottest pasti gak asing lagi sama Farrel. Bagian di Hottest gak akan aku tulis lagi di sini supaya gak double dan membuat kalian bosan. Yang mau membaca ulang / belum baca bisa cek di works aku yang judulnya Hottest bagian Arga's✨
see you!💗
KAMU SEDANG MEMBACA
Arga's [COMPLETED]
Romance17+ Warning : mature content | DILARANG KERAS MELAKUKAN PLAGIARISME‼️ [ Cerita diprivate, silahkan follow untuk membaca semua chapter ] Kiara terpaksa mematuhi semua perintah Arga dan menyerahkan tubuhnya pada Arga karena ancaman cowok itu yang akan...