12. Natasha Tau Perselingkuhan Roseana

137 19 7
                                    

"Bagian tersakit dalam mencintai adalah ketika kita mencintai dia yang mencintai orang lain."

***

"Yang lain pada kemana ya, kok belum ada?" gumam Natasha.

"Sebentar lagi pasti sampai, Natasha," jawab Jeffri tiba-tiba.

Natasha pun terkejut dan langsung menoleh ke belakang. "Pak Jeffri kedengeran apa yang saya bicarakan tadi?"

Jeffri meliriknya. "Tentu."

Natasha termangu dan terheran-heran. Pasalnya suara Natasha benar-benar sangat pelan. Bagaimana bisa Jeffri bisa mendengarnya?

"Kamu mau di parkiran sendirian atau ikut saya ke dalam hotel?" tanya Jeffri sambil menoleh.

Natasha pun mengerjapkan kedua matanya dan langsung bergerak lari mengejar Jeffri.

"Wah ... gede banget ya Pak, bagus banget dekorasinya di sini," ujar Natasha yang kagum.

"Namanya juga mau ada rapat akbar perwakilan Perusahaan besar di Indonesia," balas Jeffri.

Natasha masih memerhatikan sekeliling hotel Kuta itu sampai tak sadar dengan arah jalan. Jika Jeffri tak menarik lengannya mungkin dahi Natasha bisa berubah bentuk dari yang datar menjadi cekung karena terkena tembok.

Kegiatan itu berhasil membuat keduanya terkikis jarak antara wajah mereka. Deru napas yang terasa, tatapan mata keduanya yang terkejut, dan detak jantung yang entah kenapa berubah menjadi jauh lebih cepat.

Sampai akhirnya Natasha mencoba menjauhkan dirinya dari hadapan Jeffri sambil berakting merapikan rambut dan bajunya yang sama sekali tidak berantakan.

"Lain kali liat jalan, Natasha. Kalau tidak ada saya hari ini, mungkin dahi kamu bisa terganti menjadi bola basket," ujar Jeffri lalu berjalan dahulu sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana.

Natasha meneguk air liurnya dengan susah payah. Adegan tadi masih berlarian di pikirannya.

"Natasha, ayo fokus!" ujarnya dengan penuh penekanan.

***

Akhirnya rapat akbar itu selesai juga. Hampir dua jam setengah Natasha duduk sambil menemani Jeffri, mencatat notulen, dan memeriksa beberapa dokumen.

Rasanya bokong Natasha sangat sakit sekali, pingganya terasa berat, apalagi kepalanya mulai pusing.

"Pak, saya izin keluar sebentar ya," bisik Natasha.

Jeffri mengernyitkan keningnya. "Mau ngapain?"

"Mau nyari angin aja sebentar," jawab Natasha.

"Ac di sini gak terasa memang?"

Natasha membuang napasnya karena menahan kekesalan. "Kerasa kok Pak, saya hanya ingin rileksin badan aja sebentar, boleh Pak?"

"Oh seperti itu, yaudah saya bolehkan, tapi inget lima belas menit saja. Setelah itu langsung kembali ke sini, ngerti?"

Natasha mengacungkan jempolnya di hadapan Jeffri lalu bangkit pergi.

Mellifluous [Completed✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang