Zikri - 16. Dikejar Kesalahan

627 106 38
                                    

"Hai, Fal! Finally, I found you!"

Aku terkejut saat jumpa Hye Rin di beranda.

Dia begitu mudah memelukku di depan ayah dan Zen. Sadari semua mata yang tertuju pada kami, aku langsung berusaha menjaga jarak. "Please, not here."

"What? What happened?" protesnya tanpa melepaskan pegangan.

"Please, just take your hand off."

Intonasi suaraku masih pelan namun terdengar mengintimidasi. Tentu ada keinginan untuk menghardiknya, tetapi ... di depan semua orang?

"Okay...." Hye Rin menjaga jarak setelah mengikuti arah pandang yang kutuju. Dia membenarkan anak rambut ke belakang telinga setelah berdeham pelan.

Geramnya Ayah terlihat dari kepalan tertahan di atas meja. Sedang Zen seperti menunduk tak tenang dengan mengetik tombol di ponselnya lalu menghubungi seseorang, menjauhi meja di beranda.

Aku berusaha menjaga jarak saat mendekati meja. Dia pun tidak berdiam diri saja, mengekor di belakangku seolah menutup bayang diri dari tatapan menghakimi semua orang. Kemana Hye Rin yang selalu percaya diri?

"Maaf, Ayah. Ini ... dulu direktur perusahaan yang mempekerjakan Zikri di KL. Zen pasti sudah kenal juga."

Zen yang sempat berbalik menghadap kami memberi isyarat anggukan. Namun, senyum yang ditunjukkan seolah terpaksa. Kurasa ... ada kekecewaan terpatri di sana.

"Park Hye Rin."

Terusan selutut tanpa lengan yang dikenakannya menjadi nilai minus.

Aku tak bisa menghakimi karena kepercayaan kami memang sudah berbeda. Agama ada dengan batasan masing-masing untuk mengatur umatnya. Sedangkan hidayah hanya milik Allah.

Tidak mungkin bagi kita memaksakan sesuatu jika hatinya menolak. Ketika Zen memilih jadi muslim, aku yakin itu karena hati dan logikanya sudah membenarkan ajaran Islam.
Begitu juga ketika seseorang memutuskan meninggalkan Islam. Hati dan logikanya belum mampu mengikuti segala yang telah ditetapkan.

Semua atas izin Allah. Laa ikraaha fiddiin-tidak ada paksaan dalam memeluk agama.
Kulirik Mira yang menyembunyikan sebagian wajahnya di belakang daun pintu, menggerakkan telapak tangan biar dia mendekat.

"Ini, istri. My wife. Andrea Devinamira." Kugenggam jemari Mira begitu berada di sisi, berusaha menguatkan keyakinannya atasku.

"Silakan duduk." Ayah sempat berdiri, merentangkan lengan kanan pada deret kursi di seberang meja ketika mengabaikan uluran tangan Hye Rin.

Dia sempat mendelik padaku, terutama pada genggaman bergetar Mira yang kentara.

"I was so sorry ... Mister ...."

"Musa."

"Yeah, Mister Musa. Saya mencari Naufal untuk mengajaknya bekerja sama lagi. Beberapa proyek yang ditinggalkannya perlu penanganan khusus."

Boleh aku tertawa? Apa itu hanya alibi? Aku berhenti setelah memastikan semua urusan selesai. Ketika program yang berjalan sudah bisa di-handle tim tanpa perlu pengarahan lanjutan.

"Sejauh ini? Are you kidding me? Dengan mencari identitas saya? Maaf. Jika ini masalah pekerjaan, tolong hubungi saya di kantor secara profesional."

Aku menolak di depan Ayah. Penekanan tiap kalimat dengan formal untuk memperlebar jarak di antara kami. Salah langkah, karena bentuk protesku sepertinya menegaskan prasangka yang muncul. Ayah terus memegangi dada kirinya, meminum teh yang tidak lagi panas dari meja.

Hye Rin masih belum memilih duduk atau beranjak pergi. Dia bertahan memegangi dompet panjang di tangan, mengeratkannya lebih kencang. Menahan emosi sepertiku.

"It's not fair, Naufal. You did it and leave me?"

"Apanya yang nggak fair? Itu kecelakaan. Nothing, after all."

Hye Rin meluruhkan air mata seraya bicara dalam bahasa yang tak kumengerti.

Mira mulai melonggarkan genggamannya meski berusaha kuraih. Istriku lebih memilih berlari masuk sementara perhatianku teralihkan pada Ayah yang mengejang.

"Zen! Bantu angkat Ayah!" teriakku saat Zen menyelesaikan panggilannya.

"Ayah! Ayah! Tetap sadar, Yah!" Aku hampir berteriak saat mengguncang tubuh ayah saat diangkat ke mobil Zen.

Kepanikan semua orang seolah menulikan telinga. Kali ini, hanya Ayah yang kukhawatirkan.
Aku belum siap kehilangan.

***

ZIKR MAHABBAH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang