09. Pergi Ke Bali

138 22 8
                                    

"Bodohnya aku karena tetap mencintaimu walaupun sudah tau tak akan bisa bersama."

***

Natasha menutup pintu kamarnya lalu berjalan dengan lesu ke kasurnya. Duduk di bibir kasur sambil melamun tentang kejadian yang baru saja terjadi. Natasha membuang napasnya panjang. Mencoba menjernihkan kepalanya atas semua yang telah terjadi barusan padanya.

"Apa aku resign dari sana aja ya?" gumamnya.

"Natasha, Natasha, kenapa juga kamu bisa lupa tentang hal itu?"

Natasha akhirnya mencoba menelpon Dhea untuk mencari solusi karena dia tak bisa berpikir lagi.

"Halo Dhea?"

"Iya, kenapa Na?"

"Kamu lagi dimana sekarang?"

"Aku baru aja pulang dari tempat cathering dan butik buat persiapan pernikahan aku, kenapa?"

"Gak apa-apa Dhea, aku cuman pengen nelpon kamu aja."

"Oh, kira aku ada apa. Kamu sendiri? Barusan pulang ya?"

"Iya, capek banget nih. Kamu jangan lupa makan Dhea, nanti sakit, 'kan lagi banyak persiapan gini gak boleh sakit."

"Iya Natasha yang bawel, yaudah ya aku matikan dulu, udah mau sampai rumah soalnya."

"Ok."

Natasha melempar ponselnya di atas kasur. Tubuh itu berjatuh di atas kasur berwarna merah muda bermotif bunga mawar. Matanya menatap kosong langit-langit kamarnya.

"Kak Jeffri, kenapa kamu bikin aku kayak gini?"

30 menit sebelumnya, di rumah Jeffri.

"Maafkan saya," ujar Jeffri setelah melihat tangis Natasha sudah mereda.

Natasha yang baru saja minum segelas dengan sekali tegukan hanya diam menatap lantai rumah Jeffri. Dia tak berani menoleh ke kanan tepat Jeffri duduk.

"Saya gak tau kalau kamu bakalan sesedih itu, saya bener--"

"Tidak apa-apa Pak, lagian tadi saya hanya terbawa perasaan saja. Saya hanya teringat seseorang dan langsung pergi. Harusnya saya yang minta maaf karena tidak sopan pada bosnya." Natasha memberanikan diri menoleh sebentar ke arah Jeffri.

"Kamu masih saja berbohong Natasha. Saya tau kalau itu punya kamu, itulah kenapa kamu menangis tadi, bukan?"

Tubuh Natasha menengang. Jantungnya berdegup dengan kencang. Bahkan ia bisa merasakan bahwa perutnya mulai memulas akibat gugup.

"Natasha, terima kasih ya sudah mengirimkan saya ratusan puisi setiap hari di bawah kolong meja saya. Dulu saya berpikir bahwa itu dikirim oleh Roseana, tapi ternyata bukan dia, melainkan kamu. Dari dulu saya memang mencari siapa pemilik surat itu. Sekali lagi terima kasih, karena dari puisi-puisi itu saya sering merasa diistimewakan oleh seseorang." Jeffri menatap wajah Natasha yang tertutupi helaian beberapa rambut dari arah kanan.

Natasha bingung harus merespon seperti apa. Tertangkap basah oleh seseorang yang ia cintai selama 6 tahun. Bagaimana Natasha harus menjawab dan bersikap sekarang?

Mellifluous [Completed✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang