Happy reading!
Senin.
Kiara yakin bukan hanya dirinya yang membenci hari senin padahal hari ini ia akan pulang cepat karena rapat mendekati akhir tahun yang di adakan guru-guru. Tapi tetap saja, ia membenci senin dan kebenciannya semakin tinggi karena pertanyaan Ghinna semalam di telpon.
Soal aplikasi yang di tanyakan Ghinna kemarin, untungnya Kiara dapat membual dengan ahli. Mengatakan bahwa ia bertemu dengan Arga, untuk berterimakasih perihal Jason waktu itu. Berbohong pada Ghinna untuk yang kesekian kalinya.
Kiara takut temannya itu kembali menanyakan hal itu dan menuduhnya memiliki hubungan dengan Arga.
Faktanya memang seperti itu. Tapi Kiara belum siap memberitahu Ghinna dan menerima amukan cewek itu padanya. Di tambah lagi hubungannya dengan Arga sedang tidak jelas sekarang ini.
Kiara tidak mau mengangkat kepalanya meski ia tau Ghinna sudah menarik kursi di sebelahnya. Apa Ghinna akan mengabaikannya seharian penuh hari ini? kalau benar begitu sepertinya Kiara akan membolos saja.
"Sakit lo?"
Tanpa ia sadar Kiara menghela nafas lega kemudian menoleh cepat ke arah Ghinna.
"Nggak." jawabnya usai menggeleng pelan.
"Roy! Absennya jam berapa? gue mau balik." ucap Ghinna menatap ketua kelasnya.
Jika kalian mengira ketua kelas mereka, Roy, yang barusan di teriaki oleh Ghinna itu adalah seorang cowok nerd yang mau menyerahkan dirinya menjadi babu kelas. Kalian salah. Karena Roy salah satu most wanted di angkatan mereka.
Siapa yang tidak mengenalnya? Roy mungkin pendiam. Tapi tidak dengan fansnya yang akan menjerit heboh ketika cowok itu membawa nama sekolahnya ke ajang nasional pertandingan basket. Keren 'kan? memang. Tapi Kiara dan Ghinna sama-sama tidak tertarik dengan cowok itu.
"Udah bisa absen dari 10 menit yang lalu." ucap Roy menatap Ghinna datar kemudian kembali menunduk memainkan ponsel miliknya.
Ghinna mendelik kesal kemudian menarik tangan Kiara ke arah depan kelas. Menempelkan ibu jari miliknya sebagai tanda bahwa ia hadir hari ini, lalu menyuruh Kiara melakukan hal yang sama.
"Yuk."
Kiara hanya diam di belakang Ghinna mengikuti langkah cewek itu yang menariknya ke arah parkiran sekolah. Untuk apa sekolahnya menyuruh siswa masuk jika tidak ada kegiatan seperti ini? sangat buang-buang waktu.
"Lo gak bawa mobil?" tanya Kiara menatap Ghinna yang menariknya ke arah mobil Kiara.
Gadis itu menggeleng kemudian membuka pintu mini cooper berwarna pink milik Kiara santai. Namanya Kelly kata Kiara. Temannya satu-satunya itu memang sedikit aneh, tapi karena Kiara satu-satunya dan Kelly satu-satunya mobil Kiara yang memiliki nama jadi ia maklumi.
"Tadi di anter Papi." ucapnya yang di balas anggukan mengerti Kiara yang mulai melajukan mobilnya meninggalkan pelantaran sekolah.
"Kita ke mansion gue dulu ya, ambil dompet."
Kiara mendengus pelan. "Pake duit gue aja."
"Gak mau." tolak Ghinna yang lagi-lagi membuat Kiara mendengus. Ghinna kira ia akan bangkrut hanya karena mentraktir cewek itu satu hari? tidak akan.
"Gue tunggu di mobil ya?" ucap Kiara menatap Ghinna yang sudah melepas seatbeltnya. Tatapan sahabatnya itu berubah datar membuat Kiara mau tak mau turun dari dalam mobilnya ke dalam mansion Ghinna.
"Lho, udah pulang?" tanya Pamelo yang di jawab anggukan anak perempuannya. Ghinna melangkah menaiki anak tangga di mansionnya sambil memainkan ponselnya.
"Arga gak bareng sama kalian?"
Kiara menoleh ke arah Pamelo kemudian menggeleng pelan sebagai jawaban. "Kan beda gedung sama Kak Arga." ucapnya sedikit tidak nyambung. Tapi setidaknya Kiara sudah mencoba untuk menjawab pertanyaan Pamelo di bandingkan hanya menggeleng.
"Pasti Arga tidur di apart ." ucap Pamelo pelan namun masih terdengar oleh Kiara.
"Mami, mau ke mall?" tanya Ghinna berteriak dari atas tangga mansionnya.
Kiara mengernyit, jangan bilang Ghinna mengajak Pamelo berbelanja bersama mereka—
"Boleh. Bareng sama kamu?" tanya Pamelo
Ghinna menggeleng cepat, "Sama Kiara. Ghinna ada urusan lain." ucap Ghinna tersenyum tidak enak ke arah Kiara.
Cewek itu mendelik menatapnya, jelas menolak usulan Ghinna barusan. Yang benar saja!? meskipun ia cukup dekat dengan Pamelo tapi tetap saja rasanya aneh.
"Boleh deh. Kiara tunggu sebentar ya, Tante siap-siap dulu." ucap Pamelo kemudian melangkah meninggalkan dua remaja itu di ruang tengah mansionnya.
"Lo apa-apaansih?" ucap Kiara menatap Ghinna dengan wajah kesalnya yang tidak ia tutup-tutupi sedikitpun. Keturunan Stevano memang selalu seenaknya!
Ghinna menatap Kiara dengan tatapan memelasnya. "Please, Ra. Lo tau 'kan gue sama Nayaka lagi ribut? dia ngajak ketemu sekarang." jelas Ghinna membuat Kiara menghela nafas panjang kemudian mengangguk mengerti.
"Mau 'kan?"
"Ya terus emang gue bisa nolak? nyokap lo udah siap-siap." balas Kiara ngegas membuat Ghinna terkekeh mendengarnya.
"Lo emang yang terbaik. Kalo lo ada masalah sama cowok lo ntar, pasti gue bantuin deh." ucap Ghinna yang tidak mendapatkan respon apa-apa dari Kiara.
Nyatanya hubungannya dengan Arga, kekasihnya saat ini, sedang tidak baik-baik saja. Ghinna mungkin akan membantunya jika cowok yang menjadi pacarnya itu bukan Arga. Akan semakin rumit jika Ghinna tau dan— ah sudahlah, membayangkannya saja membuat Kiara sakit kepala.
"Kiara, yuk." ucap Pamelo yang sudah berdiri di dekat keduanya.
Kiara mengangguk kemudian mengikuti lamgkah Pamelo keluar dari dalam mansion.
Ghinna melambaikan tangannya semangat meski tau Kiara atau Maminya tidak melihatnya. Gadis itu menunduk menatap pesan yang masuk di ponselnya, lalu dalam persekian detik wajahnya berubah datar.
- - -
part ini semacam penetralisir semua konflik yang aku buat di part sebelumnya atau selanjutnya nanti✨
yang mulai gak nyaman sama cerita ini, boleh delete dari library masing-masing yah. aku tidak pernah memaksa orang lain untuk membaca karya aku🤗 enjoy yah, jangan sampe stres di real life😂✌🏼
see you!💗
KAMU SEDANG MEMBACA
Arga's [COMPLETED]
Romance17+ Warning : mature content | DILARANG KERAS MELAKUKAN PLAGIARISME‼️ [ Cerita diprivate, silahkan follow untuk membaca semua chapter ] Kiara terpaksa mematuhi semua perintah Arga dan menyerahkan tubuhnya pada Arga karena ancaman cowok itu yang akan...